Berapa lama seseorang akan bersama di dunia? Sebahagia apa pun dua orang yang berpasangan, suatu hari akan terpisah juga oleh sesuatu bernama ... ajal.
Betapa banyak dua orang yang begitu serasi, begitu saling menyayangi dan mencintai, hidup bersama bertahun-tahun, dan menua bersama. Pada akhirnya tetaplah ajal ada di ujung hidup mereka.
Seharusnya ini menjadi pelajaran penting, bahwa akan sangat bijaksana untuk tak pernah bergantung kepada sesuatu yang fana atau tidak kekal. Sementara.
Dalam Islam menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah maupun berziarah ke kuburan menjadi sesuatu yang begitu penting. Salah satu manfaatnya adalah agar kita berpikir dan merenung tentang betapa fananya kehidupan di dunia ini beserta isinya.
Apa yang kita raih di dalam kehidupan ini hanya sesuatu yang akan kita tinggalkan. Satu-satunya yang menyertai kita adalah amalan kebaikan. Itu saja. Sementara pasangan, harta, dan lainnya, tak akan ikut dibawa mati.
Secinta-cintanya seseorang pada pasangannya, dia tak akan mau dikubur hidup-hidup bersama pasangannya yang wafat lebih dulu.
Jadi hari ini, jika kita menangisi hal-hal yang tidak kita dapatkan, maka ada baiknya merenung tentang betapa sementaranya kita dan apa yang kita dapatkan di dunia ini.
Jika kita sudah paham tentang hal itu, maka kita seharusnya sudah dapat mengembalikan hidup pada tujuan hidup kita. Tujuan penciptaan diri kita di dunia ini.
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Berlarut-larut menangisi sesuatu yang sementara tak akan mengubah apa-apa.
Apa kita akan menyiksa diri seumur hidup untuk sesuatu atau seseorang yang bisa meninggalkan kita kapanpun?
Oh ya, apa yang kita dapatkan di dunia ini ibarat barang yang kita pinjam dari orang lain, apabila sudah waktunya untuk dikembalikan, maka kita tak dapat protes. Karena itu bukan milik kita.
Sama halnya dengan apa yang kita dapatkan di dunia ini. Hanya titipan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sekali lagi, hanya titipan.
Hanya orang yang merasa memiliki yang merasa kehilangan.
Jika kita bisa memaknai semuanya sebagai titipan, kapanpun kita harus berpisah dengan sesuatu atau seseorang, kita bisa lebih menerima.
Kenapa?
Karena memang bukan milik kita. Hanya titipan. Semua kenikmatan di dunia ini hanya titipan.
Jangan sampai kita menghabiskan usia untuk terluka pada sesuatu ataupun seseorang yang sebenarnya hanya titipan dalam hidup kita.
Sudah saatnya kita memiliki pola pikir titipan. Menganggap semua hal bukan hak milik. Jadi kapanpun harus diambil dari hidup kita, harus berpisah dengan kita, memang sakit tapi bisa lebih lapang diterima.
Semua adalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sekali lagi, hanya orang yang merasa memiliki yang merasa kehilangan.
Tak semudah itu memang merelakan.
Tak semudah itu melepaskan.
Tak semudah itu menerima.
Tak semudah itu.
Namun, jangan menggantungkan kebahagiaan kita pada sesuatu yang sementara. Pada sesuatu yang bisa pergi kapanpun.
Jika kita menggantungkan dan berekspektasi hanya seseorang yang dapat membuat kita bahagia, khawatirnya, kapanpun dia tiba-tiba meninggalkan, mendadak hilang arah.
Gantungkan kebahagiaan pada sesuatu yang kekal.
Pada Allah Subhanahu wa Ta'ala saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/345645457-288-k275770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
100% Move On (TAMAT)
Espiritual📖Non-Fiksi Part Lengkap Telah merelakan si dia tapi rindu masih membayangi. Telah menerima keadaan bahwa tak bersama lagi tapi masih ada tangis. Telah memutuskan untuk tak saling peduli tapi masih sibuk stalking. Telah mengingat jutaan keburukanny...