⅘ x 10

1.8K 179 10
                                    


"Laki-laki ya..baguslah, kau pasti bisa menjaga ibumu.."

~~~

"Dia sakit Ma, aku tidak mungkin menceraikannya sekarang.."

"Kalau begitu, sepulang dari rumah sakit..Mama tidak mau mendengar alasan apapun lagi. Kau harus segera meninggalkan perempuan itu, Jeno."

Tanpa mendengar jawaban Jeno, sambungan telepon diputus. Ia lalu menuju kamar rawat Haechan. Mendapati istrinya di sana tengah menatap bintang dari jendela besar ruangan. Ngomong-ngomong Jeno memesan kamar VIP untuk Haechan.

"Tidak tidur ?"

"Oh, Nono ingin melihat bintang." Jawab Haechan sembari mengelus perutnya. Memberitahukan pada Jeno bahwa putra mereka ingin menghabiskan malam ini dengan melihat banyak bintang di langit.

"Ingin berjalan-jalan di taman ?" Entah makhluk apa yang sedang merasuki Jeno, tiba-tiba saja ia berucap seperti itu. Haechan yang mendengar tawaran tersebut tentu sangat senang.

"Bolehkah ?"

"Pakai mantelmu, aku tunggu di luar." Selesai memakai mantel Haechan menyusul Jeno keluar. Mereka berjalan beriringan menuju taman tanpa percakapan apapun.

Sesampainya di taman, Jeno memilih duduk di salah satu bangku yang tersedia. Haechan lalu mengekorinya dan duduk di samping Jeno. Udara malam ini cukup dingin, Haechan mengeratkan mantelnya.

"Itu pasti nenek !" Tunjuk Haechan pada salah satu bintang di langit yang terlihat paling terang. Jeno mengikuti arah telunjuk Haechan. Keduanya memperhatikan bintang tersebut.

"Katanya, orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang di langit." Tambah Haechan. Jeno lalu menurunkan pandangannya, menatap Haechan yang masih asyik melihat bintang. Pandangan Jeno lalu turun lagi ke arah perut Haechan.

"Dia laki-laki ?"

"Ha ?" Haechan sejenak bingung, lalu paham ketika arah pandang Jeno tertuju pada perutnya.  Ia lalu tersenyum sembari mengelus perutnya. "Iya Ayah, Nono akan jadi jagoan Ayah dan Ibu." Ucap Haechan riang dan suaranya dibuat seperti anak kecil. Seolah bayi mereka yang tengah menjawab pertanyaan sang ayah.

Jeno mengalihkan pandangannya, beralih menatap langit. Lalu Haechan memberanikan diri untuk mendekat dan menyandarkan kepalanya di pundak Jeno. Jeno terkejut tentu saja. Saat hendak menyingkirkan kepala Haechan dari pundaknya ia semakin dibuat terkejut atas perkataan Haechan, "Jeno, aku mencintaimu.." Jeno terdiam. Dan Haechan enggan mencaritahu bagaimana ekspresi wajah suaminya itu.

"Aku mengantuk, pinjam pundaknya ya.." Haechan lalu perlahan memejamkan matanya. Dirinya benar-benar mengantuk. Jeno menolehkan kepalanya. Mendapati istrinya itu sudah tertidur lelap. Entahlah, Jeno pikir biarkan untuk kali ini Haechan bergantung padanya.

~~~

Hari ini Haechan sudah diizinkan untuk pulang. Setelah menyelesaikan biaya administrasi, Jeno lantas membantu Haechan berkemas dan menuntun istrinya menuju ke mobil. Selama dalam perjalanan Jeno lebih banyak diam, sementara Haechan tengah asyik berbicara dengan calon anak mereka.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah. Mereka turun bersamaan. Di ruang tamu, Tiffany sudah menyambut. Haechan yang melihat kehadiran ibu mertuanya sedikit mempercepat langkah, "Mama di sini ?" Retorik memang, tapi seperti itulah basa-basi Haechan.

DUNIA NONO [NOHYUCK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang