34. Abang... Maaf

762 15 0
                                    

Happy Reading

Sagara menaiki tangga dengan menggendong Starla menuju kamar mereka, sedangkan Starla sudah membenamkan wajahnya di ceruk leher Sagara. Mengecupnya dengan lembut membuat Sagara merinding.

Saat sampai di kamar Sagara membaringkan Starla dengan hati-hati.

"Ahhhh..." Starla lagi-lagi mend*sah.

"Star...."

"Saga..." panggilnya ia tatap Sagara yang masih menatapnya. Lalu tangan Starla terulur untuk menyentuh pipi Sagara dan mengusapnya dengan lembut.

"Star..."

Sagara mendekat dengan terus menatap manik mata yang redup dan berkabut dengan gairah. Ia raih tengkuk Starla untuk melumat bibir itu dengan lembut. Dada Starla membusung, tangannya meremas bahu Sagara, menikmati sensasi ciuman pertama dengan pria lain selain Gibran.

Ciuman Sagara semakin menuntut perlahan turun menuju leher Starla yang hanya berbalut jaketnya, ia lepas jaket itu lalu ia tatap tubuh Starla yang hanya memakai tangtop dan br*. Berkali-kali Sagara menelan saliva dengan susah payah. Ia sibak jaket itu lalu ia turunkan tali tangtop Starla, menampilkan Br* yang membalut dadanya.

Starla menangis saat pengait br* sudah terlepas bahkan tangtop saja sudah melorot sampai di bagian perut. Otaknya ingin semua ini berhenti namun tubuhnya malah berkata lain, dengan menangis Starla menyebut nama Gibran di dalamnya, merasa mengkhianati, merasa ingkar janji atas apa yang ia alami.

"Abang... Maaf" lirih Starla.

Sagara yang sedang bermain di area d*da Starla langsung berhenti, ia tatap Starla yang matanya terpejam dan menangis dengan menyebut nama Gibran. Tidak, ini tidak benar. Starla benar istrinya, tapi bukan berarti Sagara bebas mengambil keuntungan dari apa yang menimpa Starla sekarang. Perlahan gairah Sagara menyurut, melihat Starla di kondisi ini harusnya ia membantu dengan alternatif lain, bukan malah ikut menyakitinya.

Sagara bangun menuju kamar mandi, ia isi bathup dengan air dingin lalu kembali ke kamar dan membawa Starla ke sana.

IA duduk kan Starla di dalam bathup yang penuh, dingin air membuat Starla menjerit.
"Akkkhhhh"

"Star tahan ya, katanya mau pengaruh obatnya hilang" kata Sagara.

Starla hanya mengangguk lalu memeluk dirinya sendiri saat shower membasahi tubuhnya.

"Gimana, masih panas ?" tanya Sagara. Starla menggeleng dengan bibir gemetar ia menjawab "Di-dingin..." katanya. Sagara bantu Starla keluar lalu memakaikan handuk dan meminta Starla menunggu sembari mengambil baju salinan.

"Pakai nih, gue tunggu di luar, mau ambil air es dulu" kata Sagara. Starla mengangguk saat melepas handuk ia merasakan panas itu lagi, dengan segera ia berlalu menuju shower kembali berdiri di bawah guyuran air tersebut.

"Ya Tuhan kapan ini akan berakhir?" monolog Starla.

Sungguh ia lega Sagara tidak mengambil haknya, sekalipun Starla akan ikhlas kalau itu terjadi. Melihat Sagara yang membantunya sampai seperti ini, Starla juga harus berjuang agar pengaruh obat itu segera habis dan berakhir. Setelah ia rasa dingin, ia kembali memakai handuk dan mengganti salinan dengan baju yang sudah Sagara berikan.

*

Sagara turun ke lantai bawah, ia menuju kulkas mencari es batu dan menyimpannya di dalam waslap anti air lalu mengisi botol minum dengan air dan membawanya ke kamar. Saat sampai Starla baru keluar dengan rambut basah. Sagara tekan remote AC untuk menurunkan suhu ruangan agar dingin.

"Nih kalau pengaruh obatnya kambuh lagi, Lo bisa letakin waslap di kepala Lo" kata Sagara sambil memberikan waslap itu kepada Starla.

Starla menerimanya.
"Minum yang banyak, Lo harus rutin buang air kecil juga" kata Sagara. Starla mengangguk dan menerima botol minum dari Sagara.

Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang