68. Ngidam

1K 28 6
                                    



Sebelumnya aku mau minta maaf dulu, jarang up Starla. Karena selain sakit aku juga nggak suka obat. Sama... di daerah tempat aku tinggal lagi nggak baik-baik aja. Ada buronan baru lepas dan masuk ke daerahku (kabarnya sih). Aku yang gampang panik jadi nggak bisa tidur dengan baik. Hal hasil nulis jadi tersendat gini...
Maaf yaa semua 😭

Yaudah sebelum baca aku mau ucapin lagi...
Soal... Hati-hati gaess...
Di akhir bab ini...



******

Happy Reading...

Mama Salsa yang mendapat kabar kalau Starla hamil benar-benar exaited sekali. Segala macam jenis hantaran pengidaman sudah ia siapkan. Buah, jajanan tradisional bahkan beberapa makanan kesukaan Starla juga ada.

“Nak...” ia segera memeluk Starla, Saat ibu hamil itu turun dari kamarnya bersama Sagara.

“Ma... maaf ya, Aa’ Saga jadi ketahan dulu, nggak bisa langsung ke Bandung” kata Starla saat keduanya sudah duduk.

“Its okay, emang harusnya gitu, ada di saat-saat istri lagi hamil suami kan harus jagain” ia melirik ke arah Papa Bagas yang tersenyum kaku sekali.

“A... Papa udah putusin kalau kamu kuliah disini aja. Sekalian jagain Starla sama cucu Papa” kata Papa Bagas. Walau Sagara ingin sekali tertawa melihat bagaimana tertekannya Papa Bagas saat Mama Salsa baru saja menatap demikian, ia tetap urangkan, biarlah yang penting kuliah disini bersama Istrinya.

“Udah periksa?” tanya Mama Salsa meraba perut Starla. Starla mengangguk “Udah Ma, udah 4 minggu” kata Starla.

Ada helaan napas dari Papa Bagas, namun langsung tercekat saat Mama Salsa menoleh.
“A... Papa Salut kalian bisa merencanakan semua dengan matang” katanya dengan senyum kaku, kalimat ini entah bisa disebut sebagai pujian atau justru sindiran keras karena tidak taat aturan. Mama Salsa tidak menanggapi lagi. Hanya fokus pada Starla dan segala petuah untuk ibu hamil di depannya.

“Minum dulu Gas, Sal” kata Mama Olivia yang baru saja kembali dari kantor Papa Evan. Dia Ikut duduk dan bergabung dengan yang lain.

“Evan belum pulang, Liv?” tanya Bagas.

“Belum... nanti sore” kata Mama Olivia.

“Gue titip Sagara ya. Maaf kalau dia ngerepoti kalian” kata Papa Bagas. Mama Olivia terkekeh pelan.

“Santai aja kali” kata Mama Olivia.

Teh Ami langsung datang dengan segala hantaran pengidaman untuk Starla. Meminta Starla mengambil apa yang ia suka.

“Nggak mual?” tanya Mama Salsa. Starla menggeleng “Aku mual pagi aja Ma. Subuh jam 5 pasti kebangun, terus kalau udah jam setengah 7, udah  nggak” kata Starla.

“Jadi aku bisa ngampus mulai besok” kata Starla lagi.

“Di kampus tetap hati-hati ya. Naik turun tangga di perhatiin lagi, kalau bisa ambil kelas yang dosen ngajar di lantai dasar. Nggak perlu capek bolak-balik lagi” kata Papa Bagas.

“Itu mah kalau kampusnya punya Papa” kata Mama Salsa sambil menyesap teh dari Teh Ami.

“Tahun depan Ma” jawabnya.

Setelah perbincangan abstrak. Mama Salsa dan Papa Bagas pamit pulang ke Bandung.

“Jagain Starla” kata Mama Salsa untuk ke sekian kalinya pada Sagara.

“Iya Ma. Mama hati-hati. Kalau udah bisa ke Bandung nanti aku pasti pulang” kata Sagara.

“Iya...”

Mama Salsa benar-benar berlalu bersama Papa Bagas. Menyisakan Sagara yang masuk ke dalam rumah setelah merangkul pinggang istrinya. Keduanya menuju ruang tengah. Ada Mama Olivia yang sibuk sekali dengan ponselnya. Lalu ponsel Mama Olivia berdering, ia hanya bergumam dan pamit pergi lagi.

“Mama sibuk banget akhir-akhir ini” kata Starla saat keduanya menaiki anak tangga menuju kamar mereka.

“Mama ada kegiatan mungkin, acara sama teman-temannya” kata Sagara, ia buka pintu kamar dan mempersilakan Starla masuk lebih dulu, baru setelah itu ia menyusul masuk juga, menutup pintu dan menguncinya.

“Ya, mungkin... tapi aku ngerasa antara Papa sama Mama lagi aneh aja. Nggak tahu ah, perasaan aku aja kali” kata Starla lagi, ia berbaring di kasur, dan menyisakan ruang untuk Sagara ikut menyelip di sisinya.

“Jangan terlalu dipikirin ya, sekarang kamu istirahat gih. Atau mau sesuatu?” tanya Sagara.

“Sejauh ini nggak sih. Cuma mau pasangin eyeliner dimata Aa boleh nggak?” tanya Starla.

Oke, anggap ini bukan ngidam.

“Hah? Hehehe harus banget ya yang?” tanya Sagara.

Starla turun dari kasur, menuju meja rias dan mengambil satu eyeliner dan membawanya menuju Sagara. Lalu meminta suaminya berbaring. Ia mulai membuka penutup eyeliner model spidol itu “Tutup mata A” katanya. Sagara menurut meski dalam hati sudah misuh-misuh tidak jelas.

Dengan telaten, Starla menulis kelopak mata suaminya lalu ia berseru senang “Cantik” ujarnya. Ia ambil kaca lipat bergambar Princess Elsa di kabinet samping tempat tidur lalu mengarahkannya pada Sagara.

Dengan terpaksa Sagara tersenyum juga “Baguskan?” tanya Starla, lagi Sagara terpaksa mengangguk. Setelah tidak ada lagi, Starla memilih berbaring di kasur. Meminta Sagara mendekat juga.

“Ish nggak boleh dicuci sampai aku ketiduran” protes Starla. Baiklah, mungkin Sagara akan menurut saja berhubung ini bagian dari mengidam.

“A’ usapin” kata Starla lagi, tangan Sagara terulur mengusap perut istrinya. Sampai Starla benar-benar tertidur.

******

“Loh... Kok Cuma Teteh aja?” tanya Starla saat sampai diruang makan. Ada Bulan yang menata makanan disana. Gala yang mendengar ucapannya langsung mendengus kasar “Ada gue juga kali Star” kata Galaksi. Starla tidak peduli lalu duduk di samping Sagara yang sudah ada Langit dan Lintang.

“Mama mana Teh?” tanya Starla. Bulan menoleh “Nggak tahu Star... dari Teteh pulang sampai malam belum keluar. Mungkin masih dikamar” kata Bulan sambil mengambilkan makanan untuk suaminya.

Starla hanya mangut-mangut paham sambil melakukan hal yang sama seperti yang Bulan, untuk Sagara. “Tadi Mama ke kantor nggak sih A?” tanya Starla pada Galaksi. Galaksi menggeleng karena menjawab tidak bisa sebab mulutnya penuh. Dan saat makanan berhasil ia telan, ia baru menjawab “Nggak, kalau ke kantor pasti Mama lewatin ruangan gue, terus samperin sambil bawa makanan atau apa gitu” kata Galaksi. Starla mangut-mangut lagi, jawaban itu entah kenapa tidak membuatnya puas, ia melirik lagi lift menuju lantai 3, tidak ada tanda-tanda akan seseorang akan keluar dari sana. Jadi, ia memutuskan mengisi perutnya dulu, baru setelah itu naik dan mencari Mama Olivia.

Saat hanya dentingan sendok dan piring. Dari sekat ruang keluarga, Mama Olivia baru saja masuk tergesa-gesa. Ia menatap semua orang yang menatapnya penuh tanya. Rambutnya berantakan, matanya berair dan suaranya serak saat berkata “Lanjut aja jangan tunggu Mama”. Ia segera menuju lift. Saat pintu terbuka dan Mama Olivia masuk. Saat itu juga seorang pria yang juga tampak lelah muncul. Papa Evan, menatap semua orang yang ada disana. Tanpa berkata apa-apa ia menuju lift, memencet tombol itu sampai pintu terbuka.

Starla menjadi orang pertama yang mengakhiri sesi makan malam ini. Ia beranjak menuju lift namun baru saja akan memencet tombolnya. Tangannya ditahan ada Gala yang menggeleng saat ia menoleh.

“Kasih Mama sama Papa privasi” katanya. Starla menggeleng, ia menangkap sinyal lain antara kedua orang tuanya. Dan Starla merasa kalau ia berhak tahu untuk apa yang terjadi akhir-akhir ini. Entah sejak kapan, Starla tidak tahu pasti. Tapi, ia hanya ingin tahu apa yang terjadi, itu saja.

Sagara mendekat dan mengulurkan tangan pada Starla. “Kita jalan yuk, atau ke mana? Siapa tahu ada yang mau dibeli diluar” Starla tahu kalau kalimat itu hanya untuk membuat Starla urung ke kamar Mama dan Papanya.

“Ayo sayang” ajak Sagara lagi, kali ini sukses membuat Starla mengangguk dan beranjak menuju kamarnya, mengambil Outer dan kembali turun dengan Sagara.

“Sayang” panggil Sagara lagi saat Starla hanya diam. “A aku...” ucapannya ia jeda lalu menunduk dan menoleh ke arah Sagara yang mengemudi. “Aku Cuma kepikiran soal Mama sama Papa” kata Starla. Sagara mengecup tangan yang sedari tadi ia genggam “Beri Mama sama Papa ruang buat menyelesaikan setiap masalah yang mereka punya” kata Sagara. “Jangan ikut campur urusan orang tua” kata Sagara lagi. Starla membuang napas kasar lalu mengangguk kecil.

“Jadi sekarang mau apa? Mau jajan apa?” tanya Sagara dengan mata yang terus menyisir area junk food di daerah Jakarta Barat.

“Mm mau Gio” kata Starla saat matanya menatap mangsa baru untuk target ngidamnya kali ini.

“Apa?” refleks Sagara mengerem mendadak saat mendengar jawaban istrinya. Beberapa pengendara mengumpat pelan di belakang mereka.

“Mau Gio A, minta Gio jadi manusia silver di lampu merah depan” kata Starla antusias dengan mata berbinar-binar menatap Gio yang sedang bersama seorang perempuan.

***

Sedangkan di rumah. Lebih tepatnya di kamar Mama Olivia dan Papa Evan. Mama Olivia berteriak dengan meluap-luap. Menumpahkan segala hal yang ia tahan selama 2 pekan ini. Prasangkanya, kecurigaannya dan segala emosional negatif yang membuat tubuhnya bergetar sekarang.

“EVAN SIALAN!!!”

“Oliv...”  suara Papa Evan masih saja lunak, entah karena memang lelah atau apa. Tapi ia tidak menyerah menangkan Mama Olivia yang sekarang menyapu vas bunga mawar putih dengan tangannya, membuat vas itu jatuh dan pecah. Serpihannya melenting mengenai kulit kaki Mama Olivia. Wanita itu tampak tak peduli, meski darah sudah mengalir di jari kakinya.

“Kamu udah gila?!” Papa Evan mendekat, menunduk untuk memastikan kondisi kaki istrinya. Dan saat tangannya terulur, Mama Olivia menjauh “Jangan mendekat dan jangan sentuh aku, Sialan!!!”

“Oliv...”

*********

Sabar!!!!
Tahan dulu...
Kok Evan sama Olivia bisa begitu ? Ada apa? Kenapa? Apa lagi ini?

Jawabannya :

Nanti ya di Novelnya Gala Bulan. XD

Jahat banget ya aku ngegantungin cerita dua manusia kesayangan kalian ini, Xixixi...

Oklah, silakan Over Thinking dolooo... mau mikir mereka lagi kenapa-napa? Sila keun, gass keun hehehehe...

Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang