30. Special Gift for Alya

2.8K 138 0
                                    

Tepat pukul 12 malam, pesawat yang ditumpangi Alva mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta. Melihat waktu yang sudah larut, Alva pun urung menghubungi Alya untuk mengabarkan kepulangannya.

Setelah menginjakkan kaki di tanah air, rasa rindu seketika membuncah. Rasa lelah setelah 12 jam 25 menit penerbangan pun seketika menghilang saat membayangkan kalau beberapa jam lagi dia akan bertemu dengan sang pujaan hati yang sudah beberapa hari tidak bertemu. Kalau masih di Indonesia, Alva bisa membuat beberapa alasan acak untuk menjumpai gadis itu di rumah ataupun di rumah sakit. Tapi saat di luar negeri, dia hanya bisa menyapa gadis itu melalui pesan singkat.

Alva berjalan keluar bandara menuju mobil yang sudah menunggu.

*Sat, 2 PM*

Ding

Alya yang akan tidur siang mengulurkan tangan putih bak akar teratai ke atas nakas untuk mengambil ponselnya. Sambil tiduran, Alya membuka aplikasi hijau yang terdapat pesan baru.

Alva
[Kak, Alva udah sampai di Jakarta tadi pagi. Malam ini kakak mau dinner gak sama Alva? Alva sekalian mau kasih oleh-oleh sama kakak.]

Alya mengangkat sebelah alisnya yang cantik. "Ini perasaan gue aja atau Alva agak aneh ya?" Gumamnya.

[Hadiahnya kasih ke rumah aja Al, kakak lagi meger keluar nih...]

Namun setelah memikirkan sesuatu, Alya segera menghapus pesan tersebut.

[Boleh Al. Kamu jemput kakak?]

Alva
[Iya kak. Jam 7 malam Alva jemput ya?]

[Oke.]

Alya pun tidak jadi tidur dan memilih bangun dan melihat isi wardrobenya untuk mempersiapkan outfitnya malam ini.

***

Jam 19:00 Alya sudah dijemput oleh Alva dengan mobil hitam miliknya. Alva membawa Alya ke restauran prêt à se marier. Cowok itu telah memesan seluruh lantai 2 untuk dirinya dan Alya.

Alva dan Alya berjalan beriringan mengikuti pelayan yang menuntun mereka menuju meja yang telah dipesan Alva sebelumnya.

Alya yang melihat lantai gelap dan kosong dengan hanya mereka berdua pun menyipitkan matanya. Dan saat melihat meja yang disiapkan Alva dihias dengan lilin dan bunga mawar, gadis itu seketika semakin mengernyit. Merasa kalau intuisinya kali ini tidak salah.

Alva menarik kursi untuk Alya, mempersilakan gadis yang pesonanya meningkat berkali-kali lipat dengan dress hitam dan riasan smoky itu duduk.

"Thank Al," ujar Alya dengan senyum lembut di bibir mungilnya.

Alva hanya tersenyum menanggapi. Setelah menyuruh pelayan mengantarkan makanan mereka, Alva pun duduk dan menatap Alya dengan senyum yang memenuhi matanya.

"Kak Alya cantik banget hari ini," ujar Alva dengan suara rendah.

Alya entah kenapa merasa jantungnya berdebar mendengar suara Alva yang sexy dan lebih dewasa dari biasanya.

"Thank you. Kamu juga ganteng banget Al malam ini. Cocok banget kamu kalau pakai jas gini," kata Alya sambil tersenyum.

Alva yang mendapat pujian dari Alya untuk outfit yang sudah dipilihnya dari pagi itu pun seketika merasa bahagia dan bibirnya melengkung menjadi senyum lebar.

Duduk di seberang Alva, Alya merasa sesuatu terus menyentil hatinya malam ini kala melihat Alva yang terus-menerus tersenyum, berbeda dengan dia yang biasanya selalu irit senyum.

Tidak lama kemudian, pelayan mengantar makanan yang dimulai dari appetizer, main course, hingga dessert yang diantar secara berurutan. Sepanjang waktu makan, mereka ditemani oleh pelayan yang memainkan biola dengan merdu.

"Berasa mau ditembak aja gue," batin Alya.

Saat makan, Alva terus melihat Alya. Memperhatikan setiap gerak gerik Alya yang menurutnya sangat menarik. Bahkan dia merasa Alya sangat imut ketika mengunyah daging dengan pipi yang sedikit mengembung.

Alya sebenarnya merasakan tatapan panas yang ditujukan oleh Alva. Namun, dia tetap menunjukkan ekspresi tenang sehingga Alva tidak tau kalau aksi curi-curi pandangnya telah ketahuan.

Setelah selesai makan, pelayan mengangkat piring bekas mereka dan pergi diikuti oleh pelayang memainkan musik tadi.

Setelah para pelayan pergi, Alva pun mendorong sebuah kotak kecil berwarna hitam ke hadapan Alya. "Kak, ini hadiah dari aku untuk kakak, aku harap kakak suka," ujar Alva dengan lembut.

Alya mengambil kotak itu dengan ekspresi penasaran. "Gak mungkinkan Alva ngasih gue cincin?" Batin gadis itu.

Alya yang penasaran pun langsung membuka kotak itu. Seketika dia terkesima tatkala melihat sebuah kalung emas putih dengan liontin berlian berbentuk hati berwarna pink yang dia tau bernama heart pink diamond.

Dia masih ingat perasaan terkejutnya tadi malam ketika tau kalau berlian seharga 10 juta USD itu telah terjual di pelelangan malam kemarin. Saat itu dia masih penasaran siapa yang telah membeli berlian bekas bangsawan Inggris tersebut, namun siapa tau kalau saat ini dia malah melihat berlian itu ditata cantik di dalam kotak hadiah yang diberikan oleh Alva untuknya.

"Ini kamu kasih untuk aku Al?" Tanya Alya tidak percaya.

"Iya kak. Waktu pertama kali liat berlian itu aku langsung tau kalau itu pasti cocok banget untuk kakak. Aku pakaikan ya?" Tanyanya dengan suara yang sedikit serak.

Alya yang masih kaget hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan kaku. Gadis itu masih merasa takjub dan tidak percaya kalau mendapatkan kado yang telah menjadi incaran para wanita di seluruh dunia karena bentuk dan makna dari berlian itu sendiri.

Alva pun berdiri dan berjalan ke belakang Alya, dia menyibakkan rambut Alya yang malam ini ditata curly dan memakaikan kalung dengan liontin berlian berbentuk hati tersebut ke leher jenjang Alya.

Ketika rasa dingin terasa di lehernya, Alya tau kalau semua ini nyata, dan saat matanya bertemu dengan tatapan panas Alva, dia juga tau kalau semuanya tidak akan pernah sama lagi.

[The meaning of heart pink diamond: I Love You]

(If you think this part is good, please vote and comment if you find something odd. Mercy)

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang