30. Gala dimata Bulan

548 12 0
                                    

Happy reading

“Mana Olivia ?”

Ucap seorang perempuan dengan laki-laki di sampingnya.
Papa Evan yang melakukan panggilan Video dengannya tersenyum lalu memanggil Mama Olivia untuk mendekat.

“Menantu Mami ada di sini, lihat dia makin cantik kan ?” Kata Papa Evan pada ponselnya.

Mami Sandra atau Ibu Papa Evan alias Oma nya Starla dan Galaksi tertawa bersama Papi Danu atau Opa Danu.

“Apa kabar Mi, Pi ?” Tanya Mama Olivia.

“Sehat sayang, Mami mau pulang ke Bandung bareng Papi, Serta Oma sama Opa juga” kata Oma Sandra.

“Kapan?” tanya Mama Olivia antusias.

“Hari ini, lagi sibuk beres-beres” kata Oma Sandra. Ia arahkan kamera ke arah para asisten di rumah besarnya yang ada di Makassar sampai memperlihatkan Eyang Dahlia atau Oma dari Papa Evan yang duduk manis di usia yang sudah menginjak hampir 86 tahun.

“Haii Oliv...” sapanya.

“Haii Oma... Oliv kangen” kata Mama Olivia. Wanita cantik itu tertawa.

“Sampai ketemu di Bandung, jangan lupa nginap di Bandung nanti, ajakin Cicit-cicit Oma ya” kata Eyang Dahlia.

Mama Olivia terkekeh pelan lalu mengangguk “Iya Oma... sore nanti kami ke Bandung juga, besok A’ Evan ada acara reunian bareng Bagas dan yang lain” kata Mama Olivia.

“Ya sudah sampai ketemu” kata Eyang Dahlia. Mama Olivia terkekeh pelan lalu mengangguk.

Panggilan terputus lalu Mama Olivia menatap Papa Evan.

“Aku kangen Starla A’” katanya.

Papa Evan mengangguk “Aa’ juga, nanti kita ajakin nginap di rumah Oma ya, sama Sagara juga” kata Papa Evan ia mengelus pipi Mama Olivia, Mama Olivia mengangguk.

“Galaksi udah di suruh siap-siap?” tanya Papa Evan.

“Udah, lagi di atas di bantuin Bulan” kata Mama Olivia.

**

Sedangkan di kamar Galaksi, Bulan tengah sibuk ke sana kemari memasukkan pakaian Galaksi ke dalam koper.

“Buruan Lan” katanya.

“Sabar dong!” kata Bulan.

“Lelet banget sih Lo!” kata Galaksi. Pergerakan tangan Bulan sampai terhenti lalu ia berbalik dan menatap Galaksi dengan kesal.

“Gue berhenti!” katanya.

“Gue bakal ganti uang Lo buat bayar kos kemarin” kata Bulan.

Galaksi menggeleng “Nggak bisa gitu, Lo udah tanda tangan kontrak. Dan soal uang gue nggak peduli, salah Lo sendiri kenapa nggak mau tinggal di paviliun di bawah” kata Galaksi. Bulan memutar matanya malas lalu kembali mengerjakan tugasnya dengan terpaksa.

Galaksi mendekat dan duduk di samping Bulan menyusun baju ke dalam koper.

“Why ?” tanya Galaksi ia sibak rambut Bulan yang menjuntai.

Bulan hanya menoleh sebentar lalu lanjut menyusun baju Galaksi.
“Takut terpesona sama gue ya ?”

Ah, andai saja bukan Galaksi yang berkata demikian pasti Bulan sudah mual. Eh bukan, bukan Bulan ingin mengatakan Galaksi tampan dan mempesona ya tapi murni segan karena Galaksi ‘Bosnya’

“Takut jatuh cinta ya, Lan ?” tanya Galaksi berdiri ia menahan Bulan di sisi lemari saat Bulan mengambil bajunya lagi.

“Narsistik ! Lo lupa kita hanya sebatas Bos dan bawahan” kata Bulan.

“Tapi kalau gue nggak mau menganggap gitu gimana ?” tanya Galaksi.

“Itu urusan Lo!” kata Bulan, ia akan berlalu namun Galaksi enggan melepaskan kurungannya.

“Look at me! Tatap mata gue kalau Lo emang menganggap ini sebatas kerjaan” kata Galaksi.

Bulan menatap manik matanya. Menatap retina dan mata yang persis milik Mama Olivia, perlahan Galaksi mendekatkan wajahnya, semakin rapat dan saat beberapa senti meter lagi ia terkekeh pelan lalu menyentil dahi Bulan.

“Udah terpesona ?” tanya Galaksi. Bulan terdiam sambil mengerjapkan matanya berkali-kali dan memegang dahinya tersebut.

“Kenapa nggak mau pacaran sih Lan?” tanya Galaksi saat ia kembali ke tempat duduknya, sedangkan Bulan kembali mengemasi baju Galaksi.

“Bukan urusan Lo!” kata Bulan.

“Pasti ada alasan kan ? Minimal kasih tahu gue” kata Galaksi.

Bulan hanya diam
“Fix ada alasannya” kata Galaksi.

Ia berbaring di tempat tidur sambil menatap Bulan yang jalan modar mandir antara lemari dengan koper.

“Kalau gue tahu alasan Lo nggak mau pacaran terus bisa buat Lo jadi suka sama gue, gue bisa jadi pacar Lo kan Lan ?” tanya Galaksi. Bulan tersenyum miring.
“Sayangnya semua itu nggak akan terwujud Galaksi” kata Bulan dingin.

“Jangankan pacaran, gue bahkan nggak akan menikah” kata Bulan.

“What ? Apa Lo punya sindrom traumatic ? Atau gimana ? Wah atau jangan-jangan Lo terpengaruh sama isu panas selebriti yang selingkuh ya ? Sampai Lo trush issue buat nikah ?” kata Galaksi.

Ia berdiri mendekat ke arah Bulan.

“Ini nggak benar, Lo harus gue bawa ke psikiater, kita ketemu Aunty gue, Aunty Gisella. Kita periksa mental dan psikis Lo” kata Galaksi bahkan pria itu sudah menarik tangan Bulan.

“Nggak Gala, ih ngapain sih ?” tolak Bulan.

“Ayo Lan, kita harus periksa kondisi Lo, biar nggak parah” kata Galaksi.

“Nggak perlu gue nggak butuh” tolak Bulan.

“Harus, Lo harus sembuh biar bisa mikir kalau Nikah itu enak, Starla adek gue aja udah nikah padahal masih sekolah” kata Galaksi lagi.

“Nggak ! Nggak ! Pokoknya. Percuma! Gue nggak akan nikah selamanya, nggak akan pacaran nggak akan dekat sama laki-laki lain” kata Bulan. Galaksi yang menarik-nariknya menuju pintu langsung berhenti.

“Gue nggak akan membangun sebuah hubungan sama laki-laki lain, Ok !” kata Bulan.

“Why ?” tanya Galaksi, bahkan punggung tangannya meraba pelipis Bulan, Bulan menepisnya.

“Kenapa nggak mau ? Pasti ada alasan kan ?” tanya Galaksi, Bulan tan menjawab hanya berbalik menuju lemari lagi. Galaksi yang tidak suka di cueki mendekati Bulan kembali.
“Kenapa ?” tanya Galaksi, ia tahan Bulan lagi seperti sebelumnya

“Eh jawab Bulan, atau benaran gue cium nih” kata Galaksi. Bulan hanya diam. Galaksi mendekat, semakin dekat dan tepat beberapa senti lagi sebuah tamparan mendarat di pipinya.

Plak!

Galaksi terdiam saat merakan pukulan itu dari Bulan.
“Ini salah satu alasan kenapa Gue nggak mau pacaran bahkan sampai menikah” kata Bulan dingin.

“Kalian, kaum laki-laki sama ! Hanya memandang wanita sebagai mainan saja. Setelah itu kalian buang kan ?” kata Bulan lagi.

Ia berlalu menuju sofa dan mengambil tasnya lalu keluar dari kamar Galaksi, menyisakan Galaksi yang terperangah mendengar ucapan Bulan.

“Papa Gue nggak kayak gitu Bulan, Lo salah udah ngejudge semuanya. Dan gue pastikan Gue juga bukan golongan yang Lo maksud” kata Galaksi.

*

Bulan turun dari lantai dua dengan buru-buru, di sofa ia melihat Mama Olivia dan Papa Evan.

“Eh Bulan mau ke mana, Nak ?” tanya Mama Olivia.

“A, Saya mau ke kos Buk” kata Bulan.

“Ikut ke Bandung sama kami ya” kata Mama Olivia.

“Tapi—“ ucapan Bulan terhenti saat Galaksi menyelanya.

“Bulan ikut kok Ma, siapa yang bakal ngurusin keperluan aku ? Ya kan, Lan ?” tanyanya.

Dengan kesal Bulan mengangguk pelan.

“Ya sudah, sekarang Bulan mau ke mana ?” tanya Mama Olivia.

“Ke kos dulu Buk” jawab Bulan.

“Saya  permisi” katanya.

IA menunduk kepada Papa Evan dan Mama Olivia, saat mendapat anggukan ia berlalu meninggalkan Galaksi begitu saja.

Galaksi ikut menyusul tanpa menghiraukan panggilan Mama Olivia, menarik tangan Bulan agar naik ke dalam mobil, Awalnya Bulan menolak namun Galaksi memaksa dengan alasan berburu waktu.

Galaksi mengendarai mobilnya menuju kos an Bulan, selama perjalanan keduanya hanya diam.
“Lan” panggil Galaksi.

Bulan hanya diam.

“Ngomong dong, ngomong apa kek gitu?” Tanya Galaksi.

Bulan masih diam.

“Lan...” panggilnya lagi.

Akhirnya Galaksi menyerah saat Bulan benar-benar diam. Dan saat mobilnya terparkir di depan kos an Bulan ia tahan tangan Bulan yang hendak turun.

“Tunggu” Bulan menoleh.

“Gue minta maaf ya” katanya.

“Gue nggak bermaksud buat apa-apain Lo tadi” kata Galaksi. Bulan membuang napasnya kasar lalu membalas dengan anggukan.

Setelah Bulan turun, Galaksi menunggunya di mobil sambil berpikir alasan apa yang membuat Bulan bisa seperti ini..

*

Sedangkan Bulan, segera mengemasi pakaiannya yang akan ia bawa ke Bandung. Sungguh ini sangat ribet sekali, selama menjadi Aspri Galaksi bisa di hitung sudah berapa kali ia keluar kota, lama-lama Bulan juga lelah, andai saja gaji dari Galaksi tidak besar mungkin Bulan ogah menjadi Aspri begini.

Setelah mengemasi semua keperluannya ia keluar dan tampak Galaksi yang gantengnya tak pernah luntur biar di cuci dan di bilas berkali-kali sedang menunggu di depan mobil.

“Udah ? Buruan naik” kata Galaksi, Bulan naik ke dalam mobil dan mobil segera berlalu dari sana.

Sesampai di rumah Papa Evan dan Mama Olivia, mereka berenam di tambah Langit dan Lintang langsung berangkat menuju Bandung.

Galaksi memilih mengendarai mobil sendiri dengan Langit dan Lintang yang ada di bangku belakang.

“Teteh” ucap Langit, panggilan itu di tujukan pada Bulan, Bulan menoleh.

“Rumus yang kemarin Teteh tulis udah aku pelajari sama Lintang, aku ke pilih jadi calon Olimpiade nanti” kata Langit.

“Oh ya ? Teteh doain semoga kamu juara ya” kata Bulan tulus.

“Kalau kita menang, hadiahnya bakal kota kongsi sama Teteh” kata Lintang di belakang. Bulan terkekeh pelan.

“Iya deh, semoga juara ya” kata Bulan lagi.

Galaksi yang ada di balik kemudi hanya diam dan tersenyum-senyum mendengarnya. Sampai mobil Galaksi berikut mobil Papa Evan terparkir di rumah bergaya Eropa klasik yang masih terawat itu.

Langit dan Lintang sudah turun menyusul orang tua mereka sedangkan Bulan baru melepas seatbelt sambil memperhatikan sekitar.

“Ini rumah Eyang Gue, kita turun. Kita nginap sini. Ada Starla juga nanti” kata Galaksi. Bulan mengangguk lalu turun menyusul Galaksi dan yang lainnya.

*

“Mami kangen banget sayang” Oma Sandra memeluk Mama Olivia dengan erat.

Mereka sama-sama sampai dari alamat masing-masing.

“Masuk dulu sayang” kata Opa Danu.

Oma Sandra dan Mama Olivia masuk di susul yang lain lalu duduk di ruang keluarga.

“Bulan, sini Nak. Duduk di sini” kata Mama Olivia, ia menepuk-nepuk sofa kosong di sampingnya, di sebelahnya lagi sudah di isi Oma Sandra dan Eyang Dahlia.

“Siapa Liv ?” tanya Eyang Dahlia di tunggu Oma Sandra juga.

“Asprinya Galaksi” kata Mama Olivia.

Oma Sandra menoleh ke arah Galaksi yang duduk santai bersama Papa Evan, Opa Danu dan Eyang Darman.

“Benar Galaksi pakai aspri ?” tanya Eyang Dahlia.

Galaksi mengangguk “Benar Eyang, cantikkan ? Ya kali-kali aja jadi istri nanti” kata Galaksi ringan, bahkan Bulan sampai melotot.

“Oalah, modus ini teh, modusnya si Evan!” kata Eyang Dahlia.

Papa Evan yang mendengarnya sampai geleng-geleng kepala.

“Tetap main sehat Boy, cukup yang suka paksa-paksa terjadi 19 tahun yang lalu” kata Opa Danu.

Mama Olivia dan Papa Evan sampai tersedak sedangkan Galaksi yang tidak paham hanya mengangguk saja.

“Ada yang kurang ini teh. Starla cicit Cantik Eyang kamana ?” tanya Eyang Dahlia.

Papa Evan melirik Mama Olivia yang mengangguk.

“Sebenarnya ada yang mau aku dan Oliv sampaikan” kata Papa Evan memulai. Semua diam mendengarkan ayah dari 4 anak ini berbicara.

Papa Evan mulai menceritakannya tentang Starla dan Sagara yang sudah menikah. Setelah selesai bercerita tanpa ada yang ia tutup-tutupi orang-orang masih diam dan sibuk dengan pikirannya.

1 Detik, 2 Detik, 3 Detik.

Detik ke empat Eyang Dahlia berdiri lalu memukul-mukul Papa Evan dengan tongkatnya.

“Gimana sih kamu ? Udah jadi orang tua masih labil. Masa depan anak sampai di korbanin” kata Eyang Dahlia.

“Aduh... Aduhhh... ampun Oma....” rengek Papa Evan. Bahkan ia memelas kepada Mama Olivia.

“Udah Ma” tahan Eyang Darman. Eyang Dahlia kembali duduk dengan menatap kesal ke arah Papa Evan.

“Sekarang Evan nyesal Pa, udah bertindak terburu-buru tanpa mempertanyakan dulu sama keduanya” kata Papa Evan.

“Alaahhh.... kamu dulu juga mau kan nikahin Oliv pas sekolah, Cuma nggak ada yang izinin. Eh pas lulus Oliv keburu pergi ke London” kata Eyang Dahlia. Mama Olivia sampai tersenyum malu-malu saat di ingatkan masa remajanya dengan sang suami.

“Lalu sekarang bagaimana ?” tanya Opa Danu.

“Ya... gimana lagi... ya begini” kata Papa Evan.

“Tapi anaknya Bagas perlakukan Starla dengan baikkan ?” tanya Oma Sandra khawatir.

“Mami takut aja, dia nggak terima terus nyakitin Starla” kata Oma Sandra.

“Sagara orangnya baik Oma... meski dingin dan nggak suka banyak ngomong tapi dia manusiawi orangnya” jawab Galaksi. Bulan yang mendengar mencibir.

“Kebalikan dari Bos gue!” kesal batinnya.

“Galaksi benar. Sagara baik... ya begitulah” kata Papa Evan.

“Tapi kita nggak bisa paksa dia juga. Biar kesadaran dia sebagai sosok suami saja” lanjut Mama Olivia. Semua yang paham arah ucapan Mama Olivia yang tak lain ke hal-hal yang berbau privasi bagi Sagara mengangguk pelan.

“Starla jam berapa pulang sekolah ? Udah di kabari suruh ke sini saja ?” tanya Opa Danu.

“Udah Opa, tadi Gala udah ngechat Sagara juga” jawab Galaksi.

Benar saja tidak lama terdengar seperti suara mobil bersama motor Sagara. Lalu orang yang tengah mereka gosipkan tadi muncul.

“Selamat sore semua” sapa Starla yang begitu cantik dengan baju rumahan saja.

“Sore pengantin baru”

Senyum di sudut bibir Starla memudar ia memilih duduk di samping Bulan yang tersenyum ke arahnya.

______________

Starla, You're Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang