05. Rachel

75 8 1
                                    

Malam hari dimana malam pertama mereka menginap di villa merah ini. Kesebelasan pemuda tersebut memutuskan untuk part barbaeque yang seharusnya di lakukan pada hari terakhir mereka berlibur. Yah sudahlah, suka suka mereka saja.

Mulai dari daging sapi, bawang putih, selada, sosis pun bahan lainnya sudah siap di atas meja. Udara malam pegunungan yang sejuk, menambah suasana bahagia liburan mereka.

"Bang sat, Bang sat! Minta tolong itu nyalain api." Mohon Sakala.

"Anjir Satya, ngumpat tuh anak." -Haidar mengompori.

"Yeuh gak gitu konsepnya, Satya kan calon kakak ipar gue. Bang sat alias bang Satya." Jelas Sam.

Rupanya Sakala menaruh perasaan terhadap adik perempuan Satya. Perempuan yang sangat lembut sama seperti kakaknya.

Satya menyalakan api, satu persatu bahan mulai dari bahan utamanya yaitu daging sapi, Nala simpan di atas pemanggang hingga matang.

"Daging yang Nala bakar emang paling the best." Puji Yuda diangguki setuju oleh semua orang.

Daging sapi tersebut habis di santap dengan lahap oleh semuanya hingga tak tersisa sedikit pun.

"Gue nyebat dulu, lo pada ikut?" Tanya Sam.

"Gak deh, sono lo aja." -Javier.

Sakqla berjalan-jalan seorang diri menikmati pemandangan malam disana. Satu puntung rokok ia semantakan di jarinya. Bensin akan di nyalakan tetapi Sakala berhenti.

"Loh, Rachel?"

"Lo nyusul kesini?"

"Sendirian?"

"Kenapa gak bareng kita aja tadi."

Sakala terus memberondongi pertanyaan kepada perempuan di hadapannya.

"Yaudah ayo, dingin. Kita ke villa aja." Ajak Sam.

Sesampainya di villa, perempuan itu berdiri diam tepat di depan gerbang.

"Kenapa diem? Ayo, semuanya ada di dalem."

"Oh lo mau di sambut kakak lo? Yaudah tunggu."

Sakala berlari menghampiri Satya yang masih mengobrol dengan semuanya.

"Satya, adek lo nyusul tuh."

"Hah? Malem gini?" Tanya Harry heran.

"Ih buruan, itu orangnya kagak mau masuk kalo bukan lo yang ajak."

"Yaudah Satya, samperin dulu aja sana." -Javier.

Satya mengekor di belakang Sakala yang bersemangat membawanya pada sang adik.

"Mana, Saka?"

"Loh, tadi dia gue suruh tunggu disini."

"Halu lo, segitu sukanya sama adek gue?"

"Gue serius, dia disini."

"Apa sih lo, kalo iya yaudah mana Rachelnya."

"Ya gu-"

Satya pergi meninggalkan Sakala karna ia merasa ditipu, sementara Sakala masih terus mencari keberadaan Rachel, adik perempuan Satya.

"Anjing."

Dengan kecepatan penuh, Sakala berlari masuk ke dalam villa. Sekujur tubuhnya berkeringat dingin.

Tengah malam tiba, semuanya kembali ke kamar. Ada tiga kamar di villa, Sakala, Cakra dan Javier satu kamar, ada pun Joel, Edwin dan Harry, Satya, Kenny, Haidar dan Nala.

"Cak, gue pengen pipis." Sakala menggoyangkan tubuh Cakra.

"Yaudah sono."

"Temenin."

"Manja."

Tetapi Cakra tetap berdiri dan berjalan mendahului Sakala, menemaninya ke kamar mandi.

"Apa lagi? Lo mau gue temenin ke dalem juga?"

"Najis, awas ya lo kalo kabur. Tunggu disitu!"

"Iya udah buruan, ngantuk gue."

Tak lama Sakala keluar dari kamar mandi, mereka berdua kembali ke kamar.

"Cak, gue gak bisa tidur."

"Tidurin."

"Gue merinding anjir."

"Apa? Masalah Rachel? Bukan Rachel, ya?"

Sakala terdiam ketakutan. Ia memang orang yang penakut akan hal seperti itu.

"Udah tidur aja lo, dia gak akan ganggu."

Sebisa mungkin Sakala berusaha untuk bisa tidur malam ini.

NIGHTMARES || THE BOYZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang