55. Lamaran kilat

775 26 6
                                    

Happy reading

Gibran yang masih di Bandung sejak hari kelulusan Starla mengajak kedua orang tuanya untuk berbicara.

“Aku mau menikah” kata Gibran.

Papa Bagas dan Mama Salsa tampak tenang tak terkejut.

“Kalian sudah tahu siapa calon ku kan?” Tanya Gibran.

“Hasil kamu menggoda istri orang?” Tanya Mama Salsa.

“Ma...”

“Jangan kamu pikir Mama sama Papa nggak tahu, kamu bawa Starla ke kamar 3 bulan lalu setelah makan malam” kata Mama Salsa. Gibran menunduk.

“Asal kamu tahu Gibran. Sagara melihat semuanya. Sampai dia memilih pergi dari rumah dan nggak pulang” kata Mama Salsa.

Mama Salsa meluapkan kekesalannya selama beberapa bulan ini. Tentang Gibran yang tidak tepat janji kepadanya. Awalnya, saat ia pikir Gibran sudah mulai membuka hati dengan mendekati Laura. Semuanya akan baik-baik saja. Isengnya ia membuka CCTV lantai dua membuat ia tahu apa yang terjadi. Meski tidak mendengar tapi dari cara Sagara yang mengintip dan bagaimana putra bungsunya itu mengusap air mata. Dari sana Mama Salsa bisa menyimpulkan, kalau terjadi hal yang membuat hati Sagara sakit.

“Ma... maaf” kata Gibran.

“Aku dan Starla saling mencintai. 10 bulan waktu yang kami tunggu. Dan perasaan kami sama-sama tidak terkikis. Apa setelah sama-sama lepas, jalan untuk kami bersama masih terhalang?” tanya Gibran.

“Tolong Ma... lamar Starla untukku” kata Gibran mengiba.

Papa Bagas mengusap punggung tangan istrinya. Sebagai orang tua, mereka harus adil kan?

“Mama nggak tahu apa respon Evan sama Oliv kalau tahu calon menantunya adalah kakak kandung dari mantan menantunya” kata Mama Salsa.

Ah, bingung 

Mama Salsa berdiri, hendak berlalu ke kamar. Namun baru akan keluar dari area sofa, Gibran kembali berbicara.
“Lusa ya Ma, kita ke Jakarta” kata Gibran. Mama Salsa tidak menjawab ia melengos begitu saja meninggalkan Gibran yang kembali menunduk.

“Pa...” ucap Gibran lagi, tatapannya memohon. Papa Bagas hanya menghela napas kasar.

“Siapkan keperluan lamaran. Mama sama Papa hanya tahu beres” katanya. Air muka Gibran langsung berubah.

“Iya, Pa” katanya semangat.

********

“Ma...” panggil Papa Bagas saat baru masuk kamar. Terlihat Mama Salsa sedang duduk di sofa dengan album foto di tangannya.

“Keluarga kita udah nggak utuh” kata Mama Salsa.

Papa Bagas mendekat.
“Jangan berbicara seperti itu” katanya.

“Kita nggak bisa memilih jalan takdir seseorang. Percuma di kerasin, Starla tetap mau Gibran. Begitu juga sebaliknya” kata Papa Bagas.

“Tapi Sagara ? Dia pasti nggak baik-baik aja” kata Mama Salsa sambil menangis.

“Ma... sebagai orang tua. Kita harus berlaku adil sama anak kita. Disini hanya Starla yang bisa nentuin pilihan dia siapa. And see... Starla lebih memilih Gibran. Kita nggak bisa diam begitu saja, saat Gibran ingin menyampaikan niat baiknya” kata Papa Bagas.

“Tapi Mama malu. Malu sama Oliv sama Evan. Apa yang bakal mereka pikirin soal Gibran sama Sagara” kata Mama Salsa.

“Gibran juga, kenapa nggak sadar sih kalau Starla udah jadi adik iparnya dia” kata Mama Salsa.

Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang