48. Calon Papa Mertua

2.4K 100 5
                                    

"Alva," panggil sebuah suara dari belakang punggung Alya.

Alya dan Alva sangat terkejut dan sontak menoleh. Alva mengangkat kepalanya dan duarr! Mata tajamnya bertatapan langsung dengan mata serupa yang sama tajamnya, namun kini justru semakin terasa dingin karena tatapan datar tanpa emosinya.

Bersamaan dengan Alva, Alya juga menoleh ke belakang, dan tepat pada saat itu, pria paruh baya yang tadi memandang Alva juga menurunkan matanya untuk bertatapan dengan bola mata hitam Alya. Hanya saja, pria tersebut justru menunjukkan senyum lembut dan matanya memandang Alya dengan hangat.

"O-om Alden," panggil gadis itu lirih dengan pipi merona. Bisa dibayangkan betapa malunya dia tertangkap orangtua saat sedang berduaan dengan pacarnya. Ditambah, tadi mereka dilihat saat sedang berciuman. Ingin rasanya Alya menghilang ditelan bumi saat itu juga.

Alva yang menyadari rasa malu Alya langsung memalingkan wajah gadis itu dari papanya dan dipeluknya lembut kepalanya di dekapan hangat laki-laki itu, tidak mempedulikan sang papa yang kini sedang menatap mereka dengan pandangan main-main.

"Al?!" Protes gadis itu sambil meronta, wajahnya yang tadi pink kini menjadi merah seperti kepiting rebus.

"Gak apa Ay, salah papa tadi negur nggak ngomong-ngomong dulu," ujar Alva ngaco sambil mendelik kepada sang papa, menyalahkan pria paruh baya itu karena sudah membuat Alya malu.

Ck!

Alden yang dipelototi sang anak tidak bisa menahan dengusannya. Namun, alih-alih pergi, pria itu justru berjalan menuju kursi di depan kedua sejoli itu dan duduk di sana dengan anteng, sambil menonton anaknya yang "bermesraan" dengan anak sahabatnya.

"Udah Al, aku tambah malu kalau kamu gini," lirih Alya di dekapan Alva.

Mendengar keluhan Alya, Alva pun melepaskan pelukannya dan duduk di kursi sebelah Alya yang ditariknya dari meja sebelah.

Setelah Alya tenang, kini kedua sejoli duduk berhadapan dengan Alden. Ketiga pasang mata itu saling berhadapan seolah menunggu siapa yang akan memulai percakapan.

Setelah saling terdiam selama satu menit penuh, akhirnya Alden berdehem sebelum mengakhiri kontes tatap-tatapan mereka.

"Jadi ada yang mau jelasin sama papa?" Tanya Aden memecahkan keheningan.

"Seperti yang papa lihat. We are in love," jawab Alva terus terang.

Berbanding terbalik dengan Alya yang salah tingkah, Alva justru terlihat sangat santai. Remaja itu bahkan sempat-sempatnya mengambil tangan Alya dan membawanya ke pangkuannya. Remaja tampan itu terus mengelus tangan mungil Alya terlepas dari perlawanan gadis itu.

"Kamu dipaksa sama Alva Ya?" Tanya Alden dengan raut wajah serius.

Alya tertegun mendengar pertanyaan Alden. Namun, sebelum dia sempat menjawab, suara Alva yang meledak-ledak terlebih dahulu terdengar.

"Maksud papa apa? Aku udah lama lho pdkt-in Alya sebelum diterima. Mana berani aku paksa Ayang," omel Alva.

Alya refleks mencubit pipi pacarnya karena kesal dengan ucapannya yang blak-blakan. Ucapan terus terang cowok itu semakin membuatnya malu di depan Alden.

"Jadi gimana Ya? Kok bisa kamu mau sama anak om yang kayak knelpot motor ini?" Tanya Alden tanpa mempedulikan tatapan kesal putra semata wayangnya itu.

"Yah gimana ya om ngomongnya? Habisnya cara Alva perlakukan aku bikin aku luluh," jawab Alya sambil menundukkan kepalanya karena malu.

Alva terpana mendengar jawaban Alya. Rasanya sangat bahagia apabila gadis kesayangannya mengambil hati semua hal yang sudah dia lakukan untuknya. Alva tidak minta untuk dibalas dengan perlakuan yang sama, namun hanya mengetahui bahwa Alya menghargai perasaannya saja sudah cukup.

Alden mengangguk mengerti. "Kerja bagus boy," ucap Alden bangga sambil memberikan jempol untuk Alva.

"Iya dong pa. Siapa dulu ini!" Ucap Alva bangga.

Alya menahan keluhannya karena melihat tingkah songok Alva. Dia bingung kemana hilangnya sikap dingin cowok yang sering dijuluki kulkas berjalan itu. Ini kok kayak air rebus ya?

"Alya, om seneng banget lho kamu mau sama anak om. Sebenarnya dari dulu om sama tante pengen banget punya anak cewek, tapi yang lahir malah yang macam ceker mercon gini. Pas kamu lahir, om sama tante sangat bahagia karena kamu udah kami anggap sebagai anak kami sendiri. Tante pasti bakalan senang banget kalau tau kamu pacaran sama Alva," cerita Alden dengan senyum lembut yang terus terukir di wajah tampannya.

Alya merasa lega kala mendengar persetujuan om Alden. Walaupun tau om dan tante pasti menyetujui karena selama ini mereka selalu memperlakukannya seperti anak sendiri, tapi Alya tetap saja khawatir karena perbedaan umurnya yang lebih tua beberapa tahun dari Alva. Namun kini semua kekhawatiran itu hilang karena cerita dari om Alden.

"Jadi kapan nih kalian berencana menikah? Papa udah gak sabar Alya jadi anak papa," tanya Alden serius.

Alya terdiam mendengar pertanyaan Alden, tidak yakin bagaimana harus menjawab pertanyaan yang menurutnya " sangat sulit" itu.

"Alva sih maunya setelah Alva cukup umur untuk menikah, 2 tahun lagi. Tapi tergantung Alya-nya mau atau gak," sahut Alva yang dari tadi diam.

Alya semakin merasa malu ketika mendengar jawaban ucapan Alva. Gadis itu teringat kembali ke saat-saat cowok itu melamarnya kemarin.

"Alya belum kepikiran untuk nikah om. Jalani aja dulu," jawab gadis itu sambil tersenyum.

Alden hanya bisa menghela napas karena gagal menculik Alya ke rumah mereka. "Ya udah, tapi kalau kamu pikir Alva baik-baik aja jangan ragu ya Ya. Karena walaupun anak om ini kayak freezer daging beku, tapi om jamin kok kalau dia pasti akan jadi pendamping hidup yang baik untuk kamu dan keluarga kecil kalian.

Walaupun masih bocil gini Alva udah cukup mampu secara finansial lho Ya. Selama ini Alva gak pernah deket sama perempuan, cuma kamu aja. Kamu juga udah kenal Alva dari kecil dan semua teman mainnya juga kamu akrab. Itu doang sih kelebihan Alva yang bisa om tawarkan sama kamu. Kalau yang lain kamu pasti lebih tau daripada om," goda Alden.

"Iya om, Alya tau kok. Alya pasti akan pertimbangkan matang-matang proposal om dan Alva. Lagian juga masih ada 1 setengah tahun lagi. Kalau Alya udah ready pasti akan Alya iyakan kapan aja Alva melamar Alya," jawab gadis itu kalem.

Alva sangat senang dengan jawaban Alya. Karena itu berarti kesempatannya untuk melamar sudah dibuka. Cowok itu tidak sabar menunggu ulang tahunnya yang ke-19 agar bisa menjadikan gadis itu menjadi miliknya sepenuhnya.

Spoiler: Alya tidak akan tau kalau jawaban sekenanya ini akan membuatnya direcoki lamaran pernikahan oleh Alva di masa depan.

Gimana readers-nim? Alva sama Alya-nya mau author nikahin kapan? (Berasa jadi penghulu🐒)









Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang