05. Kesepakatan

1.2K 24 1
                                    

Happy reading....

Starla bangun pukul 05.30 pagi, ia renggangkan semua ototnya, lalu ia teringat kalau ia masih di kamar Sagara.

"Ternyata nggak amnesia" kesalnya, ia putuskan ke kamar mandi untuk cuci muka, lalu ia sibak semua gorden dan saat ia membuka balkon ia di kejutkan dengan keberadaan Sagara di sana.

"Saga ?" Tanyanya terkejut. Sagara yang tidur tak tenang terbangun juga.

"Sialan Lo !" Rutuknya, ia berdiri lalu masuk melewati Starla, sementara Starla tentu tidak peduli.

"Mau ke mana ?" Tanya Sagara, saat Starla berlalu ke arah pintu.

"Mau ngitung telur ayam ! Ya mau sarapan lah bego !" kesal Starla.

Sagara berdecih.
"Sini dulu, gue mau ngomong sama Lo!" katanya. Starla mencibir.

"Ngomong aja, gue nggak budek" kata Starla.

Sumpah demi apa pun, ini yang membuat Sagara muak dengan Starla, terlalu menye-menye, klemar-klemer dari orok. Tapi, baiklah Sagara akan tahan.

Ia keluarkan surat kontrak pernikahan dari laci nakas yang sudah ia siapkan semalam.

"Gue mau bikin kesepakatan sama Lo" kata Sagara.

Satu alis Starla terangkat sempurna.
"Gue tahu Lo Cuma cinta sama Bang Gibran, dan gue nggak peduli soal itu !" kata Sagara.

Starla melipat tangannya di atas perut.
"Maksud Lo apa sih sialan ?" tanya Starla.

Sagara hanya tersenyum miring lalu memberikan surat kontrak itu kepada Starla. Starla meraihnya dan membacanya dengan saksama.

"Peraturan pertama adalah tentang kebebasan, Sagara bebas dengan dunianya begitu juga dengan Starla. Peraturan kedua pernikahan mereka harus berakhir setelah mereka lulus apa pun alasannya, dan ketiga untuk menutupi hubungan pernikahan ini mereka harus bekerja sama"

"Aigo ! Aturan Lo bikin gue pusing !" Kata Starla.

"Gimana ?" tanya Sagara.

Starla menatap surat itu lagi.
"Di larang kontak fisik nggak lo sebutin di sini !" Katanya.

Sagara menatapnya datar lalu tersenyum miring.
"Kalau itu nggak perlu gue sebutin, Lo bukan selera gue !" kata Sagara.

"Eh sialan, Lo !" protes Starla.

Sagara mengibas-ngibas tangannya.
"Nggak perlu di bahas lagi, gue tahu gue juga bukan tipe Lo, jadi kita impas" kata Sagara.

Starla membuang nafas berat lalu mengangguk.
"Ada yang Lo nggak paham sampai di sini ?" tanya Sagara.

Starla kembali menatap kertas itu.
"Peraturan ketiga, Ambigu !" kata Starla "Semacam ada modus di sana" ucap Starla lagi.

Sagara membuang nafas pelan.
"Yang ketiga kalau kemungkinan kita pindah rumah dari sini" kata Sagara.

"Mandiri ?" tanya Starla.

"Ya, kalau Papa minta mandiri. Lo tahu sendiri lah temen gue banyak, kalau mereka tahu Gue tinggal terpisah sama Papa dan Mama mereka pasti main ke rumah. Jadi lo harus siap-siap!" peringat Sagara.

"Jangan kasih tahu dong, kalau seandainya kita tinggal kepisah dari Mama Papa" protes Starla.

"Hanya kemungkinan mereka tahu Star ! Kalau nggak tahu ya Aman !" kata Sagara jengah.

Starla mengangguk-angguk paham.
"Ada lagi ?" tanya Sagara.
Starla menggeleng, peraturan yang Sagara buat cukup meringankannya apa lagi aturan nomor satu 'Bebas!'

Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang