67. 2 garis

1.1K 34 3
                                    

Happy reading

1 Bulan kemudian


“Hueekk...”

“Hueekk...”

Starla mengeluarkan segala desakan pada perutnya. Dorongan itu terjadi setiap pagi selama satu minggu ini. Ia mengusap pelipisnya.

“Astaga, nggak kuat gue” katanya.

Buru-buru ia keluar kamar. Mengambil satu benda pipih, yang Cinta berikan setelah mendengar keluh kesah Starla tentang kondisinya.

Starla kembali ke kamar mandi, menampung urine dan mulai mencoba alat tadi. Hampir selama 5 menit Starla menunggu dan hasilnya gadis.... ||

“Omooo... hamil?” Tanyanya.

Ia keluarkan ponselnya dan memotret benda itu. Lalu, mengirimnya pada Cinta.


-Pagi Bu dokter, ini teh naon? Hamil maksudnya? 
Tidak lama pesannya dibaca istri Kenzo itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




-Pagi Bu dokter, ini teh naon? Hamil maksudnya?

Tidak lama pesannya dibaca istri Kenzo itu. Lalu dibalas.

-Starla... selamat. Ikut senang dapat kabar dari kamu pagi-pagi gini.

Starla yang membaca pesan itu tersenyum lega.
-Oh jadi gue hamil ya? Syukur lah

Balasnya. Tidak lama ada balasan lanjut dari Cinta.

-Bawa ke dokter kandungan. Biar dikasih vitamin.

Starla tersenyum.

-Siap, Bu dokter Cinta.

Setelah membalas pesan Cinta, Starla segera berlalu keluar kamar mandi. Lalu menghubungi Sagara namun tidak di angkat.

“Apa Aa masih tidur?” tanyanya. Ia mengangkat bahunya tidak tahu.

“Ntar aja kasih kabar” kata Starla.

Tidak lama pintu kamarnya di ketuk. Terdengar suara Teh Ami dari luar.
“Non, kata Ibu sarapan dulu” kata Teh Ami.

“Iya Teh” teriak Starla dari dalam. Ia keluar dari kamar lalu turun menuju meja makan. Sudah ada Gala dan Bulan, serta Langit dan Lintang tidak lupa King and Queen di rumah ini.

“Baru bangun?” Tanya Mama Olivia.

“Nggak Ma. Dari subuh, kebangun gara-gara mual” kata Starla. Ia menatap makanan yang di hidangkan Mbak Ipah.

“Mbak nggak ada Tomyam?” tanya Starla.

“Non Starla mau Tomyam?” tanya Mbak Ipah. Starla mengangguk.

“Tolong bikinin ya Mbak” kata Starla sambil tersenyum.

“Sejak kapan Lo doyan Tomyam begini?” tanya Gala di seberang sana, sibuk mengaduk outmeal di mangkuk putih.

“Sejak hamil anak Saga” kata Starla ringan, ia sambar satu buah apel muda dan menggigitnya.

“Hah?” tanya Papa Evan.

“Kok Hah sih Pa? Bilang selamat kek. Papa kan mau punya cucu” kata Starla sambil tersenyum. Puas sekali ia melihat ekspres terkejut itu pagi-pagi.

Papa Evan menyipitkan matanya.
“Jangan bicara sembarang kamu” kata Papa Evan.

“Nggak kok, ada buktinya” kata Starla, ia berdiri dan berlalu ke kamar lalu membawa satu benda pipih yang paling Mama Olivia dan Papa Evan kenali.

“Sebenarnya mau kasih tahu Sagara dulu. Baru kasih tahu Papa” kata Starla. Sambil membolak-balikkan benda itu.

Mama Olivia mendekat. Dan memeluk putrinya.
“Selamat sayang” kata Mama Olivia. Starla tersenyum.

“Kok bisa?” tanya Papa Evan.

“Bisalah A. Kan Starla punya suami” kata Mama Olivia.

“Kapan kalian ketemu?” tanya Papa Evan mulai meninggi. Bahkan Gala dan Bulan ikut terkejut mendengarnya.

“Papa...”

“Aa’...

“Kapan kalian ketemu ? Papa tanya Kapan jawab Starla” kata Papa Evan lagi.

Starla menunduk, takut-takut saat melihat Papa Evan.

“A’, Aa jangan marah ya. Biasa kali A, namanya juga udah nikah, hamil. Mana ada orang sanggup pisah sama suaminya” kata Mama Olivia mulai khawatir.

“Jawab!” kata Papa Evan lagi.

Starla sudah menangis.
“Papa nggak sayang aku. Bahkan saat aku udah hamil gini Papa nggak ikut senang. Aku kecewa sama Papa” kata Starla. Ia berlari dari meja makan menaiki tangga.

“Starla jangan lari-lari” teriak Mama Olivia. Ia berdiri setelah menoleh dengan tatapan kecewa pada Suaminya. Dan menyusul Starla ke kamarnya.

Papa Evan ikut berdiri juga. Berlalu keluar rumah karena pagi ini ia harus ke kantor.

*******

Starla menangis sambil mengusap perutnya sendiri. Berkali-kali ia menghubungi Sagara namun tidak diangkat.

“Starla” panggil Mama Olivia saat masuk kamar. Ia mendekat.

“Makan dulu sayang, Tomyamnya udah masak” kata Mama Olivia.

Starla menggeleng “Nggak nafsu lagi Ma” kata Starla.

“Jangan nangis terus, Nak. Nanti cucu Mama ikut sedih” kata Mama Olivia.

Tangis Starla pecah.
“Kenapa Papa malah marah dan bentak aku ?” tanyanya.

“Ssstt... udah ya, jangan nangis lagi”

*

Sedangkan di Kuala Lumpur.

Sagara menunduk saat mendapat omelan pedas dari Papa Bagas.
“Papa ketemu sama dosen kamu. Nggak ada praktik di Singapura. Apa kamu bohongin Papa?” tanya Papa Bagas.

“Papa udah cek semua pengeluaran kamu, tiket ke Indonesia. Tagihan menyewa resort di Olivia Island. Kamu ke sana sama siapa? Sama istri kamu?. Apa diam-diam kalian ketemu? Katakan!” kata Papa Bagas.

Sagara mengangguk pelan. Papa Bagas langsung membuang napas kasar berkali-kali.

Tidak lama ponselnya berdering, ada panggilan dari Papa Evan.

“Ya, Van?”

*******************
****************

Papa Evan sampai di kantor. Ia tatap tes kehamilan milik Starla.
“Ya Tuhan, sebentar lagi gue mau punya cucu” katanya. Ia tersenyum tipis. Dalam ingatannya kembali menari bagaimana Starla kecil dulu. Starla yang sudah tumbuh besar dan sekarang sudah menikah dan mengandung.

Ia merutuki kesalahannya membentak Starla tadi. Setelah Mama Olivia mengirim Video Starla menangis. Entahlah Papa Evan cukup kecewa dengan Starla yang tidak patuh pada aturan pernikahan ini. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi.

Ia kembali pulang saat pesan Mama Olivia sungguh merugikannya dalam hal ranjang. Dengan kembali meminta Marco mengantarnya. Ia sampai di rumah.

“Starla”

Ia mendekat ke arah Starla yang masih menangis.

“Maafin Papa ya. Papa nggak bermaksud bentak kamu. Papa Cuma nggak nyangka kalau kamu dan Sagara bisa merencanakan ini semua tanpa sepengetahuan kami” kata Papa Evan. Ia mendekat, memeluk Starla.

“Papa dimaafin kan?” tanya Papa Evan.

“Papa senang nggak?” tanya Starla.

“Senang dong, bentar lagi rumah bakal ramai. Papa jadi ingat waktu Mama hamil kalian dulu” kata Papa Evan.

“Bener senang aku hamil?” tanya Starla lagi. Papa Evan mengangguk.

“Ok aku percaya kalau Papa sayang aku. Tapi sebagai buktinya Papa harus telpon Papa Bagas, minta Sagara pulang, aku kangen mau peluk” kata Starla. Papa Evan terkekeh pelan.

“Nggak mau peluk Papa aja? Sagara kan kuliah” kata Papa Evan.

“Pa...” rengek Starla. Papa Evan mengangguk menenangkan.

“Iya, iya. Papa telpon sekarang” katanya.

*****************
*********** 

Papa Bagas dan Sagara sampai siang ini di rumah keluarga Alexander.

“Maaf Tuan, Aden. Langsung ke kamar Non Starla aja kata Bapak sama Ibuk” kata Teh Ami.

“Makasih Teh” kata Sagara.

Tadi, Papa Bagas mendapat telpon dari Papa Evan. Katanya mereka harus pulang ke Indonesia. Semua menyangkut kondisi Starla. Namun, tidak disebutkan secara spesifik. Sagara sendiri yang panik saat istrinya di sebut. Menjadi tergesa-gesa menuju rumah mertuanya. Lalu langsung membuka pintu kamar.

“A” Starla berdiri dari tidurnya. Menuju Sagara dan memeluknya.

“Ada apa Queen?” tanya Sagara cemas. Starla tidak menjawab hanya memeluk suaminya itu dengan erat

Sedangkan Papa Evan dan Mama Olivia mendekat ke arah besannya. Mengajaknya keluar dan memberi ruang untuk Sagara dan Starla serta membahas perihal ‘Cucu’ mereka yang diam-diam sudah hadir.

Starla melepas pelukan itu sesaat setelah itu ia mengunci pintu. Lalu mendekati Sagara lagi dan menggenggam tangannya, menarik Sagara duduk di kasur.

Tatapan Sagara masih bingung. Menatap istrinya yang senyum-senyum menatapnya.
“Pertanyaan Aa nggak kamu jawab Queen. Kamu kenapa? Nggak kuliah?” tanya Sagara.

Starla terkekeh pelan.
“Kan Ibu Hamil nggak boleh capek-capek” katanya.

Beberapa detik mata Sagara berkedip-kedip, terlihat mencerna ucapan istrinya. Namun sebelum sepatah dua patah kata keluar dari mulutnya, tangannya Starla raih, dan berada diperut istrinya itu sekarang.

“Aa... bisa rasain nggak ?” tanya Starla. Air muka Sagara langsung berubah, senyumnya terbit.

“Sayang... ini...” anggukan Starla menjadi jawaban atas pertanyaan Sagara barusan.

“Ya Tuhan, beneran?” tanya Sagara, ia memeluk dan mencium pipi dan bibir istrinya secara bergantian.

“Serius Queen, sejak kapan? Kok nggak ngasih kabar?” Tanya Sagara, kepalanya sudah berada diperut yang sudah tidak ada penutup itu. Meminta Starla berbaring agar ia bisa menyapa anaknya.

“Baby...” sapanya. Ia kecup perut itu berkali-kali. Sedangkan Starla tangannya sibuk mengusap rambut Sagara.

“Tadi aku mau ngasih kabar, tapi ponsel Aa nggak aktif” kata Starla. “Aa ke mana aja? Nggak aneh-aneh kan?” tanya Starla curiga. Kepala Sagara langsung mendongak menatap istrinya, mendekat ke arah Starla yang berbaring.

“Apa Aa terlihat mencurigakan Queen ? Atau ada hal aneh yang kamu rasakan?” tanya Sagara, menatap intens istrinya itu. Starla langsung melingkarkan tangannya di leher Sagara.

“Habis... Aa nggak apa-apain aku setelah kita ketemu, Aa sibuk sama bayi yang ada diperut aku aja” kata Starla.

Ah, Princess Elsa ini... selalu tidak ingin terbagi sekalipun dengan anaknya sendiri. Ok, mungkin Sagara akan menunjukkan betapa Starla sangat ia rindukan selama satu bulan sejak mereka honeymoon diam-diam di Olivia Island. Dan membuat Istrinya itu percaya kalau tidak ada perempuan lain selain Starla dan Mama Salsa.

“Aaahhhh....”

“Kalau hamil boleh gitu nggak sih?” tanya Sagara.

“Aku chat Cinta dulu” katanya.

*****************

Sedangkan Papa Evan dan Papa Bagas, berbicara di ruang keluarga. Mama Olivia sengaja tidak ikut serta, biarkan menjadi urusan para Bapak-bapak yang dari awal bisa-bisanya membuat kesepakatan gila ini.

“Starla hamil?” tanya Papa Bagas. Terlihat bahagia dan bingung juga.

“Ya, ide nikah gantung Lo gagal, Gas” kata Papa Evan.

Papa Bagas hanya menghela napas kasar. Lalu mengangguk sebagai pembenaran pada ucapan Papa Evan barusan.

“Lupakan soal nikah gantung yang gagal ini. Starla, maksud gue, Cucu kita, nggak mau jauh dari Papanya” kata Papa Evan.

“Tapi kuliah Sagara”

“Pindahin ke sini aja... biar bisa kuliah bareng Starla. Ya hitung-hitung ada yang jagain Starla selama dia kuliah dan hamil juga. Ngandalin Upin sama Ipin nggak mempan. Buktinya mereka lolos dan bisa ketemu diam-diam” kata Papa Evan.

Papa Bagas mengangguk.
“Yaudah gue mau ke Bandung dulu. Kasih kabar ini ke Salsa” kata Papa Bagas yang sudah berdiri. Di susul Papa Evan juga. Mereka menoleh ke arah tangga.

“Biar Sagara disini aja Gas. Lo kayak nggak pernah LDR sama bini aja” kata Papa Evan.

Papa Bagas langsung terkekeh pelan. Kalah Star sekali ia hari ini dari Sagara. Sedangkan ia sendiri belum bertemu Mama Salsa sejak 2 bulan ini. Dan Sagara sudah menikungnya lebih dulu dengan pura-pura praktik di Singapura.

“Yaudah. Gue cabut dulu” katanya. Papa Evan ikut mengantar keluar sampai mobil yang membawa Papa Bagas ke Bandung berlalu meninggalkan halaman rumah.

************

Ok baiklah mari kita lihat perjalanan cinta keduanya selama kuliah ya...
Beberapa bab lagi sebelum tamat !

Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang