69. Anggota baru

1K 22 5
                                    

Haloo... ada anggota baru nihh di kediaman Papa Evan dan Mama Olivia...

Siapa ya? Sejauh ini udah Over Negative Thinking belum siih? Udah mikir kemana-mana aja?

Hehehe ya sudah. Selamat membaca ya. Semoga hari-harimu menyenangkan setelah membaca ini. XD

Dan.... jangan apa-apain Papa Evan aku 😭

***********




Starla berkali-kali melirik lift menuju lantai 3. Sudah sepekan ini Mama Olivia memilih dikamar saja dan tidak boleh di ganggu. Makanan dan minuman akan di antar oleh Teh Ami atau Mbak Ipah. Semua yang ada disana ingin mengecek kondisinya tapi tidak diizinkan. Bahkan Papa Evan sendiri sudah berusaha mengajak turun namun Mama Olivia masih betah disana.

Ting

Pintu lift terbuka. Ada Mama Olivia yang melangkah menuju meja makan. “Mama” suara Langit dan Lintang terdengar. Mama Olivia tersenyum tipis lalu menatap satu kursi yang biasa Papa Evan isi dan kursi itu masih kosong.

“A... Papa belum pulang, Ma” kata Starla menjelaskan. Mama Olivia hanya mengangguk singkat. Ia mendekat ke arah kursi yang biasa ia isi. Mengambil piring dan mulai menguap makan malam dengan segala perasaan di dadanya.

Setelah makan malam selesai, saat semua akan berlalu entah itu ke kamar, gazebo taman belakang atau duduk di ruang santai sambil menonton televisi. Seorang pria baru saja masuk dengan seorang anak kecil yang menggenggam jari telunjuknya.

“Ini rumah Papa. Rumah Nafa juga, rumah baru kamu” katanya. Semua menoleh menatap Papa Evan yang sudah berhenti dan menatap semua orang.

Gadis kecil berusia sekitar 4 tahun itu juga menatap ke arah yang sama. Starla menjadi orang pertama yang bersuara “Pa, ini siapa?” tanyanya.

Tatapan Papa Evan teralih ke arah Mama Olivia yang tampak gusar. Ia tidak membalas tatapannya, menatap ke objek lain seolah tidak menyadari kalau ada Papa Evan sekarang di hadapannya.
“Dia... Nafa. Anggota baru di keluarga kita” kata Papa Evan. Sorot matanya masih menatap Mama Olivia yang hanya diam. Ia lalu berjongkok di samping gadis kecil itu.

“Nafa... mereka semua kakak-kakak kamu. Dan yang itu...” tunjuk Papa Evan pada Mama Olivia “Dia Mama Olivia, Istri Papa, Mama kamu juga” kata Papa Evan.

Gadis kecil dengan boneka beruang coklat ditangannya menoleh ke arah Mama Olivia “Mama?” tanyanya. Papa Evan mengangguk. Gadis itu mendekat. Setengah berlari memeluk kaki Mama Olivia yang hanya diam dan kaku sekali.

“Mama...” ucapnya, ada nada riang disuara khas anak kecil itu. Berkali-kali Mama Olivia mengatur napasnya. Tangannya akhirnya terulur, mengelus rambut gadis itu. Ia menatap ke bawah. Gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Gadis kecil yang membuat rumah tangganya dingin selama beberapa waktu ini. Gadis kecil yang membuat suaminya.... kembali menoreh luka.

“Mama...” katanya lagi. Mama Olivia berjongkok “Ya” jawabnya. Gadis itu langsung memeluknya “Aku pengen banget dali dulu punya Mama” katanya. “Ya” hanya itu yang mampu Mama Olivia ucapkan. Lalu Papa Evan mendekat “Nafa istirahat ya, kata dokter harus banyak istirahat” katanya, gadis kecil itu mengangguk. Papa Evan memanggil Teh Ami agar membawa Nafa berlalu ke kamar yang sudah Papa Evan siapkan dari jauh hari.

Setelah Nafa berlalu, Mama Olivia memilih berlalu juga. Menyisakan Papa Evan yang menatap punggung itu kian jauh.
“Pa...” panggil Starla. Papa Evan menatap wajah bingung itu bergantian “Anggap dia sebagai adik kalian” katanya. Hanya itu, lalu ia pergi menyusul Mama Olivia. Naik ke lantai 3 dan masuk ke kamarnya.

“Sayang...”

Mama Olivia tidak menoleh sama sekali. Ia masih sibuk membenarkan beberapa Vas yang terlihat tertata tidak rapi.

“Makasih kamu sudah berbesar hati menerima Nafa dalam keluarga kita” kata Papa Evan. Ia mendekat, ingin memeluk tubuh yang sukar ia gapai selama beberapa hari ini.

“Van, ayo kita bercerai” tangan Papa Evan terasa membeku saat baru saja menyentuh pinggang ramping istrinya. Mama Olivia berbalik “Ayo kita akhiri saja rumah tangga ini. Kita hidup sendiri-sendiri. Bahagia sendiri, sedih sendiri dan melewati semua hal dengan sendiri” Papa Evan menggeleng pelan “Liv, Aa’ udah jujur sama semuanya. Nggak ada yang salah sama salah paham ini. Tapi kenapa kamu malah minta kita selesai?” Tanyanya.

Mama Olivia melangkah menuju kasur duduk disana, kepalanya mendongak menahan air matanya agar tidak jatuh buru-buru. Meski tidak dapat ia cegah untuk mengalir di sela hidung mancungnya.
“Nggak ada yang salah...” suaranya terdengar bergetar “Baik kamu, wanita itu dan anak kecil yang kamu bawa—mereka nggak salah—ini jalan takdir. Tapi, aku... aku yang nggak siap dampingi kamu lagi. Hidup lebih lama sama kamu lagi—aku nggak bisa. So please... pulangkan aku sama Mama Elfa” katanya. Ia menatap Papa Evan yang menunduk. Lalu pria itu mendekat, duduk di depannya. “Tidak dengan perceraian... tolong” kepalanya ia tangkup di lutut Mama Olivia. Memohon agar wanitanya itu tidak pergi.

“Kamu nggak pernah belajar dari masa lalu...” lirih suara Mama Olivia terdengar di antara isak tertahan yang menggema dikamar itu.

Sedangkan Starla yang sudah masuk tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mematung disisi pintu. Tangannya bergetar hebat. Bahkan perutnya ikut keram. ‘apa ini? Apa yang terjadi? Siapa? Kenapa?’ semua pertanyaan berputar diotaknya. Ia mundur disela pintu berbalik dan menuruni anak tangga ke kamarnya. Sambil menangis ia memeluk Sagara yang sibuk membaca buku.

“Queen kenapa?” tanya Sagara. Mengusap rambut istrinya yang menangis. “Mama... Mama Papa mereka... mau cerai” kata Starla. Ia mendongak menatap Sagara.

“Aku denger A. Aku denger. Mama nyebut wanita, anak dan akhir dari rumah tangga mereka. Aku denger semuanya” kata Starla lagi. Sagara menangkup wajah istrinya, ibu jarinya menyapu sudut mata yang mengeluarkan air itu.

“Udah jangan OVT” Starla menggeleng “Gimana nggak di pikirin? Mereka mau cerai dan... Nafa? Apa dia anak Papa? Apa dia anak hasil hubungan gelap?” tanya Starla, ia memberontak dan bersiap keluar dari dalam pelukan Sagara. Namun, Sagara malah menahannya “Queen mau ke mana?” tanya Sagara. Starla menoleh “Aku mau samperin Nafa. Aku mau marah-marah pokoknya” kata meluap-luap. Ibu hamil ini seolah lupa kalau ia juga sedang hamil. Ada makhluk kecil yang juga tumbuh ditubuhnya.

“Jangan... Aa mohon jangan campuri urusan orang tua” kata Sagara. Bahu Starla meluruh “Tapi...” Sagara menggeleng, mengusap bahu istrinya, memintanya beristirahat karena besok mereka akan kuliah pagi.

*****************
***************



Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang