21. Alva Yang Pilih Kasih

3.6K 147 1
                                    

Ketika hari janjian yang ditentukan tiba, Alya tiba bersama Alka 20 menit sebelum waktu yang disepakati di  ruangan pribadi yang sebelumnya telah dipesan. 5 menit setelah duduk, Alva pun datang, yang mengejutkan Alka karena Alva adalah tipe orang yang selalu on time, alias datang tepat pada waktu tanpa telat ataupun terlalu cepat.

"Yo bro, udah dateng aja?" Sapa Alka seraya melakukan tos bahu ala laki-laki.

"Kebetulan lewat sini," jawab Alva singkat. "Kakak apa kabar? Makasih ya undangannya," ujar Alva kepada Alya sedikit antusias, berbanding terbalik dengan sikapnya terhadap Alka.

"Baik. Tapi seharusnya kakak lho yang bilang terima kasih, padahal ini acara kakak tapi malah dikasih diskon sama restauran kamu," ucap Alya main-main.

"Harus dong kak. Kita kan kenalan, masa aku gak kasih harga teman," kata Alva serius.

Alka yang sejak tadi diabaikan oleh kakak dan sahabatnya mendadak cengo. "Ntar dulu deh Al, kita juga kenalan udah dari pakai diaper lho. Nggak ada tu gue sama temen-temen yang lain Lo kasih diskon. Yang waktu itu makan pakai kartu Lo juga jadinya split bill sampai 200 perak juga Lo hitung," protes Alka merasa Alva tidak adil.

"Emangnya Lo kak Alya?" Tanya Alva dingin.

Alka yang ditanya Alva sempat tertegun sejenak. "Emangnya kalau kak Alya kenapa? Terus bedanya sama kita apa?" Seloroh Alka.

Alva yang ditanya begitu pun terdiam. Tidak tahu apakah dia boleh berkata jujur.

Alya yang melihat perdebatan mereka buru-buru menyela. "Udah deh. Maksud Alva kakak baru aja pulang ke rumah, jadinya diistimewakan. Kalau kalian kan selalu di sini," ujar Alya.

Alva yang mendengar penjelasan Alya yang mewakili dirinya ikut mengangguk, ikut apa kata calon istri.

"Terus kalau kartu.." Alka ingin terus bertanya mengenai kartu pink Alya yang sedikit membuatnya penasaran, tapi disela oleh ketukan di pintu.

Pelayan datang dan mengantar Rian, Rendi, dan Malvin yang tiba 3 menit lebih awal dari waktu janjian.

"Yo! Wassup bro? We are here everybody," seru Rian yang tengilnya kumat setelah pelayan meninggalkan ruangan.

"Halo kak, kita berjumpa lagi," sela Rendi yang buru-buru mengapit leher Rian yang akan mulai aksi sedengnya yang kadang suka tidak tau tempat.

Melvin pun ikut bergabung untuk menjahili temannya. "Maaf ya kak, Rian emang kadang suka kumat gilanya, maklum obatnya habis."

"Lo kira gue ODGJ?" Protes Rian tidak terima. Padahal dia hanya kadang-kadang bersikap tengil itupun hanya dengan orang terdekatnya saja, kalau diluar mah dia itu cool maksimal.

Alya pun terkekeh melihat kelakuan mereka yang tidak berubah dari sejak kecil. Dulu, Alya tidak punya teman bermain yang seumuran jadi dia selalu ikut Alka untuk main dengan teman-temannya, jadilah dia sangat dekat dengan mereka baik sebagai sosok kakak maupun sahabat. Sehingga dia tidak heran kalau mereka akan selalu bersikap terbuka terhadapnya, beda dengan sikap mereka ketika menghadapi orang luar.

"Udah-udah, ayo duduk. Udah pada lapar kan?" Sela Alya sebelum mereka bertengkar.

Mereka duduk dalam bentuk lingkaran mengelilingi berbagai kreasi masakan berbahan dasar seafood segar yang diangkut melalui udara setiap harinya.

Sebelum memulai acara makan siang mereka, Alya menyampaikan sedikit kata sambutan. "Selamat siang semuanya. Terimakasih telah hadir di acara makan siang bersama sekedar untuk kumpul-kumpul dan merayakan hari masuk kerja pertama kakak walaupun sudah telat 2 minggu. Sebelum makan mari kita berdoa dulu agar makanan yang kita makan hari ini bisa menjadi manfaat untuk jiwa dan raga," kata Alya singkat dan makan siang pun dimulai.

Saat makan, Alva beberapa kali mengambil hidangan olahan lobster dan oyster segar kesukaan Alya untuk gadis itu. Alka dan yang lainnya berpikir bahwa alasan Alva merawat Alya sedemikian rupa seperti yang dia lakukan ketika mereka masih kecil adalah karena Alya merupakan satu-satunya perempuan yang ada di circle mereka.

"Alva, masakan seafood di restauran kamu enak banget," puji Alya sambil mengacungkan jempol untuk Alva setelah acara makan siang mereka selesai.

"Wah makasih banyak lho kak atas pujiannya, aku seneng dengernya. Kalau kakak suka kakak harus lebih sering datang kesini, nanti kakak bisa pesan hidangan apapun yang kakak mau ke dapur pakai kartu yang aku kasih. Chef-nya ahli dalam masakan Barat dan Asia," ujar Alva mempromosikan restorannya.

"Idih, gak iya nih si Alva. Kemarin gue sampai mohon-mohon biar dikasih tempat makan malam buat rayain valentine tanpa harus nunggu berbulan-bulan, gue juga janji bakal bayar 10x lipat. Tapi gak dikasih. Akhirnya sampai gue putus sama Becca masih belum datang juga giliran gue," keluh Melvin atas Alva yang menurutnya kadang sangat mengesalkan.

"Gue juga. 5 bulan lalu gue minta Alva buat majuin satu Minggu aja jadwal makan gue dari jadwal yang udah dikonfirmasi restauran, urgent banget. Soalnya gue mau ngundang makan model majalah yang lagi jadi incaran gue, tapi gak diizinin. Untung aja tu cewek mau gue ajak jalan pakai modal tas doang," timpal Rian.

"Gue juga Al. Minggu lalu gue tanya Lo boleh apa gak kalau gue request menu seafood ala Sichuan, Lo bilang gak boleh," protes Rendi yang rencananya mengajak neneknya yang asli China makan masakan Sichuan harus gagal, meskipun masakan di restauran Alva juga sangat lezat dan neneknya pun suka.

"Gue juga pernah mau pesan tempat untuk makan Linguine All'astice di sini, akhirnya gue cancel karena kuota baru tersedia 3 bulan kedepan. Keburu lupa gue," cerita Alka.

Alva yang dikeluhkan oleh teman-temannya pun hanya balas menatap mereka dengan datar. "Business is business," ujarnya dingin.

Alka dan yang lainnya menunjukkan raut wajah yang tidak kalah datarnya dengan Alva. Mereka ingin meluapkan kekesalan mereka kepada laki-laki itu tapi tidak tau harus berbuat apa.

Alya yang melihat pertengkaran mereka yang seperti anak kecil tidak bisa menahan tawanya lagi. Alya tertawa lepas sambil sesekali menghapus air mata dari ujung matanya.

Alva merasa sangat bahagia melihat Alya tertawa apalagi alasannya tertawa adalah karena dirinya sendiri. (Yah sebenarnya gak salah juga sih, Alya memang tertawa karena sikap Alva yang memancing emosi teman-temannya).

Sekarang muncul satu lagi julukan yang cocok untuk Alva, yaitu Alva Si Tukang Pilih Kasih.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang