41. Alka's Anger and Alya's Explanation

3K 122 2
                                    

Byurr

Sebelum Alya sempat bereaksi, Alva yang tadi masih memeluknya sudah terjun bebas ke dalam air kolam hingga membuat riak besar di sana.

Alya segera menoleh melihat pelakunya dan mendapati wajah hitam Alka yang sedang menatap kolam dengan kemarahan yang terlihat jelas di wajahnya. Dan tidak jauh dari sana, Rendi, Rian, dan Melvin menatap kosong ke arah mereka.

Upsss, Alya tidak tahan untuk mencubit keningnya. Bisa dibayangkan masalah besar apa yang sedang menunggunya.

Dari dalam kolam, Alva menyembur keluar, dan menatap datar pada pelaku kekerasan yang sudah membuatnya jelek di depan pacarnya itu.

"Kita bicara empat mata yuk dek," ajak Alya lembut sambil berdiri dan berjalan meninggalkan kolam tanpa melihat Alva yang sedang berenang menuju tepian.

Alka mendengus ke arah Alva dan mengikuti kakaknya masuk kedalam Villa, meninggalkan Alva untuk "dijaga" oleh teman-temannya.

Alya membawa Alka ke ruang tamu dan membawa anak laki-laki yang masih terlihat marah namun tetap nurut itu untuk duduk di sofa berdampingan dengannya.

Alya memberikan air mineral kemasan yang ada di atas meja kepada Alka untuk menenangkan emosi remaja itu.

Alya menunggu Alka menghabiskan minumnya sebelum mulai bicara.

"Kenapa marah dek?" Tanya Alya sambil ikut mengambil minuman kemasan di atas meja.

Alka yang sudah sedikit tenang berbalik menatap Alya dengan tidak percaya.

"Dia udah ngelakuin hal yang kurang ajar sama kakak," jawab pemuda itu dengan penekanan di setiap katanya, terlihat kalau emosi yang tadi sudah tenang itu tersulut lagi.

Alya menghela napas dan merebahkan dirinya di atas pundak Alka.

"Menurut kamu kakak terlalu tua ya untuk Alva?" Tanya Alya pelan dengan pandangan kosong.

Alka sempat terdiam sejenak dengan jawaban kakaknya yang out of topic. Namun setelah bereaksi, remaja itu segera membantah.

"Mana mungkin! Kakak itu cantik, baik, perfect! Mana mungkin ada yang berani remehin kakak!" Bantah Alka dengan suara keras.

Alya tersenyum mendengar jawaban adiknya.

"Jadi kenapa kamu marah? Kamu merasa Alva gak cocok sama kakak?" Tanya Alya lagi.

Alka terdiam tidak tau bagaimana menjawabnya.

Alya melihat kebingungan di wajah Alka dan hanya menunggu adiknya memikirkan jawabannya tanpa mendesak.

"Bukannya gak cocok kak. Aku cuma gak bisa terima kalau sahabat baik aku ternyata menyimpan rasa sama kakak aku sendiri," jawab Alka pada akhirnya.

Alya mengangguk mengerti dan mengangkat kepalanya yang dari tadi beristirahat di pundak lebar adiknya.

"Look at me. Jadi kalau misalnya cowok yang kamu lihat sama kakak hari ini bukan Alva, kamu gak keberatan?" Tanya Alya serius sambil menatap mata Alka.

Alka dengan serius memikirkan pertanyaan kakaknya. Setelah berpikir sejenak, Alva pun dengan serius menjawab, "Mungkin aku akan khawatir kalau aku tau kakak menjalin hubungan dengan orang yang gak aku kenal."

"So? Kamu udah kenal Alva dari kecil dan kamu mengenal dia lebih dari kakak. Do you think he has bad personality?" Tanya Alya diiringi senyum.

"I know he is good. Kami semua juga tau that you are his first love dan dia pastinya bukan orang yang bisa sembarangan jatuh cinta. He must really deeply in love with you. Tapi aku masih belum bisa menerimanya kak," Ujar Alka pelan dengan kepala tertunduk.

Alya merasa kasihan pada adiknya. Dia juga tau kalau hal ini sangat tiba-tiba untuk Alka. Bahkan untuk hungannya dengan Alva, Alya sudah memikirkan berbagai hal.

"Dek. Actually kakak sama Alva cuma pacaran kok. You don't have to think deeper, semua bisa terjadi kedepannya. Banyak hal yang akan terjadi, gak ada yang bisa menjamin kami akan terus bersama sampai menikah. Anggap aja ini sebagai hiburan di hidup kakak dan kamu akan tetap berteman dengan Alva seperti biasanya. Jangan berubah hanya karena status kakak yang berbeda dengan Alva," ucap Alya kalem.

Sekarang Alka malah kaget karena mendengar jawaban sang kakak.

"Kakak bahkan untuk mikirin putus?" Kaget Alka.

"Yeah. Break up is normal, right? Dating is not a big deal, it's just one of the entertainments in my long life. I am still young, so i can date anyone," jawab Alya tanpa dosa.

Alva tertegun mendengar jawaban sang kakak.

"Jadi kakak menyembunyikan hubungan kakak dengan Alva karena kakak gak yakin bakalan sampai mana dengan Alva?"

"Yeah, of course. Kalau misalnya banyak orang tau tapi kemudian kami putus, it must be a shame, terlebih lagi kita tetanggaan," jawab Alya datar.

Kini Alka yang terdiam. Njir, kok gue tiba-tiba kasihan ya sama Alya yang hubungan pertamanya sama orang berdarah dingin kayak kakak gue?

"Kok kakak bisa mikir gitu?" Tanya Alka penasaran dengan penyebab sang kakak menjadi dingin tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan ini.

"Um. I got too much bad experiences in relationship. One of my ex cheated and the other falled for guy. Jadi setelah itu kakak selalu berpikir kalau tidak semua hubungan akan berakhir bahagia, bahkan banyak dari mereka harus berhenti di tengah jalan dengan berbagai alasan. Bisa jadi nantinya mantan itu akan menjadi someone that you hate the most, tapi bisa juga malah bisa menjadi teman. So that's why sekarang kakak tetap memilih untuk menjalin hubungan tapi dengan catatan tidak terlalu berharap akan happy ending," cerita Alya panjang lebar dengan senyum lembut menghiasi wajah cantiknya.

Alka mendengarkan dengan serius cerita sang kakak. Membuatnya kaget karena dia tidak pernah tau kalau sang kakak ternyata sudah mengalami berbagai macam hal di mana dia dan orangtuanya tidak tau.

"Are you okay now, sis? Tapi mantan kakak beneran gay?"

"Yeah. That's a long story but i am okay now, don't worry."

"Tapi aku masih belum bisa tenang kalau melihat Alva sekarang. Aku belum bisa menganggap dia sahabat aku seperti dulu di saat aku tau kalau dia ada hubungan "tidak biasa" dengan kakak. Give me some time, tapi janji aku gak akan persulit dia," jawab Alka. "Toh kakak gue aja gak yakin sama dia," sambung Alka dalam hati.

"Ya udah gak apa-apa. Yuk kita keluar. Kita temui temen kamu. Kakak juga udah lapar banget nih," ajak Alya sambil merangkul pundak sang adik, menuntun laki-laki muda yang ogah-ogahan itu menuju kolam berenang.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang