Percayalah, semakin kamu terhubung dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, semakin kuat koneksimu dengan-Nya, semakin dalam cintamu pada-Nya, semakin mudah untuk move on.
Karena sebenarnya kamu tak perlu melupakan si dia, kamu cukup menetralisir perasaanmu menjadi biasa saja sampai sepenuhnya mengabaikannya. Kalau kamu sudah berhasil mengabaikannya, maka dia bukan prioritasmu lagi yang ada atau tidak adanya dia di sekitarmu, sudah tidak berpengaruh lagi dalam hidupmu.
Hal tersebut dapat terjadi jika ada yang lain yang menempati tempat terbaik di hatimu dalam hal kecintaan, dan sebaik-baik kecintaan tertinggi itu diberikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Lantas, bagaimana agar selalu terkoneksi dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala? Melalui tali-tali ibadah. Dan, ibadah itu harus dipaksa. Sekali lagi, harus dipaksa. Karena setan tidak memiliki tanggal merah dalam menggoda manusia untuk lalai, maka tidak dapat kamu mengelak dengan perkataan, masih menunggu hidayah. Karena hidayah itu dijemput bukan ditunggu. Cara menjemput hidayah adalah memaksakan diri untuk ibadah, melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang oleh-Nya.
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut : 69)
Kemudian yang paling utama yang harus diperhatikan oleh setiap manusia, tentu ibadah-ibadah yang wajib terutama shalat.
Bagaimana shalatmu?
Bagaimana kualitas shalatmu?
Bagaimana pengaruh shalat itu merubah hidupmu?
Karena memperbaiki hidup itu, dimulai dengan memperbaiki hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan titik pertama memperbaiki hubungan dengan-Nya adalah memperbaiki shalat.
Apakah kamu sudah rutin melakukan shalat?
Apakah sudah lima waktu? Jika belum lima waktu, segera tingkatkan sampai kamu dapat melakukannya.
Tak apa jika beberapa saat kamu merasa sangat lelah dan berat, tak apa. Sering juga merasa diri sendiri belum baik, tak apa. Tetap lakukan dan pertahankan shalatmu. Karena shalat untuk menjadi baik. Bukan baik dulu baru shalat.
Bagian terpentingnya, suatu hari nanti kamu akan sangat berbahagia, karena tidak melalaikan amalan yang dihisab pertama kali.
"Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi." (HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasai, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Bagaimana kualitas shalatmu? Kualitas shalatmu pun akan sangat mempengaruhi hati, pikiran, dan tindakan-tindakanmu.
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al-'Ankabut: 45)
Jika hari ini kamu masih sulit meninggalkan hal-hal buruk, masih sering terbayang-bayang si dia yang belum halal untukmu, maka ada yang tak beres dengan shalatmu. Apakah sudah khusyuk dan memperhatikan tata cara shalat yang benar? Karena jika kualitas shalatmu baik, itu sudah cukup menjadi rem dari segala kemaksiatan yang mungkin bisa kamu lakukan.
Kita semua juga masih banyak belajar untuk khusyuk. Karena hal ini adalah PR untuk banyak dari diri-diri kita. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memudahkan kita untuk fokus dalam shalat-shalat kita, bukan hanya gerakan badan atau rutinitas semata.
Namun, aku pernah mendengar penjelasan Ustadz Khalid Basalamah, Lc hafidzahullah yang intinya mengatakan, bahwa shalat yang bisa khusyuk itu ditentukan juga oleh perbuatan kita sehari-hari. Jika masih suka menerjang maksiat dan tidak mau bertaubat, maka itu seperti racun yang membuat kualitas shalat itu menurun lantaran tidak khusyuk.
Karena shalat adalah cara jiwa untuk beristirahat dari segala kepenatan dunia.
Jika lelah dengan perasaan yang masih membekas,
masalah yang terus menimpa,
sedih yang tak kunjung reda,
shalatlah.
Shalat itu adalah cara istirahat terbaik dari segala kepenatan dunia.
Perbaikilah shalatmu, biar Allah perbaiki hidupmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
100% Move On (TAMAT)
Spiritual📖Non-Fiksi Part Lengkap Telah merelakan si dia tapi rindu masih membayangi. Telah menerima keadaan bahwa tak bersama lagi tapi masih ada tangis. Telah memutuskan untuk tak saling peduli tapi masih sibuk stalking. Telah mengingat jutaan keburukanny...