20. ancaman Xian

9.3K 312 11
                                    

Jangan lupa follow vote and komen ya sebagai apresiasi kalian untuk cerita yang saya tulis!

Tandai yang typo!

Happy reading

°°°🖤°°°

Sore hari Kalea dihabiskan dengan waktu menyiram beberapa bunga yang dulu almarhum ibunya sering tanam dihalaman rumah.

Dia bersenandung kecil sambil terus tersenyum seolah-olah hal tadi pagi tidak pernah dia alami, dimana seseorang menampar nya tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.

Suara mobil berhasil membuat Kalea menghentikan aktivitas nya, dia melihat kearah gerbang yang dimana disana sudah ada Xian dan sebuah buket ditangannya.

Xian berlari kecil ke arah Kalea "ini buat kamu, Xian mau minta maaf soal kejadian tadi, plisss maafpin Xian ya?" Bujuk Xian, dia menyodorkan buket itu sambil memandang Kalea dengan tatapan memelas.

Kalea menaruh selang yang dia pegang lalu dia beralih berjalan melewati Xian untuk mematikan keran. Xian dia anggap seperti sebuah figuran tak terlihat.

Saat Kalea hendak melewati Xian lagi, tiba-tiba tangannya ditahan oleh Xian "temenin aku pulang kerumah, bunda kangen kamu" suaranya lembut sekali bak pantat bayi.

Kalea memutar bola mata malas "bunda yang kangen atau kamu yang mau modus" batinnya, dia masih terlalu malas membuka mulut hanya demi seseorang yang sudah sangat keterlaluan padanya.

"Kamu boleh gak usah bicara tapi tolong ikut sekali aja, demi bunda ya?" Lembut Xian kembali.

Kalea melepaskan tangan Xian lalu memasuki rumahnya, hal itu sontak membuat Xian mengikutinya dengan tergesa-gesa hingga sampai depan pintu kamar Kalea.

Kalea berdecak, kedua tangannya dilipat didepan dada "aku mau ganti baju dulu, tunggu diluar" dia kemudian memasuki kamarnya.

Senyum tipis timbul di wajah Xian, Kalea perempuan pemaaf, dia tidak pernah salah untuk memilih menyukai Kalea. Sedari dulu dia yakin akan Kalea dan firasat seorang Xian tidak pernah salah.

Hening yang tercipta diantara mereka seiring berjalannya mobil Xian, hanya ada suara rintik-rintik dari hujan diluar yang terdengar. Kalea yang sibuk memandang jendela dan Xian yang hanya diam sambil menikmati indahnya sosok Kalea yang sedang duduk disampingnya.

Xian tidak memaksakan Kalea untuk berbicara, ingat kepekatan yang dia buat agar Kalea mau ikut kerumah Xian? Yaitu membiarkan Kalea tidak berbicara apapun sesuai mood nya.

°°°🖤°°°

Kalea turun tepat didepan pintu rumah Xian sebelum pintu mobil dibuka tadi Xian berpesan padanya "kalau bunda tanya soal pipi kamu, bilang digigit nyamuk atau apapun itu asal jangan jujur! Kalau gak aku gak segan-segan ngelakuin lebih dari ini lagi."

Bunda menjemput Kalea sambil memegang payung ditangannya agar Kalea tidak basah.

"Kenapa gak suruh pengawal aja sih Bun? Nanti bunda sakit kalau basah sedikit" posesif Xian pada bundanya itu.

Silya tertawa mendengar penuturan anaknya "gak apa-apa bunda sakit, kan buat calon mantu juga" senyumnya, setelahnya dia mengajak Kalea turun dari mobil sedang Xian langsung melajukan kembali mobilnya ke arah parkiran.

Kalea memasuki rumah Xian, dia sedikit mengelap kakinya yang kotor tadi, lantai rumah Xian jadi ternodai karena kakinya.

"Ehhh jangan gitu" peringat bunda Xian "biarin aja kakinya kotor nanti cucinya didalem ya" bunda merapikan rambut Kalea yang sedikit berantakan.

Perhatian bunda Xian membuat Kalea sedikit hanyut dan larut dalam kehangatan seorang ibu, dia hampir lupa kalau dulu pernah dimarahi Silya "bunda juga lain kali jangan kayak tadi, benar tau kata Xian kalau nanti bunda bisa saja sakit walaupun cuman kena sedikit air hujan" senyum Kalea memperingati.

Bunda tertawa "kamu itu lebih membela pacar daripada camer nya."

"Bunda juga dong" Kalea dan bunda berbicara sambil masuk kedalam rumah, disana sudah ada ayah Xian yang menunggu. 

"Nah Kalea sekarang duduk sama ayah Xian dulu ya? Bunda mau lihat kue yang bunda buat didapur" bunda kemudian meninggalkan Kalea seorang diri.

Kalea gugup saat berhadapan dengan ayah Xian sehingga hal itu membuat tangannya terasa dingin "halo om" dia menundukkan kepalanya sedikit, dengan langkah pelan dia mendekat dan menyalami tangan ayah Xian.

"Panggil ayah saja, kamu jangan takut sama saya akibat kejadian disekolah itu ya?" Canda ayah Xian.

Kalea menganggukkan kepalanya sambil tersenyum canggung, dia duduk di sofa depan ayah Xian duduk.

"Kejadian disekolah itu sudah kamu ketahui kan motif dan latar belakang nya kenapa saya begitu" ayah Xian tertawa setelahnya "memang Xian anaknya itu suka ngambek kalau gak diturutin, mirip Ipin" jokes bapak-bapak.

"Iya ayah Kalea udah tau, bunda yang cerita" Kalea jadi tertawa akibat tawa ayah Xian seperti para bapak-bapak biasanya, dia pikir mereka akan canggung.

Xian tersenyum melihat hal tersebut, dia melangkah kearah ayah dan Kalea yang sama-sama sedang tertawa, menyalami ayahnya dia kemudian duduk disamping Kalea.

"Asik banget padahal baru ketemu" canda Xian.

"Harus gitu kalau sama calon nya kamu, nanti kalau dia ayah jahatin  kamu jadi marah" Bagas menyeruput kopinya.

Xian tertawa dan kembali mengobrol dengan ayahnya sedang Kalea hanya menyahut jika serasa ada topik yang dia tahu, kehangatan ini membuatnya merasa punya orang tua lagi.

Silya datang dari dapur membawa kue yang sudah dia buat "ayok dicoba kue buatan bunda" dia menaruhnya diatas meja.

Semua mencicipi kue enak bunda, dan obrolan kembali berlanjut sampai satu pertanyaan membuat Xian gugup.

"Pipi kamu kenapa Kalea?" Bunda memegang pipi Kalea, kebetulan dia duduk di dekat Kalea dan posisi Kalea ditengah-tengah antara Xian dan bunda.

"Mungkin digigit nyamuk itu Bun" alibi Xian untuk mengindari pertanyaan yang lebih detail nanti dari bunda nya, dia tau betul sifat bunda nya.

"Ah masa sih, kayak bekas tamparan deh" Silya kembali memastikan.

"Eh ini memang bekas tampar kok Bun" Xian seketika menegang akibat penuturan kata dari Kalea "kemarin ada orang gila di taman yang tiba-tiba nampar Kalea akibat Kalea jatuhin minumannya padahal dia juga jatuhin minuman Kalea" lega muncul di hati Xian walaupun nanti dia akan memperingati Kalea.

"Lain kali kamu balas juga orang itu" ayah Xian bersuara "orang kayak gitu kurang didikan orang tua" kesal Bagas "lain kali jaga Kalea ya Xian!"

"Iya yah" Kalea tetap mempertahankan senyumnya "anu bun, toilet dimana?"

"Xian anterin Kalea ke toilet ya" bunda menyuruh Xian karena dia pikir nanti Kalea tidak nyaman jika dengan pelayan atau dirinya.

"Oke bunda" Xian berjalan terlebih dahulu diikuti Xian.

Sesampainya di toilet dia langsung menarik tangan Kalea sebelum hendak masuk ke dalam, Kalea bersandar pada pintu toilet "kenapa sih Xian?" Kesal Kalea.

"Lo jangan ngomong lebih ngaco lagi daripada yang tadi!" Peringatnya.

"Kenapa? Takut ya di cepuin" tantang Kalea.

"Lo bakalan nyesel karena nantangin gue sayang" dia meraba dagu Kalea sensual "nantikan apa yang akan lo dapetin setelah pulang dari sini!" Ancamnya kembali.

.
.
.
See you next chapter again syg 🖤

OBSESSED WITH KALEA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang