53. Lulus

616 22 4
                                    

Happy reading

Hari-hari berlalu begitu cepat.

Arkaan selaku kepala yayasan, baru saja memberikan kata terima kasih, kepada wali murid yang sudah hadir dalam acara hari kelulusan semua anak didiknya.

“Terima kasih, Bapak dan Ibuk sudah mempercayai sekolah kami, untuk di jadikan sebagai sarana menimba ilmu untuk anak kalian. Kami sangat berharap, ke depannya mereka menjadi orang yang sukses dan berguna bagi masyarakat luas. Beberapa siswa dan siswi yang terpilih menjadi top 10 siswa berprestasi, adalah bukti jika sekolah kami benar-benar mengapresiasi semua murid tanpa pandang status sosial mereka. Semua yang terpilih berhak mendapatkan beasiswa untuk jalur prestasi di janjang Universitas yang kami rekomendasikan....

Arkaan masih sibuk berpidato di atas podium. Sedangkan Starla sudah tidak fokus lagi. Ia sibuk berbalas chat. Setelah tadi maju ke depan untuk penghargaan top 10 yang berhasil ia raih sebagai peringkat ke 9.

-Aku lagi di sekolah, Bang.
Isi pesan Starla.

-Selamat ya cantik. Akhirnya lulus juga.
Balas Gibran.

-Iya, Bang. Abang kapan pulang?
Pesan Starla.

-Maunya kapan?

-Sekarang kalau bisa
Pesan Starla.

-Lihat ke pintu dekat belakang panggung.

Starla langsung mengedarkan pandangannya. Ada Gibran disana dengan buket bunga.

-Kapan pulang cinta?

-Baru sampai Bandung, Sayang. Abang tunggu nanti di mobil.
Pesan Gibran.

Starla tersenyum sambil membalas.
-Iya sayang.

“Sttsss...”

Starla menoleh saat Mama Olivia menyenggol bahunya.
“Fokus ke depan” kata Mama Olivia. Starla terkekeh pelan.
“Iya Ma”

Terlihat Arkaan menyudahi pidatonya. Beberapa wali murid sudah mulai berdiri untuk pulang.
“Mama mau ke mana?” tanya Starla.

“Mama sama Papa langsung ke Jakarta ya. Aa’ kamu juga ada acara disekolah” kata Mama Olivia.

Starla berseru senang.
“Yaudah aku nyusul besok” kata Starla.

Mama Olivia yang berpikir kalau Starla akan berlibur dengan Sagara ke Jakarta pun mengangguk.

“Salim sama Papa sana” kata Mama Olivia.
Starla langsung menuju Papa Evan yang tengah berbicara dengan Papa Bagas.

“Pa...” sapa Starla pada keduanya.

“Selamat ya, Nak” kata Papa Bagas. Starla tersenyum “Makasih, Pa” jawabnya.

“Starla, Mama udah bilang kan kalau Papa nggak bisa nginap di Bandung ?” tanya Papa Evan. Starla mengangguk “Iya Pa nggak apa-apa. Besok aku nyusul” kata Starla.

“Yaudah, Papa balik kalau begitu. Kamu ke Jakarta hati-hati ya” kata Papa Evan.

“Iya, Pa. Papa juga hati-hati” kata Starla.

Seperginya Papa Evan dan Wali murid yang lain. Semua siswa kelas XII langsung berkumpul di lapangan indoor.

Starla meremas spidol warna hitam, matanya mengedar mencari seseorang dan saat ia menemukannya ia langsung berteriak.

“Sagara!!”

Sagara yang dari dalam studen center memperhatikan Starla. Sampai gadis itu keluar dan sekarang baru menyadari kalau ia memperhatikannya mendekat.

“Nih, gue mau Lo jadi orang pertama yang tulis sesuatu di baju gue” kata Starla sambil memberikan spidol hitam itu.

Sagara menerimanya. Lalu membalik tubuh Starla. Lama ia akan melabuhkan tulisan di baju putih itu, sampai dengan segala keberanian akhirnya ia menulisnya juga.

I Love You, Starla ♡

Meski tahu ini sudah terlambat setidaknya Sagara sudah mengungkapkannya.

“Udah?” tanya Starla.

Sagara mengangguk “Udah” balas Sagara.

Starla berbalik dan tersenyum.
“Sini, sekarang giliran gue” katanya.

“Tulis disini” kata Sagara. Sambil menunjuk dada kirinya. Starla langsung menulisnya.

Starla cantik.

Tidak lupa sebuah tanda tangan.

“Makasih” kata Sagara. Starla terkekeh pelan.

“Apaan sih makasih segala” kata Starla lalu berlalu dari sana mencari Elin dan Alya.

Sagara menatap kepergian Starla sambil memegang dada kirinya.
“Makasih Star... makasih udah ada di hidup gue selama ini. Maafin gue yang terlalu pengecut buat jujur soal perasaan gue yang sebenarnya. Tapi, jauh dari itu semua, gue benar-benar pengen Lo bahagia” monolog Sagara dalam hati.

Sagara memilih berlalu dari ratusan siswa dan siswi yang sama dengannya. 2 bulan terakhir nyatanya tak membuat ia berhasil mendapatkan hati Princess Elsa. Biarlah, akan Sagara kubur cinta untuk Starla sampai akhir nanti, sampai ia bisa menerima kenyataan kalau ada cinta yang lebih besar dari cintanya, yaitu Gibran – Abang kandungnya sendiri.

Sagara membawa keluar motor sportnya. Melajukan dengan kencang, membelah jalanan kota Bandung. Sambil membiarkan air mata yang menetes dibalik helm. Hari kesakitan itu akhirnya tiba. Siap tidak sial Sagara harus melewatinya dengan lapang dada. Menerima garis takdir dari Yang Maha Kuasa.

*****************

Starla sudah menyiapkan semua pakaiannya ke dalam koper. Sepulang sekolah tadi yang di jemput Gibran. Ia tidak mendapati Sagara di rumah.

Tidak lama pintu kamar terbuka. Menampilkan Sagara yang kusut. Starla tersenyum.
“Ga... gue mau ngomong” kata Starla. Sagara mengangguk setelah menyiapkan mental untuk mendengar ucapan Starla.

Starla mengeluarkan surat kontrak pernikahan mereka. Lalu mulai berbicara dengan Sagara.
“Lo nggak lupa sama ini kan?” tanya Starla. Dengan berat hati Sagara mengangguk.

“Gue mau nagih janji Lo soal surat ini” kata Starla.

“Besok kita ke Jakarta ya. Lo bisa ngomong langsung sama Papa kalau hubungan kita nggak bisa dipertahanin” kata Starla lagi.

Sagara terdiam.
“Saga, Lo denger gue kan?” tanya Starla.

“Ya... gue denger” kata Sagara akhirnya.

“Tapi, dengan satu syarat” kata Sagara.

“Syarat?” Starla mulai bingung.

Sagara mendekat dengan tatapan lekat ke arah Starla.
“Jalani kewajiban terakhir Lo sebagai istri” ucap Sagara pelan namun begitu dalam di telinga Starla.

“Hah?”

“Sa-Saga... ini nggak benarkan? Di perjanjian nggak boleh kontak fisik” kata Starla.

“See ? Apa tertulis ? Kalau nggak. Berarti itu bukan perjanjian kita” kata Sagara.

“Tapi...”

“Menolak ajakan suami dosa besar Starla” kata Sagara.

Starla memejamkan matanya kuat-kuat. Lalu kembali menatap Sagara lagi. Dengan mata yang berkaca-kaca, ia lalu berkata.
“Ok... ambil hak Lo” katanya.

Sagara mendekat, menghiraukan tatapan Starla yang sendu akibat air matanya. Selama ini, Starla begitu membentengi diri. Dan sekarang hanya karena ingin bercerai, satu-satu hal yang berharga di dirinya rela ia lepaskan.

Starla meremas seragam Sagara. Saat ciuman itu semakin dalam dan kasar.

“Huuummm” 

“Balas Star... gue suami Lo. Banyak pahala yang bakal Lo dapatin dari ciuman ini. Seenggak bisa mengimbangi nilai dosa yang udah Lo lakuin waktu cium Bang Gibran di rumah Mama” bisik Sagara.

Starla menangis mendengar perkataan Sagara yang terdengar merendahkannya. Tanpa menunggu apa-apa lagi, Sagara mendorong kasar tubuh istrinya itu ke kasur. Melepas semua pakaian Starla.

“Jangan...” ucap Starla sambil menyilangkan tangannya di dada.

Sagara tidak peduli, ia buka seluruh pakaian Starla tanpa menyisakan apa pun.

“Bagaimana bisa Lo bilang Lo masih gadis, Star. Bahkan sekarang semua yang Lo punya bisa gue sentuh kapan aja” kata Sagara. Ia mendekat, menatap Starla yang menangis. Ia kecup lembut bibir yang bergetar itu. Lalu memeluk tubuh Starla dengan erat, membenamkan hidung mancungnya di ceruk leher Starla. Sagara menangis.

Ia kecup penuh sayang leher Starla berkali-kali. Sambil mengucapkan kata cinta di dalam hatinya.

Bukan ini yang ia mau, bukan dengan cara seperti ini yang ia inginkan untuk berbuka ‘Puasa’. Ia ingin Starla yang ikhlas dan rela serta siap lahir batin. Starla yang menyerahkan diri. Bukan dengan iming-iming syarat cerai darinya.

Sagara meraih selimut lalu menutupi tubuh Starla yang masih polos. Ia berlalu ke kamar mandi, mengguyur kepalanya dengan shower dan memukul dinding marmer sejadi-jadinya.

______________


Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang