60. Pergi

911 29 6
                                    

Happy Reading

|| KEDIAMAN EYANG DAHLIA.

Starla mematut dirinya di depan cermin. Sudah dirias dan sangat cantik. Kebaya putih tulang manik-manik dengan lilit batik dan siger sunda serta kembang melati di kepalanya. Pagi ini, pernikahannya dan Gibran akan dilangsungkan di hotel Alexander.

Selama satu minggu menjelang akad. Starla benar-benar dijaga dengan baik oleh Papa Evan. Lagi pula, Starla tidak akan berniat ke mana-mana. Tidak berniat kabur atau apa. Ia akan belajar menerima semua pilihan yang sudah ia pilih dan tentunya agar tidak mencoreng malu di wajah keluarga besarnya.

“Starla... bestie yuhu..” suara Elin dan Alya terdengar nyaring. Starla menoleh menatap 2 temannya itu.

“Cantik banget deh anjirr sumpah” kata Elin.

“Foto dulu Skuy... foto dulu” kata Alya sambil mengeluarkan ponselnya. Starla tersenyum menatap layar ponsel Alya.

Beberapa kali potret dan tidak lama Mama Olivia sudah muncul.
“Sudah? Nanti telat” kata Mama Olivia.

Elin dan Alya yang niat datang untuk membantu Starla, segera mengajak Starla keluar.

******

|| Kediaman Papa Bagas.

“Semua sudah Ma?” tanya Papa Bagas.

“Udah. Sagara udah berangkat di antar Mansur. Mama juga udah minta maaf nggak bisa antar” kata Mama Salsa.

“Ya sudah, panggil Gibran. Kita berangkat sekarang takut telat” kata Papa Bagas. Mama Salsa segera menghampiri Gibran dikamarnya.

Sedangkan Gibran menatap dirinya di pantulan cermin. Sudah rapi dan gagah. Suara ketukan pintu membuat ia menoleh ada Mama Salsa yang baru masuk.

“Abang udah siap? Kita berangkat sekarang ya, takut telat” kata Mama Salsa. Gibran mengangguk dan turut keluar bersama Mama Salsa.

*

Starla, Elin dan Alya satu mobil yang di kendarai oleh Marco.
“Star... gue post ya” kata Elin yang duduk di depan. Starla mengangguk mengizinkan.

“Eh, tulis caption apa ya? Hmm Happy Wedding bestie aja nggak apa-apa kan?” tanya Elin. Starla hanya membalas dengan anggukan.

“Ok deh, gue post dulu” kata Elin.

*

Sagara duduk di bandara seorang diri. Hari ini, ia memilih tidak hadir di acara akad Kakaknya. Dan memilih berangkat ke Malaysia lewat penerbangan yang ada di Jakarta.

Sambil menunggu keberangkatannya yang masih sekitar 3 jam lagi. Sagara memilih memainkan ponselnya. Membuka semua sosial media.

Elincans28 baru saja memposting sebuah foto.

Satu notifikasi masuk ke ponsel Sagara. Ia menekan pop notifikasi yang masuk. Terpampang jelas wajah Elin dan Starla disana. Starla yang cantik, dengan kebaya putih dan sayangnya bukan untuk Sagara.

Sagara memberanikan diri menulis komentar disana.
@sagara27 : selamat ya Star... semoga selalu bahagia...

Butuh dada yang lapang untuk menerima semua ini. Sagara menatap foto itu berkali-kali.
“Selamat ya Star... semoga kamu bahagia. Maaf kalau aku nggak bisa hadir di hari spesial kamu...” ucap Sagara pelan. Ia pilih untuk menyimpan ponselnya.

               ****************
                 **************

“Gimana sudah bisa kita mulai?” tanya Pak Penghulu, Papa Evan yang ada di depan Gibran mengangguk. Ia mengulurkan tangannya menatap Gibran yang menunduk.

“Ayo di jabat tangan calon mertua kamu” kata Pak Penghulu.

Gibran menegakkan kepalanya, menatap Papa Evan dan semua keluarga yang hadir.
“Maaf... boleh saya meminta calon istri saya untuk ikut menyaksikan pernikahan kami disini?” tanya Gibran. Pak penghulu mengangguk.

“Boleh... boleh dipanggil” kata Pak Penghulu.

Papa Evan menarik tangannya. Dan meminta Mama Olivia memanggil Starla dikamarnya.

Sepergi Mama Olivia menjemput Starla. Mama Salsa yang ada di belakang Gibran mendekat.
“Ada apa, Bang?” tanya Mama Salsa. Gibran hanya diam dengan segala pikiran yang berkecamuk di otaknya.

Tidak butuh waktu lama, Mama Olivia datang bersama Starla yang di dampingi oleh Elin dan Alya. Dengan tetap menunduk Starla berjalan mendekat.

Gibran menoleh, dan langsung berdiri.
“Starla...” panggilnya. Dengan perlahan Starla mendongak. Elin dan Alya sudah berlalu menuju Davin dan Adrian begitu juga Mama Olivia.

Gibran menatap manik mata yang tidak lagi berbinar menatapnya. Meski tersenyum tapi Starla terasa bukan seperti Starla yang dulu lagi. Sekarang terasa Asing dan jauh.

“Mau menikah dengan ku?” tanya Gibran.

Papa Bagas meremas tangan Mama Salsa. Begitu juga dengan Mama Olivia yang sudah deg degan mendengar perkataan Gibran.

“Mau menikah dengan ku?” tanya Gibran sekali lagi.

Starla menunduk. Sambil menggigit bibirnya yang bergetar.

“Kalau kamu setuju. Duduklah disini. Kita lanjutkan pernikahan kita. Tapi kalau tidak...” ucapan Gibran menggantung. Starla langsung mendongak saat mendengar Gibran memberikan pilihan untuknya.

“Ambil kunci mobil ini. Susul Sagara ke Bandara” kata Gibran.

Starla terdiam, jantungnya berdetak kencang. Tidak ada angin tidak ada hujan Gibran berkata demikian.
“Bang...”

Gibran menggeleng sambil tersenyum tipis.
“Standar kebahagiaan Abang. Kebahagiaan kamu Star... untuk apa menikah kalau kamu tidak bahagia. Itu juga sama menyakiti Abang nanti” kata Gibran.

“Pergilah, susul Sagara” kata Gibran. Starla langsung memeluknya.

“Thank you... Thank you...” lirih Starla.

Tanpa memedulikan siapa pun, Starla menyambar kunci mobil dari tangan Gibran. Keluar ruangan menuju basement parkir.

“Bang...” panggil Mama Salsa mendekat.

“Its okay Mom... ini sakit tapi melegakan” kata Gibran.

Mama Olivia menghampiri Gibran.
“Gibran, Nak... semoga kamu selalu bahagia” ucap Mama Olivia. Gibran mengangguk “Pasti, Ma... aku pasti bahagia” kata Gibran.

Laura yang ikut hadir di acara ini. Duduk di barisan keluarga. Menyeka sudut matanya sambil menatap Gibran.

*

Perginya Starla ke Bandara meninggalkan semua orang yang bingung dan tidak tahu harus apa. Ternyata tidak sendiri. Elin dan Alya ditemani Davin dan Adrian ikut menyusul Starla dengan mobil.

Terlihat bagaimana kencangnya Starla melesat di jalan tol.

“Anjir nih anak minta mati?” tanya Davin.

Mobil Starla keluar dari Jalan tol. Disusul mobil Elin juga.

“Eh di depan macet Vin ?” tanya Adrian.

Terlihat mobil Starla juga ikut berhenti. Membunyikan klakson berkali-kali namun tidak jalan juga.

“Shit!!” umpat Starla yang ada dibalik kemudi.

Sudah 30 menit ia disini dan mobilnya tidak bergerak sama sekali. Tidak ada pilihan, Starla memilih keluar mobil dan berlari di trotoar menembus kemacetan.

“Eh gila, Starla turun woy!” ucap Davin heboh.

“Kalian susul sana. Biar kita nyusul pake mobil” kata Alya.

“Ok. Lo ke mobil Starla Lin. Nanti kalau udah bisa jalan. Susul kita” kata Adrian. Ia turun dan menyusul Starla dengan Davin.

Sedangkan Starla terus berlari. Tidak peduli sekarang sudah menjadi pusat perhatian. Bahkan berkali-kali ia terjatuh akibat kain lilit batik yang ia kenakan.

“Gue nggak boleh nyerah, atau gue nggak bisa ketemu Sagara lagi” Ucapnya. Ia terus berlari.

“Star... Starla!!” Starla menoleh ada Gio, Al dan Kenzo di barisan orang-orang terkena macet bersama motornya. Starla mendekat.

“Gio... lo bisa antar gue ke bandara nggak?” tanya Starla. Gio menatap banyaknya mobil yang masih tersendat.

“Naik aja. Tapi gue nggak janji. Kalau di depan macet total, lo terpaksa jalan kaki lagi” kata Gio. Starla mengangguk kencang. Dan naik ke motor Gio.

“Duluan ya, bantuin ayang ngejar cintanya dulu. Siapin apartemen 2 tahun” kata Gio pada Al dan Kenzo yang sudah berdecak sebal.

Motor Gio melaju. Pelan tapi masih mendingan dari pada berjalan kaki.
“Aduh Gio buruan” kata Starla sambil menepuk bahu Gio.

“Sabar Star... bentar lagi, kita keluar” kata Gio.

IA mengambil alternatif lain menuju bandara dan agar terhindar dari kemacetan.
“Pegangan Star. Gue ngebut takut nggak keburu” kata Gio. Starla langsung berpegangan dan terus merapalkan doa dalam hati berharap Sagara belum pergi.

Motor Gio terparkir sembarangan di area bandara. Starla langsung turun. Matanya menyisir area Lobi dan tidak ada. Dengan cepat ia masuk ke dalam, celingak-celinguk mencari jadwal keberangkatan Jakarta – Malaysia. Ia segara mencari di barisan penumpang terkait, tidak ada Sagara disana.

“Saga.... Saga...” panggil Starla.

Semua orang sudah menoleh ke arahnya.
“Saga...” teriak Starla lagi. Ia mulai menangis.

Begitu juga dengan Gio yang ikut mencari Sagara namun tidak ketemu.
“Star, gimana?” tanya Gio.

Starla menggeleng “Nggak ada. Apa Sagara udah pergi?” tanya Starla frustasi. Ia lelah dan cemas juga, takut-takut kalau Sagara sudah berangkat.

“Starla duduk dulu” kata Gio.

Starla menggeleng “Gue salah Gio. Gue egois dan sekarang gue berharap ada Sagara disini? Gue nggak tahu diri. Udah nyakiti Sagara, ninggalin dia dan sekarang berharap dia ada” kata Starla.

“Gue nggak akan berharap Sagara mau kembali rujuk. Tapi seenggaknya dia maafin kesalahan gue dulu, itu juga udah cukup” kata Starla menangis. Membuat semua orang kembali menatapnya.

“Star... Lo yang sabar ya” kata Gio menenangkan.

“Gue salah Gio... gue salah...” kata Starla sambil menangis.

Kepalanya pusing, penglihatannya menggelap, perlahan kesadaran Starla terkikis.

“Star... Starla...” ucap Gio panik.

Kenapa Gio, Kenzo dan Al ada di Jakarta ada di cerita Cinta untuk Kenzo yaa 😊

Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang