Jurus 10 : Memaafkan

13 1 0
                                    

Dia menyebalkan!

Dia yang salah!

Dia penuh kekurangan!

Kenapa dia melakukan ini padaku?!

Coba duduk tenang sebentar dan tanyakan pada dirimu, apakah kemarahan itu masih ada di hatimu?

Segala kemarahan yang menyalahkan si dia atau mungkin berbalik menyalahkan dirimu sendiri.

Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kamu marah dan menyalahkan diri ataupun menyalahkan dia, tapi kamu tidak sadar, kemarahan itu yang mengambil kebahagiaanmu dan membuatmu semakin sulit melepaskannya serta menerima kenyataan.

Kamu selalu bertanya, kenapa semua berakhir? Yang berakhir juga pada kesimpulan tentang siapa yang harus disalahkan. Karena memang paling mudah mencari kambing hitam dalam sebuah permasalahan dibandingkan mencari solusi.

Pada akhirnya waktumu habis untuk marah dan menyalahkan dia maupun dirimu tanpa menghasilkan solusi apa-apa untuk kebahagiaanmu sendiri.

Dia mungkin sudah lebih baik dengan kehidupan barunya, dan kamu masih tenggelam dalam kesedihan masa lalu yang belum usai.

Namun, marah itu sejatinya hal yang wajar, yang tak wajar adalah merealisasikannya dengan cara yang negatif seperti merugikan dirimu sendiri, dan marah dalam waktu yang begitu lama. Karena semakin kamu marah, kamu membelenggu dirimu untuk selalu berada pada ketidakbahagiaan. Maka, hanya satu saranku untukmu, berilah maafmu.

Dilansir dari kumparan.com, penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association pada tahun 2006 memperoleh hasil, bahwa memaafkan menjadi cara yang efektif untuk menyembuhkan masalah psikologis. Memaafkan juga dapat mengurangi kemarahan dan rasa sakit hati.

Namun, memaafkan tidak hanya berbicara tentang memaafkan orang lain, tapi juga memaafkan dirimu sendiri. Pahamilah bahwa semua sudah terjadi dan harus terjadi, semua peristiwa itu sudah memberikanmu pelajaran, kamu dan dia sepenuhnya terlibat serta memiliki peran kesalahan masing-masing, dan sudah waktunya untuk memaafkan.

Memang tak semudah itu. Terlebih saat mengingat kesalahan diri ataupun kesalahannya. Tapi, jika kembali meyakini bahwa ini memang garis takdirnya, maka terima dan maafkanlah.

Karena sesungguhnya maaf itu bukan untuk orang lain, tapi lebih untuk melegakan dirimu sendiri. Menyembuhkan dirimu.

Sudah saatnya kamu melepaskan ketegangan di hati dan pikiranmu.

Sudah saatnya kamu sembuh.

Sudah saatnya kamu bahagia lagi.

Fase hidupmu tidak hanya sampai pada peristiwa bertemu dengannya saja. Ada banyak proses hidup yang harus kamu lalui. Dia hanya kepingan kecil dari kepingan-kepingan lain dalam hidupmu yang datang untuk semakin mendewasakanmu. Maka sekali lagi, terima dan maafkanlah.

Meskipun dia tak pernah meminta maaf, kamu berinisiatif memaafkan dirinya.

Meskipun kamu merasa sangat gagal sebagai dirimu sendiri pada masa lalu, maafkanlah dirimu.

Saat kamu sudah bisa memaafkan, kamu sejatinya bersiap untuk bahagia, tenang, tenteram, dan siap melanjutkan hidupmu dengan membuka lembaran baru.

Pilihan ada padamu. Maafkan dia dan lanjutkan hidupmu atau terus marah pada dirinya, dirimu, dan keadaan?

Jika masih terasa berat, mintalah kemudahan dan kelapangan hati pada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dapat memaafkan.

"Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya di sisi Allah." (QS. Asy-Shuara : 40)

Sejatinya, semua orang punya kekurangan dan kesalahan, maka maafkanlah orang lain sebagaimana kamu juga ingin dimaafkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Aku udah maafin kok!" ucapmu.

Tapi ...

Memaafkan bukan berarti kamu masih sering ngomel atau ngejek orang yang dulunya menjadi sumber kegalauanmu.

Diam-diam masih mengikuti secara detail semua kehidupan si dia.

Masih saja merepotkan diri sendiri dengan peduli pada segala tentangnya.

Setiap mengingatnya selalu kesal dan sedih sekaligus.

Maka, bukan itu maaf yang dimaksud.

Lantas, bagaimana cara memaafkan? Dilansir dari pijarpsikologi.org, ada 4 tahapan yang harus dilalui untuk mencapai tahap memaafkan.

1. Recognition (Pengenalan)

Pengenalan di sini dimaknai dengan bagaimana seseorang menyadari bahwa memaafkan adalah sebuah pilihan yang datang dengan berbagai keuntungan. Tahapan ini biasanya terjadi pada saat individu mengambil waktu dan merenung atas kejadian serta emosi yang sedang dirasakan.

2. Responsibilities (Tanggung jawab)

Tahapan di mana seorang individu menyadari adanya ketidaksempurnaan pada manusia, baik diri sendiri maupun orang lain. Ketika seorang individu mampu melihatnya dari sudut pandang ini, ia akan memahami bahwa ketidaksempurnaan ini yang melahirkan tidak terpenuhi ekspektasi atau harapan atas peristiwa tertentu sehingga mengantarkan pada emosi negatif, seperti kekecewaan. Dengan konstruksi pemikiran logis ini, individu akan mengklarifikasi sejauh mana sebenarnya ia akan bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

3. Expression (Ekspresi)

Tahapan ini bermakna bagaimana seseorang akan berdialog mengenai apa yang dirasakannya. Berdialog disini artinya berdialog dengan orang lain. Di mana seorang individu perlu menyiapkan diri untuk membuka diri demi mendapat bantuan dan dukungan dari orang lain. Secara tidak langsung, tahapan ketiga ini akan memfasilitasi seseorang untuk kembali bergabung dengan lingkungan dan komunitasnya.

4. Re-creating (Membangun kembali)

Tahapan ini adalah tahapan di mana individu membangun kembali kehidupannya bukan hanya dengan memaafkan, tetapi juga menerima peristiwa atau kejadian tersebut sebagai bagian dari hidupnya. Hal ini bukan bertujuan untuk melupakan masa lalu, melainkan untuk membuang energi masa lalu dengan mengembalikan hidup kita di masa sekarang demi mempersiapkan diri kita untuk menjalani masa depan yang lebih baik.

Intinya, saat kamu sudah bisa memaafkan, Insyaallah kamu akan merasa tenang dan siap melanjutkan hidupmu.

Jadi sudah siap membuka lembaran baru? Berilah maafmu!

100% Move On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang