7. Melihat Alya

7.8K 376 5
                                    

Miserati putih yang dikendarai oleh Alya berhenti di depan gerbang megah Alendria High School. Setelah mendaftar di pos security, Alya pun mengendarai mobilnya hingga ke parkiran. Tidak sulit bagi Alya untuk mengetahui dimana tempat parkir berapa, karena Alya juga menghabiskan 3 tahun masa SMA-nya di Alendria.

Tempat parkir yang dipilih oleh Alya adalah tempat parkir tersembunyi yang hanya diketahui oleh warga sekolah Alendria, karena tempat parkir ini jauh lebih dekat dengan bangunan kelas daripada tempat parkir luar.

Setelah memarkir mobilnya, Alya pun keluar sambil membawa gulungan gambar Alka. Dia berjalan menuju kelas XI A sesuai dengan ingatannya. Namun ketika akan menaiki tangga, Alya mendengar sorak-sorai yang berasal dari arah lapangan dan sayup-sayup dia juga mendengar nama adiknya dan teman-temannya.

Mengurungkan niatnya menaiki tangga, Alya mengubah arahnya menuju lapangan yang terletak di tengah-tengah gedung pengajaran. Dari jauh Alya sudah bisa mendengar dengan jelas sorakan-sorakan yang menurutnya agak menggelikan.

Dia tidak bisa menahan tawa ketika mendengar sorakan "Alka kalau Lo menang hari ini gue janji bakal ke rumah Lo buat daftar jadi mantu."

"Ah elah, pulang-pulang mak bapak gue udah punya mantu," kekehnya dalam hati.

Alya menyisipkan tubuh mungilnya diantara siswa-siswi yang sedang menonton basket. Secara kebetulan, dia berdiri tepat di samping Silva karena di tempat itulah posisi dengan jarak pandang terbaik.

Sebenarnya ketika Alya datang ke lapangan, sudah banyak orang yang melihatnya. Bagaimanapun, Alya terlihat sangat cantik dan imut. Berbeda dengan Silva yang selalu berdandan bak model sehingga dia terlihat lebih dewasa dari usianya, Alya malah lebih suka tidak memakai riasan saat keluar dan ditambah dengan tinggi badannya yang hanya 160 cm membuat Alya terlihat seperti masih sekolah walaupun usianya sudah 23 tahun.

Alya merasakan tatapan dari segala arah, namun dia tidak peduli. Dia asyik melihat bagaimana adiknya mendribble bola menuju ring. Tentu saja Silva juga merasakan pandangan dari segala arah yang melihat gadis yang baru saja datang itu. Dia mendengus keras dan memilih untuk tidak peduli dan terus memperhatikan Alva, menunggu kesempatannya untuk memberikan air dan handuk.

Ketika sedang berlari mengejar bola, Alva entah kenapa refleks melihat ke pinggir lapangan, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Namun saat ini seperti ada magnet yang menariknya untuk menoleh.

Seketika itu dia terpaku di tempatnya ketika melihat seorang gadis mungil yang memakai baju selutut berwarna taupe tanpa lengan dan dibalut dengan cardigan transparan berwarna putih, rambutnya yang panjang bergerak dibawa angin, dan mata bulatnya yang cerah terlihat serius memperhatikan arah tertentu. Tapi sayang sekali bahwa pandangannya tidak tertuju padanya.

Tanpa pikir panjang, kakinya berjalan menghampiri gadis itu meninggalkan permainan yang masih berlangsung. Semua penonton melihat tingkah Alva kecuali Alya yang masih asyik menonton adiknya.

Semua penonton melihat Alva berjalan ke suatu arah yang membuat Silva sangat bahagia karena dia berpikir kalau Alva akan menghampirinya, bahkan teman-teman Silva sudah menggodanya. Tepat ketika Silva mengulurkan tangganya untuk menyambut Alva.

"Al.. kak Alya," panggilnya lembut dengan suara yang tidak pernah didengar orang lain sebelumnya. Matanya yang selalu tajam dan dingin saat ini seolah memancarkan cahaya dan pandangannya melembut yang bahkan tidak dia sadari.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang