19. Starla dan Stella Sakit

827 16 0
                                    

Happy reading

“Mama siapin  bekal Papa dulu” kata Mama Olivia di meja makan, Papa Evan tersenyum dan mengangguk, sejak Galaksi dan Starla lahir Mama Olivia tidak pernah absen menyiapkan bekal untuknya.

“Selesai, aku berangkat, Ma Pa” kata Galaksi menyudahi sarapannya.

Ia meraih tangan Papa Evan lalu menciumnya.

“Hati-hati Boy” kata Papa Evan.

“Iya Pa” jawab Galaksi, lalu ia menuju Mama Olivia dan meraih tangan wanita itu, Mama Olivia menyambutnya setelah menyalami tangan Mama Olivia, tangan Galaksi terentang hendak memeluk namun terhenti saat mendengar suara Papa Evan.

“Stop!!!” cegah Papa Evan.

Galaksi, Mama Olivia bahkan Langit dan Lintang menoleh.

“Jangan peluk istri Papa!” tegur Papa Evan.

Mama Olivia memutar matanya malas, saat drama suaminya mulai kumat lagi, ia peluk Galaksi lalu ia kecup kepala putranya.

“Sayang... No...” kata Papa Evan menggeleng.

“Aa’ lebay iih” kata Mama Olivia, Galaksi tertawa melihat ekspresi Papanya pagi ini. Kapan lagi Papanya akan ciut kalau bukan saat di tegur Mamanya.

“Kita juga berangkat Ma Pa” kata Langit dan Lintang.

Mereka menyalami tangan Papa Evan lalu menuju Mama Olivia.

“Belajar yang rajin ya” kata Mama Olivia setelah mengecup sayang kepala ke 2 putranya.

Langit dan Lintang yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP berlalu menyisakan Papa Evan yang masih dalam treatmen merajuk kepada Mama Olivia.

“Ini bekalnya udah siap A” kata Mama Olivia, saat ia simpan kotak bento itu di depan suaminya. Papa Evan masih diam tidak menjawab bahkan menoleh.

Dengan sedikit menunduk Mama Olivia mengecup singkat suaminya.
“Cemburu kok sama anak” kata Mama Olivia.

“Tetap aja Aa’ nggak suka kamu di peluk cowok lain, Liv” kata Papa Evan.

Lagi, Mama Olivia memutar matanya malas.

“Galaksi loh Yang, masa lupa sama anak sendiri, bukan orang lain” kata Mama Olivia. Papa Evan berdiri dan menatap Mama Olivia.

“Tetap aja nggak suka” katanya sebelum berlalu. Mama Olivia ikut menyusul ke depan. Dan saat di depan pintu ia mengamit tangan suaminya.
“Mau kerja jangan emosian, nggak baik” katanya membuat Papa Evan menoleh, tangan Mama Olivia terulur membenarkan letak dasi suaminya.

“Hati-hati Sayang” kata Mama Olivia, Akhirnya Papa Evan terkekeh pelan juga, lalu mengangguk dan mengelus pipi Mama Olivia.

“Hati-hati juga di rumah” kata Papa Evan. Mama Olivia mengangguk dan menatap Papa Evan yang kian menjauh masuk mobil.

********

Sedangkan di Bandung pagi ini.

“Star Lo nggak masak ?” tanya Sagara dari lantai bawah, ia masuk ke kamar dan masih mendapati Starla di sana dengan posisi tidur.

“Star...” panggil Sagara lagi, ia mendekat.

“Star...” kata Sagara panik saat melihat Starla pucat bahkan menggigil, ia sentuh dahinya dan ternyata panas.

“Star kita ke rumah sakit ya” kata Sagara.

“Sorry gue harus gendong Lo” kata Sagara lagi, Ia bawa tubuh Starla untuk turun, Starla membuka matanya pelan dengan susah payah ia ulur kan tangannya untuk melingkar di leher Sagara.

Sagara sampai di mobil miliknya lalu langsung memasukkan Starla ke dalam, ia berlalu menuju rumah sakit.

“Kok Lo bisa demam sih Star ? Ada-ada aja!” kata Sagara dengan fokus mengemudi.

Saat sampai ia langsung meletakkan Starla di brankar di bantu dua orang perawat.

“Demamnya tinggi” kata Dokter.

“Di rawat dulu ya” katanya.

Starla mengangguk lemah dan ia pasrahkan tangannya untuk di pasang infus oleh perawat. Setelah itu ia di pindahkan ke ruang rawatnya di temani Sagara juga di sana.

Sagara duduk di sofa, ia hubungi Mama Salsa untuk mengabarkan kondisi Starla.

“Mama ke klinik aja ya, udah Aku Shareloc” kata Sagara.

Sagara menatap Starla yang terlelap, perutnya sudah berdisko dari tadi. Namun, ia akan tahan sampai Mama Salsa datang.

Pintu ruang rawat terbuka menampilkan Mama Salsa di sana.
“Syukurlah Mama sampai” kata Sagara.

“Kenapa Starla bisa sakit ?” tanya Mama Salsa, Sagara menggeleng “Kecapean kali Ma. Biasa Princess Elsa, mana biasa masuk hutan” kata Sagara.

“Saga!” tegur Mama Salsa.

Sagara tersenyum pasta.
“Starla udah di kasih obat kok Ma, sekarang lagi istirahat dulu” kata Sagara.

Mama Salsa berjalan mendekat ke arah Starla.
“A... Mama di sini kan ?” tanya Sagara lagi. Mama Salsa menoleh “Kenapa emangnya ?” tanya Mama Salsa.

“Aku laper Ma, belum sarapan, aku keluar dulu ya, mau nyari sarapan” kata Sagara. Mama Salsa mengangguk.

“Jangan lama” kata Mama Salsa.

Sagara berlalu keluar setelah menitipkan Starla kepada Mama Salsa. Dan saat ia memasuki mobilnya ponselnya berdering ada nama Stella di sana.

“Ya sayang ?” Tanya Sagara.

“Ga, kamu di mana ? Sibuk nggak ? aku sakit... nggak ada orang di rumah” terdengar suara Stella serak bahkan nyaris tak terdengar di sana.

“Ok aku ke sana sekarang” kata Sagara.

Sagara melajukan mobilnya ke rumah Stella yang cukup jauh dari rumah sakit, selang 30 menit kemudian ia sampai di rumah Stella dan mengetuk pintu itu. Terdengar suara Stella dari dalam.

“Masuk aja, Ga”

Sagara langsung membuka pintu dan pandangan pertama yang ia lihat adalah Stella yang tidur di sofa dengan wajah pucat dan berbalut selimut.

“Kenapa ? Kok bisa sakit ?” tanya Sagara.

Stella menggeleng “Nggak tahu, dari semalam pas pulang udah langsung nggak enak” kata Stella, ia duduk di bantu Sagara lalu berdiri.

“Kita berobat ya” kata Sagara, Stella mengangguk dengan di papah Sagara ia keluar menuju mobil.

“Kita nggak usah ke rumah sakit Ga, di ujung Komplek ada Bidan baru buka” kata Stella saat sampai di sisi mobil, Sagara mengangguk lalu membuka pintu mobil untuk Stella dan membantunya untuk duduk.

Sagara mengitari pintu mobil untuk sampai di kemudi dan berlalu ke Kompleks paling ujung untuk sampai di rumah Bidan Ezi.

“Pelan-pelan” ucap Sagara saat Stella turun dari mobil. Ia membantu Stella untuk masuk ke dalam tempat praktik Bidan Ezi tersebut.

Stella mulai di periksa di dalam sedangkan Sagara menunggu di luar. Selang 10 menit Stella keluar dengan tangan terdapat beberapa macam obat-obatan untuknya.

“Udah ?” tanya Sagara. Stella mengangguk, lalu keduanya berlalu menuju mobil untuk pulang.

Saat sampai di rumah Sagara mengantar Stella menuju kamarnya.

“Kamu udah sarapan ?” tanya Sagara. Stella menggeleng “Belum” katanya.

“Yaudah biar aku pesan makan aja, kamu mau apa ?” tanya Sagara ia duduk di salah satu kursi yang biasa Stella gunakan untuk duduk di meja belajar.

Stella menggeleng “Nggak deh, Pahit” kata Stella.

“Kamu lagi sakit Stell, masa nggak makan dulu mau minum obat” kata Sagara. Stella menggeleng dan menunduk.

“Kenapa ?” tanya Sagara mendekat ia ambil duduk di sisi kasur Stella dan menatap gadisnya itu.

“Aku... kangen Ayah sama Bunda” kata Stella.

Semalam selain tidak enak badan, ia juga tidak bisa tidur karena merindukan orang tuanya yang sudah hampir 4 bulan ini tidak pulang. Sebenarnya di rumah Stella ada seorang asisten yang biasa menemaninya, tapi asistennya pamit pulang kampung karena anaknya akan menikah 2 bulan lalu dan sampai sekarang tidak kembali. Stella terlalu malas jika harus mencari asisten rumah tangga lagi jadi ia putuskan untuk sendirian saja di rumah ini, toh Sagara selalu ada dan bisa ia andalkan.

Sagara membawa Stella ke dalam pelukannya, gadis itu sudah menangis.
“Ada aku di sini” kata Sagara, Stella mengangguk  dan mengeratkan pelukan itu lagi.

“Sekarang kamu bilang mau makan apa ? kita udah kelas 3 Stell, sebentar lagi mau lulus, kalau kamu sakit nggak bisa fokus buat ujian nanti” kata Sagara. Stella melepaskan pelukannya lalu mengangguk, Sagara berikan ponselnya membiarkan Stella memesan apa saja yang ia mau, setelah itu ia hapus sisa air mata di pipi Stella.

Setelah selesai memesan makanan, Sagara berlalu menuju dapur untuk mengambil minum untuk Stella. Tidak lama makanan mereka juga sampai.

“Habisin” kata Sagara. Stella menggeleng “Segini udah cukup” kata Stella. Sagara hanya pasrah membiarkan lalu ia ambil obat Stella dan ia berikan pada gadis itu.

“Istirahat” kata Sagara. Saat Stella telah selesai meminum obatnya, Stella berbaring lalu mengangguk.

“Ga!” tahan Stella saat Sagara sudah berdiri.

“Kamu... disini kan ? Nemenin aku ?” Tanya  Stella, ada harapan di manik mata kecoklatan itu, Sagara terdiam sebentar lalu mengangguk.

“Tidurlah, aku disini” kata Sagara akhirnya.

Stella mulai memejamkan matanya, sedangkan Sagara memilih duduk di sofa, dengan membiarkan pintu kamar tetap terbuka.

****

“Mama, Papa”

Starla kembali mengigau membuat Mama Salsa yang duduk di sofa menoleh.
“Star, disini Mama Sayang” katanya, perlahan mata Starla terbuka, ia mengerjap beberapa kali dan setelah di rasa kepalanya tidak sepusing semalam ia menoleh ke arah Mama Salsa.

“Mama....” kata Starla.

“Starla mau apa ? Mau minum ? Atau mau makan ?” tanya Mama Salsa.

Starla menggeleng “Minum aja, Ma” kata Starla. Mama Salsa langsung meraih minum yang ada di nakas lalu membantu meminumkannya untuk Starla.

“Gimana sama kondisi kamu ?” tanya Mama Salsa.

Starla mengangguk “Udah lumayan” kata Starla.

Lalu ia teringat dengan Sagara.
“Mama sendiri ? Sagara mana ?” tanya Starla.

Mama Salsa melirik jam di dinding, sudah 3 jam berlalu namun Sagara belum kembali.
“Tadi katanya mau nyari sarapan, tapi ini udah masuk waktu makan siang” kata Mama Salsa.

Starla mengangguk “Oh, biarin aja” kata Starla.

Mama Salsa menoleh “Kok biarin sih Nak ? Sagara nggak bertanggung jawab banget” kata Mama Salsa.

Starla menggeleng “Nggak apa-apa Ma, biarin aja. Saga lagi sibuk atau apa mungkin” kata Starla. Mama Salsa menggeleng “Biar Mama telpon dulu, memangnya ada yang lebih penting selain istri yang lagi sakit?” tanya Mama Salsa sambil mengeluarkan ponsel dari slimbagnya.

Mama Salsa mulai menghubungi Sagara, masuk namun tidak di angkat.
“Masuk tapi nggak Sagara angkat” kata Mama Salsa.

“Nggak apa-apa Ma, biarin aja” kata Starla.

“Tapi, Mama mau pulang sayang, Papa kamu pasti pulang buat makan siang” kata Mama Salsa tidak enak. Starla mengangguk “Nggak apa-apa Ma, Mama pulang aja, palingan bentar lagi Sagara pulang, lagian Om Upin sama Ipin masih ada di luarkan ya ? Belum pulang ke Jakarta” kata Starla. Mama Salsa mengangguk.

“Mama tinggal beneran nggak apa-apa ?” tanya Mama Salsa memastikan.

Starla mengangguk “Nggak apa-apa Ma” balasnya.

Mama Salsa berdiri setelah menyimpan ponselnya.
“Yaudah, biar Mama minta Om Upin sama Ipin jagain di depan ya, biar kalau kamu butuh apa-apa tinggal panggil mereka” kata Mama Salsa. Starla mengangguk setuju “Makasih Ma” katanya.

Setelah itu Mama Salsa keluar, tidak lama Om Ipin muncul.
“Non Starla, nanti kalau butuh apa-apa tinggal panggil aja ya” katanya.

“A... Om, aku mau handphone ku dong,” kata Starla.

“Ketinggalan di rumah” kata Starla lagi.

Om Ipin mengangguk “Biar Saya jemput dulu” katanya.

“Lagi di charger di ruang keluarga ya Om” kata Starla sebelum Om Ipin berlalu.

Starla selalu terkekeh pelan kalau melihat bekas Bodyguard milik Mama Olivia, rambut mereka tetap plontos, padahal Papa Evan sudah menawarkan cangkok rambut dengan gratis, namun pemilik nama Amar dan Amran itu menolak, katanya ‘Siap Pak, tidak perlu’

Selama menunggu Om Ipin alias Om Amran kembali Starla memilih menonton televisi, ia raih jeruk yang ada nakas dan mengupasnya.

Starla tertawa, tidak lama pintu ruang rawatnya kembali terbuka dan menampilkan Om Ipin dan ponselnya di sana.

“Makasih Om” katanya.

“Oh iya, Om balik aja ke Jakarta hari ini, aku udah nggak apa-apa kok. Tapi jangan bilang Papa ya kalau aku sakit” kata Starla.

“Baik Non” jawab Ipin.

Setelah Om Ipin keluar, Starla memutuskan untuk memainkan ponselnya melihat pesan dan membuka Story Wasap yang ada.

“Stella” ucap Starla lirih. Ia buka Story Wasap milik  Stella, terlihat ada obat di sana. Starla langsung menanggapi postingan itu.

-Lo sakit juga Stell ?

tanya Starla dalam pesannya.

Tidak lama pesannya di balas.

-Iya, Star... untung ada Sagara tadi bantuin

“Sagara ?” monolog Starla saat membaca nama suaminya tidak lama satu Pap masuk dari Stella. Starla membukanya ada foto Sagara di sana tengah tertidur di sebuah sofa.

“Pantes nggak balik tahunya ngapel ! Sampai tidur lagi, Gila si Saga!” kata Starla geleng-geleng kepala.

-Oalah ada Sagara di sana

Balas Starla.

Stella yang membacanya menyengit bingung.

-Emangnya kenapa Star ?
Tanya Stella.

Starla terkekeh pelan di seberang sana. Saat ia punya ide untuk mengganggu acara apel siang-siang suami sialannya ini.

-Mama Salsa, nyariin Sagara dari tadi, tahunya di rumah Lo ya ?

Isi pesan Starla.

Stella yang ada di seberang sana menatap Sagara yang terlelap, ia merasa tidak enak, sudah lama Sagara di rumahnya, mulai dari ia tidur sampai bangun lagi.

Stella berdiri tanpa membalas pesan Starla ia menuju Sagara lalu membangunkan pria itu.

“Sayang” panggil Stella. Mata Sagara mengerjap, setelah kesadarannya kembali ia terbangun.

“Kamu butuh sesuatu ?” tanya Sagara.

Stella duduk di sampingnya lalu menggeleng.
“Aku udah mendingan” kata Stella.

“Tadi aku dapat chat dari Starla, katanya Mama nyariin” kata Stella.

Sagara segera melirik jam di pergelangan tangannya.

“Ya Tuhan...” lirih Sagara.

“Kenapa Ga ?” tanya Stella.

Sagara menggeleng, “A itu, Mama tahunya aku tadi keluar beli sarapan... pasti khawatir nyariin” kata Sagara bertenang.

Stella menatap manik mata Kekasihnya itu.
“Kenapa nggak sarapan di rumah ? Terus kenapa Starla bisa tahu Mama nyariin kamu ?” tanya Stella.

Sagara gugup tak tahu harus menjawab apa. Otaknya buntu untuk berpikir.

“Aaaaa....”

Deeerrrttt...

Ponsel Sagara berdering, ia rogoh sakunya dan ternyata Mama Salsa yang menelpon.
“Aku tinggal nggak apa-apa ?” tanya Sagara, Stella mengangguk pelan “Iya, hati-hati. Makasih kamu udah jagain aku dari tadi” kata Stella.

Sagara mengecup pipi Stella singkat lalu mengusap rambutnya.
“Istirahat ya, nanti aku kirimin makanan yang kamu suka” kata Sagara, Stella tersenyum lalu mengangguk.

“Kunci pintunya” kata Sagara saat hendak berlalu.

Setelah masuk ke dalam mobil Sagara kembali menghubungi Mama Salsa yang tadi tidak sempat ia angkat.

“Kamu ke mana aja sih ? Starla kok di tinggal ?” tanya Mama Salsa di seberang sana.

“A.... iya Ma, ini OTW” kata Sagara cepat, ia lajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah Stella menuju rumah sakit.
____________ 


Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang