Jurus 11 : Merelakan

20 1 0
                                    

Suatu hari nanti kamu mungkin akan terbangun dari tidurmu atau tersadar dari lamunanmu. Merasakan sebuah perasaan aneh di dalam dadamu.

Akumulasi dari rasa lelahmu selama ini menanti, usaha-usahamu yang keras untuknya, dan sedih berkepanjangan karenanya melahirkan sebuah perasaan baru.

Ada sesuatu yang terbetik di hatimu yang membuatmu merasa rela, lapang, menerima, tenang dengan hasil dari doa dan usahamu meskipun mungkin tak sesuai keinginan, ikhlas menerima takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala bahwa kalian tak bersama, dan meyakini semua yang sudah maupun yang akan kamu alami adalah yang terbaik tanpa memaksa apa pun lagi. Merasa cukup dan puas dengan takdir-Nya.

Perasaan nyaman yang membuatmu seolah ingin berkata, "Ya Allah, aku ridha."

Tiba-tiba saja hari itu tiba. Hatimu menjadi begitu lapang untuk menerima semua kegagalan dari hubungan yang kamu jalani, perasaan yang tak sempat berlabuh sesuai harapan, dia yang pergi saat kamu sedang begitu mencintainya, dan berhenti di tengah jalan meninggalkan luka.

Kamu mulai menyadari, penyebab kamu masih tersiksa hingga hari ini lantaran terlalu dan selalu memaksa untuk bersamanya, tak mau lagi orang lain selainnya, memandang tak akan ada yang lebih baik darinya, dan kamu menolak segala kemungkinan hadirnya seorang lawan jenis lain yang nantinya akan 'klik' denganmu.

Rupanya itulah yang membuatmu masih tenggelam dalam masa lalu. Perasaan belum merelakan, dan selalu memaksa agar dia kembali.

Di sisi lain, kamu selalu berdoa dan berdoa pada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk ridha dengan cobaan ini, lapang dalam melepaskannya, tak lagi terbayang-bayang yang membuatmu sangat menderita, hingga diganti dengan sosok yang lebih baik. Meskipun diam-diam kamu sendiri masih selalu ingin dia saja, dan mengeluh dengan jalan Allah Ta'ala yang terkesan selalu menjauhkanmu darinya.

Tapi, jawaban Allah Ta'ala menghadiahkan sebuah perasaan rela ataupun ridha di hatimu. Mungkin tak langsung menghadirkan seorang lawan jenis yang begitu 'klop' denganmu dan membuatmu tertarik untuk meninggalkan masa lalu, tapi hatimu dibuat lapang terlebih dahulu. Dengan menyadari dan merasakan, bahwa kalau dia pergi, sudah takdirnya seperti itu. Kalau dia kembali lagi, sudah takdirnya juga seperti itu.

Apa pun jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala, apa pun takdir-Nya, kamu sudah menerima sepenuhnya. Tidak takut lagi, tidak memaksa lagi, hatimu begitu lapang dan sangat lapang sampai kamu menemukan cintamu yang menggebu untuknya mulai berkurang. Tak sebesar biasanya yang membuatmu tersiksa dengan rindu dan selalu ingin mengetahui kabarnya.

Semua mulai menjadi ... biasa saja.

Lapang. Rela. Terima. Lega. Bahagia. Perasaan baru di hatimu.

Pertanyaannya, apakah hari itu akan datang? Insyaallah pasti akan datang. Tentu saja. Karena hatimu bukan dalam genggamanmu sendiri. Hatimu dalam genggaman Allah Ta'ala yang setiap harinya kamu mengadahkan tangan kepada-Nya untuk berdoa menghapus perasaanmu untuknya.

Namun, awalnya perasaan itu semakin menguat di hati membuatmu mulai ragu. Apakah Allah Ta'ala mendengarkan doamu? Ya, Dia Maha Mendengar. Tapi, jawaban dari doamu tak selalu datang pada waktu yang kamu inginkan.

Setelah melalui berbagai fase panjang dan kamu sampai di titik ini. Titik akhirnya kamu bisa merelakan dan bisa menerima apa pun takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala. Perasaan itu menjadikan hatimu begitu tenang. Tak lagi berharap berlebihan kepada si dia.

Siapapun yang akan datang nantinya, kamu sepenuhnya menerima. Tak ingin menjadikan dia sebagai satu-satunya pilihan.

Sekarang kamu mulai paham, kan tentang rumus cobaan ini.

Ya, merelakan.

Belajarlah merelakan.

Ketika kamu sudah bisa merelakan, semua beban di pundakmu yang selama ini terasa berat ditanggung, mendadak pecah berkeping-keping.

Semua kegalauan di hatimu sirna.

Hembusan napasmu menjadi lega.

Dia masih ada di pikiranmu, tapi kamu tak lagi terlalu menggebu-gebu mencintai dan merindukannya.

Lantas, bagaimana sampai pada tahap merelakan?

Satu, berdoa. Tentu saja.

Dua, memaafkan. Baik diri sendiri, dia, dan keadaan.

Tiga, berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala perihal takdir. Akan ada takdir terbaik untukmu. Percayalah. Jangan berburuk sangka pada-Nya. Dia sebaik-baik yang paling menepati janji bagimu yang meninggalkan yang buruk karena-Nya.

Empat, terima keadaan. Ini semua sudah terjadi dan bagian dari hidupmu yang harus diterima. Kamu tidak mengelak, mencari pembenaran atau marah pada keadaan. Sepenuhnya menerima. Menerima kenyataan.

Lima, mencintai dirimu sendiri. Cinta dengan dirimu dan menyadari betapa berharganya dirimu. Kamu harus berhenti menyakiti dirimu terus menerus dengan terbelenggu pada masa lalu. Karena kamu berharga. Jika kamu tidak bisa mencintai dirimu sendiri, bagaimana orang lain bisa mencintaimu?

Dan, ketika kamu sudah dapat merelakan, berakhir kamu malah menemukan dirimu sendiri dan mencintai dirimu sendiri. Mungkin selama kamu mencintai dirinya, kamu berusaha menjadi orang lain atau memutuskan merubah beberapa hal untuknya, tapi kemudian kamu menyadari dan kembali menerima dirimu yang asli.

Hingga ketika kamu sudah bisa untuk tidak membenci dirimu lagi, menjadi dirimu yang apa adanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menghadirkan seseorang yang menerimamu apa adanya secara tulus. Seseorang yang Insyaallah lebih baik bahkan terbaik.

Percayalah, kadang Allah Subhanahu wa Ta'ala membuatmu terluka untuk membuatmu sadar, bahwa yang berhak mendapatkan cinta tertinggi di hatimu adalah Allah, bukan dia yang bisa melukaimu kapanpun.

Merelakan itu tidak mudah, itulah kenapa disebut pengorbanan. Pengorbanan tidak selalu mudah, tapi bukan berarti tidak bisa.

Jadi ... relakan dia.

Lepaskan dia dan temukan dirimu.

100% Move On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang