Apa Kabar Dirimu?

479 9 1
                                    

Bagaimana cara move on dengan cepat?

Mungkin kamu pernah mengetik kalimat tanya di atas di kolom pencarian google, atas rindumu yang menggunung kepada seseorang yang sudah tak mungkin untuk dimiliki, tapi juga tak dapat dilupakan. Berputar di kepalamu selama 24/7.

Kamu mati-matian bertekad melupakannya setiap hari karena sadar akan kenyataan, tapi lagi-lagi kamu tersesat setiap malam di akun media sosialnya.

Meskipun berpuluh-puluh kali kamu mengingat keburukannya, tetap saja, dia masih menjadi seseorang yang paling istimewa yang menempati ruang di hatimu.

Terkadang kamu terjebak nostalgia, memikirkannya sampai melupakan bahwa hatimu sedang terluka lalu menjadi orang yang seperti tak ada kehidupan selain stalking media sosialnya. Menebak-nebak maksud dari setiap postingannya sebelum mengaitkannya pada dirimu. Pada akhirnya, kamu sibuk overthinking. Tersiksa sendiri dan keesokan harinya kembali kamu ulangi. Tak terasa siklus itu bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya.

Ia sudah ada yang lain pun masih belum cukup mematahkan hatimu, malah pikiranmu membuat semuanya lebih dramatis dengan mengatakan pada dirimu, "Enggak ada yang cinta sama dia melebihi aku. Suatu saat dia akan menyadari itu."

Ratusan nasehat dari orang terdekatmu, artikel online, ceramah agama, video motivasi di youtube, semuanya menguap begitu saja. Kamu bertanya-tanya bagaimana cara melupakannya, tapi masalahmu cuma satu, kamu berpikir dia lawan jenis paling sempurna yang pernah mampir di kehidupanmu dan tak akan ada lagi yang seperti dia.

Kamu menganggap kamu adalah mantan manusia yang beruntung karena pernah menjadi tempatnya untuk singgah, dan dengan begitu saja, semuanya kandas. Entah karena kecerobohanmu atau dia yang berhenti secara sepihak, sehingga membuatmu bertanya-tanya letak kesalahan yang memunculkan banyak asumsi liarmu yang menyalahkan dirimu sendiri. Ya, kamu menyalahkan dirimu setiap hari.

Doamu kepada Allah Subhanahu wa Taala masih sama, selalu namanya yang terselip agar menjadi pendampingmu. Mungkin sekarang berpisah dan berharap pada masa depan dia kembali, pikirmu.

Kamu berdoa setiap hari untuk memaksa Allah Taala dan merasa sok tahu terhadap apa yang terbaik untukmu.

"Ya Allah, aku hanya mau dia saja. Jika dia ditakdirkan untuk orang lain, maka jadikan orang lain itu adalah aku. Aku saja, Ya Allah." Doamu yang sangat penuh pemaksaan. Tanpa mau tahu, mungkin saja dia sedang memikirkan orang lain atau bahkan bersama orang lain. Kamu tetap berharap dan berharap.

Namun, sejujurnya apa yang menyebabkanmu belum bisa melepaskannya dari ingatan dan hatimu? Salah satu jawaban terpenting dari sekian jawaban adalah karena kamu belum cukup mencintai dirimu sendiri.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu tidak mungkin menganggap dirimu tidak berharga sampai berpikir, bahwa kamu tidak akan mungkin lagi dicintai oleh orang yang lebih tepat dan lebih baik dari dirinya.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu tidak mungkin merasa kamu orang termalang di dunia ini karena ditinggal olehnya yang menurutmu sempurna.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu tidak mungkin mempertahankan perasaanmu setelah dilukai, memeluk erat kenangan, dan memaksa dia agar tetap berada di pikiran dan hatimu. Karena melepaskan perasaan memang butuh waktu, tapi berusaha melepaskan dan berusaha mempertahankan adalah dua hal yang berbeda.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu tidak akan merasa dia lebih berharga dari kesehatan mentalmu, dan lebih berharga dari menyembuhkan luka yang tengah menganga di hatimu.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu tidak akan membiarkan sejumlah overthinking tentangnya mengganggu pikiranmu. Karena kadang kamu perlu masa bodoh untuk menjaga dirimu sendiri.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu tidak akan menyalahkan dirimu secara ekstrem. Kegagalan bertahan bersamanya itu bukan hanya salahmu saja. Kamu mungkin salah, tapi kamu tidak sempurna dan belajar dari setiap ketidaksempurnaanmu. Terimalah dirimu secara utuh.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu tidak akan membiarkan lagi dia mematahkan hatimu setiap hari melalui kenangan ataupun statusnya yang bersama dengan yang lain. Dia bebas memilih siapapun untuknya, tapi kamu bisa memilih untuk ingin terluka atau tidak.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu seharusnya menerima bahwa semua proses hidupmu termasuk berpisah dengannya adalah takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memiliki alasan yang terbaik versi-Nya bukan versimu.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu pasti rela melupakannya karena dirimu juga butuh bahagia. Dirimu berharga.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, kamu pasti mencintai dirimu sendiri dengan melepaskan hal-hal yang melukaimu.

Kalau kamu cukup mencintai dirimu sendiri, seharusnya kamu tahu, bahwa kamu tetap berharga meskipun tanpa dia. Tapi sejujurnya, kamu pun sudah berharga bahkan sebelum dia datang dalam hidupmu. Jadi cintailah dirimu terlebih dahulu secara utuh.

Fisikmu, isi pikiranmu, isi hatimu, perilakumu, potensimu, kelebihan dan kekuranganmu, dan semua dari dirimu peluklah erat-erat. Tak apa jika ada kurangnya. Jika kekurangan itu bisa diperbaiki, maka caramu mencintai dirimu adalah dengan memperbaiki yang harus diperbaiki. Jika bukan sesuatu yang dapat diperbaiki, maka terimalah. Cintailah dirimu terlebih dahulu sebelum mencintai dan membiarkan diri dicintai oleh orang lain.

Jika kamu belum mencintai dirimu secara utuh terlebih dahulu, tapi memilih mencintai seseorang lebih dulu, maka kamu akan lupa dengan nilai dari dirimu yang berharga. Dilukai kamu tak masalah, dihina kamu terima sampai dicampakkan pun masih dikejar-kejar. Karena kamu mengabaikan dirimu sendiri.

Mari hitunglah sekilas tentang semua hal berharga yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadamu. Tulislah dalam secarik kertas sampai dirimu sadar bahwa kamu sebenarnya cukup berharga, bahkan jauh sebelum dia mampir ke dalam duniamu, dan definisi berhargamu tak membutuhkan kesempurnaannya untuk dikatakan lengkap.

Kamu masih muda, jalanmu masih panjang, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan banyak potensi untukmu. Berhentilah membuang-buang waktu untuk menangisi satu orang dan menjadi bagian dari generasi galau.

Kini waktumu untuk mencintai diri, dan menggunakan semua yang ada pada diri untuk berkembang lebih baik serta mencintai lebih banyak orang-orang di sekitarmu melalui kebermanfaatan yang kamu berikan.

Apa yang telah lalu jadikanlah sebagai pelajaran. Tak apa, itu adalah bagian dari fase hidup untuk mendewasakanmu. Tak perlu lagi menyalahkan diri secara ekstrem.

Mulailah mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, berdoa dengan khusyuk agar kamu selalu bisa menerima takdir dan menerima serta mencintai dirimu sendiri.

Cinta itu memang indah, tapi cinta tak hanya berbicara tentang lawan jenis saja dan tak hanya berbicara tentang dia saja, maka sudah saatnya kamu katakan pada dirimu, "Selamat tinggal luka, aku menemukan diriku yang membuatku sangat mencintai diriku sendiri."

100% Move On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang