51. Keinginan Alva

2.5K 85 2
                                    

[I love Kyuhyun so much!! He is one of my first loves (lupa siapa duluan Kyuhyun , Lee Seung Gi, atau Lee Minho)🫠 who is yours readers-nim?]

Cup!

Cup!

Cup!

Ngh! Alya terbangun karena merasakan perasaan basah dan tidak nyaman yang datang bertubi-tubi di bahunya. Wanita itu berusaha membalikkan tubuhnya, namun terhalang oleh sepasang tangan kekar yang memeluk erat pinggangnya.

"Al," panggilnya dengan suara serak.

Mendengar suaranya yang aneh, seketika gelombang panas mengalirinya. Gadis yang baru saja menjadi wanita itu teringat kembali akan kegiatan "berlebihan" yang mereka lakukan hingga menyebabkan suaranya menjadi seperti ini.

"Iya Ay," jawab Alva dengan suara yang tidak kalah "serak." Tangan pria itu pun mulai menggerayangi tubuh polos Alya.

"Al, aku capek," keluh Alya sambil menahan tangan Alva.

Mendengar keluhan Alya, Alva pun menghentikan tangan nakalnya. Bukan apa-apa, hanya saja Alva juga tahu kalau tadi malam dia terlalu berlebihan. Dan pasti juga akan merugikan diri sendiri kalau dia tetap melanjutkannya.

Melihat Alva yang patuh, Alya pun merasa puas. Membuatnya urung memesan kamar lain untuk pria itu malam ini.

Alya kemudian berusaha membalikkan tubuh lelahnya. "Aw!" Pekik wanita itu ketika merasakan pinggangnya yang terasa seperti telah terlepas dari engselnya.

"Kenapa Ay?" Tanya Alva khawatir sambil pelan-pelan membalikkan tubuh Alya yang membelakanginya hingga akhirnya berbaring terlentang.

Alya menatap langit-langit yang seakan berputar di atas kepalanya dan kemudian kepada Alva yang wajahnya cerah dan berseri-seri. "Karena kamu," dengus wanita itu.

Alva yang mengerti maksud dari perkataan Alya Pun langsung cengengesan. "Hehehe sorry Yang. I love you," ujar Alva dan kemudian mengecup bibir lembut Alya sambil melumatnya pelan.

Tindakan Alva berhenti hingga di situ tanpa melanjutkannya. Pria itu kemudian memeluk Alya dan membaringkan wajah cantiknya di atas dadanya.

"Thank you Ay, last night is the best night of my life," bisiknya sambil mengecup puncak kepala Alya.

Alya tersenyum sebelum membalas pelukan Alva. Keduanya berbaring sambil berpelukan di atas ranjang sambil menikmati cahaya pagi yang mengintip dari celah tirai.

"Ay," panggil Alva dengan suara rendah sambil menatap sayang wanita di pelukannya.

"Um?" Sahut Alya dengan suara malas. Wanita itu tengah menikmati bangun di dalam pelukan pria-nya sambil menikmati cahaya matahari pagi yang mengintip malu-malu melalui celah gorden.

"Marry me?" Tanya Alva dengan suara lirih setelah terdiam cukup lama.

Kini giliran Alya yang terdiam. Wanita itu mengakui bahwa pikirannya semalam mengenai Alva yang harus yakin akan mendapatkan apapun keinginannya tidaklah valid. Wanita itu merasa tidak akan bisa mengabulkan keinginannya yang satu ini.

Alya menghela napasnya pelan dan kemudian membuka mata indahnya yang tadi terpejam. Alya pun membalikkan tubuhnya hingga kini dia berbaring menghadap Alva. Ditatapnya mata tajam yang kini penuh keinginan itu.

"Al, kamu udah 3 kali melamar aku bulan ini. And my answer is still the same. Aku belum siap. I know you are so good to me, tapi I still can not decide to marry you. Let it flow, waktu aku siap pasti aku akan kasih tau kamu," ucap Alya sungguh-sungguh.

Alva menelan kekecewaan yang telah berulang kali dia rasakan, tapi walau begitu dia tetap memaksakan seulas senyum untuk Alya. Dipeluknya gadis itu erat. "Iya Ay. Maaf kalau aku bikin kamu bosan dengar lamaran aku. Tapi walau kamu belum siap menerima aku sepenuhnya, please jangan larang aku untuk tanya hal yang sama ya? Coz dengan izin kamu aku masih bisa menghibur diri aku kalau kamu masih mau aku," pinta Alva dengan suara mengiba.

Alya tersenyum lembut seraya menggerakkan kepalanya sedikit untuk mencari tempat yang paling nyaman di dada bidang dan berotot Alva. "Iya Al. I promise you," jawabnya lembut.

Alva kemudian merasa sedikit tenang dan memeluk Alya dengan nyaman. Sepasang kekasih yang baru merasakan kontak paling intim itu kembali terlelap sambil berpelukan di bawah cahaya matahari pagi yang mengintip penasaran ke arah mereka.

Pukul 12 siang waktu setempat, Alva tengah sibuk mendandani Alya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sebentar lagi mereka akan makan siang di lokasi dengan pemandangan menara Eiffel dan kota Paris terbaik.

Sebenarnya, Alva tidak ingin Alya keluar. Dikarenakan beberapa hari menjelang musim dingin ini angin dingin terus bertiup hingga membuat maraknya orang jatuh sakit.

Alva bahkan sudah berencana untuk menghabiskan hari ini bersama Alya di tempat tidur sekalian "ehm" mengulangi kembali olahraga intens semalam. Tapi apalah daya Alva yang tidak bisa menang melawan jurus tatapan seribu emosi Alya.

"Al, udah dong. Aku udah kayak mumi kamu buat. Kalau kamu gini terus aku nanti jalannya susah," protes Alya saat Alva kembali menambahkan syal berwarna putih di coat berleher panjangnya.

"Ya udah nanti kamu aku gendong aja," jawab Alva santai tepat setelah selesai melilitkan syal tebal menutupi leher jenjang Alya. Setelah itu, pria itu pun berlutut untuk memakaikan kaos kaki pink dengan gambar beruang di kaki mungil Alya.

Alya hanya bisa memutar bola matanya malas, namun tetap bekerja sama dengan mengangkat sebelah kakinya yang tadi ditutupi sandal rumah berbulu tebal.

Alva memandangi hasil karyanya. Wanitanya itu hari ini mengenakan long coat berwarna pink, syal putih, kedua tangan mungil tertutup sepasang sarung tangan pink, legging putih, kaos kaki pink dan sepatu pink. Oh, jangan lupakan 2 penutup telinga bulu berwarna pink di kepalanya.

Alva yang merasa puas pun menggandeng Alya yang cemberut untuk keluar kamar dan berkendara menuju restauran yang sudah di-booking oleh Alva selama dia dan Alya tinggal di Paris.

Sesuai keinginan Alya, siang itu mereka menikmati lunch mewah dan romantis dengan pemandangan menara Eiffel dari dekat. Meskipun hari masih terang dan menara Eiffel tidak gemerlap di malam hari, namun pemandangan kota Paris yang menggabungkan sentuhan klasik dan modern sungguh memanjakan mata dan tidak akan dapat dilihat saat malam hari.

Makanan ini juga sangat penting bagi mereka, karena ini adalah perayaan untuk pertama kalinya mereka menjadi begitu "dekat" setelah 2 tahun lamanya berpacaran.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang