36. Love You, Ay ❤️

3.6K 133 0
                                    

Roma, 12 AM

Alya keluar dari kamar mandi dengan memakai bathrobe putih dan rambut yang setengah kering. Gadis itu baru selesai mandi setelah seharian mengikuti kegiatan di convention hall.

Ting.. Ting..Ting..

Saat akan merebahkan dirinya ke atas ranjang, bel kamarnya dibunyikan 3 kali. Dengan kesal, Alya pun bangun dan berjalan menuju pintu. Namun, sebelum itu, Alya terlebih dahulu mengintip melalui lubang pintu untuk melihat siapa yang datang. Tapi, saat sebelah matanya sudah diletakkan di lubang kaca tersebut, Alya kaget bukan main.

Gadis cantik itu pun buru-buru membuka pintu dan berhambur memeluk tamu tak diundang itu

"Al!!" Pekiknya.

Cowok tampan dengan coat panjang itu pun melepaskan pegangannya di koper dan menyamput pelukan kekasih yang sudah 3 hari tidak dijumpai itu. Alva kemudian memeluk tubuh mungil Alya dengan erat.

Setelah puas melepas rindu, Alva pun melepas pelukannya. Saat matanya melihat ke bawah, Alva seketika tersipu dan buru-buru mendorong Alya masuk.

"Kenapa sih Al?" Tanya Alya cemberut saat sudah berada di dalam kamar.

Alva berdehem sambil mengalihkan pandanganya ke segala arah selain Alya.

"Kamu pakai baju dulu ya Ay," ucap Alva dengan suara serak.

Diingatkan oleh Alva, Alya pun seketika menunduk dan kaget karena lupa kalau tadi dia hanya mengenakan bathrobe tanpa memakai pakaian apapun di dalam. Dan saat berpelukan dengan Alva tadi, tali bathrobe yang dikenakan Alya mengendur dan bathrobe nya hampir terbuka.

"Shit!" umpat Alya dan buru-buru masuk ke kamar mandi.

Alva yang ditinggal Alya menghembuskan napas kasar dan membuka coatnya untuk menghilangkan panas karena melihat pemandangan yang terlihat sedikit mengintip melalui celah bathrobe tadi.

Beberapa menit kemudian, Alya pun keluar dengan mengenakan piyama.

"Kamu mau minum apa Al?" Tanya Alya sambil membuka pintu kulkas.

"Air putih aja Ay," ujar Alva setelah duduk di sofa yang disediakan di kamar Alya.

"Nih," ujar Alya sambil menyerahkan sebotol air mineral seraya duduk disamping Alva.

Alva mengambil botol yang diserahkan Alya. Namun, alih-alih langsung meminumnya, cowok itu malah merangkul Alya dan menyandarkan kepala gadis itu di dadanya.

Alya bersandar dengan nyaman di dada bidang Alva. Tersenyum lembut saat merakan usapan tangan Alva di rambutnya. Dan terkekeh ketika mendengar suara gulu-gulu yang dihasilkan tenggorokan Alva saat menegak minuman yang tadi dia berikan.

"Kamu ngapain ke sini Al?" Tanya Alya.

"Aku nyamperin pacar aku yang dari tadi pagi aku telponin gak bisa," keluh Alva dan mencubit pelan pipi Alya untuk meluapkan kekesalannya.

"Jangan cubit!" Protes Alya dan mengambil tangan kiri Alva untuk kemudian digenggam dengan kedua tangan mungilnya. Sedangkan tangan kiri Alva sudah anteng di pinggang ramping Alya.

"Aku dari tadi ikut seminar pembedahan. Baru aja balik ke hotel jam 11:30 malam. Dan seminar hari ini mengharuskan peserta untuk mematikan ponsel," jelas Alya.

"Oh.." Alva hanya bergumam pelan menanggapi ucapan Alya.

"Tapi kamu nekat banget lho Al. Datang ke sini waktu hari sekolah. Kamu sebulan lagi mau ujian kenaikan kelas lho. Emang Tante Reni gak marah kamu pergi? Terus.." Alya bangkit dari pelukan nyaman Alva dan mulai mengomel. Namun, saat belum semua kekesalannya terluapkan, Alva malah mencium bibir Alya hingga membuatnya menghentikan ocehannya.

Cup..

Alva mendaratkan ciuman di bibir Alya saat melihat bibir mungil yang selalu didambakannya itu terbuka dan tertutup tanpa henti.

Alva menutup matanya saat melumat bibir lembut itu dan tangannya diletakkan di belakang kepala Alya untuk menahannya.

Mata Alya terbuka lebar karena kaget. Namun, sesaat kemudian, gadis itu pun menutup matanya dan membalas ciuman Alva.

15 menit kemudian, Alva menghentikan ciuman panas mereka. Ditatapnya wajah Alya yang memerah karena kehabisan nafas. Gadis itu terengah-engah dengan mata berkabut.

"Love you Ay," bisik Alva pelan dan mendaratkan kecupan singkat di bibir Alya sebelum melepaskan gadis itu.

Setelah berhasil tenang, Alya merebahkan kepalanya di atas pundak Alva dan memainkan tangan Alva yang ada di pangkuannya.

Alva juga meletakkan kepalanya di atas puncak kepala Alya, menikmati kemesraan mereka. Alva sangat bahagia karena Alya tidak menolak ciumannya dan tidak lagi acuh tak acuh terhadapnya.

"Mama lagi nemenin papa ke Jepang untuk urus proyek. Aku udah minta Rendi buat kirimin tugas-tugas sekolah selama aku di sini," ujar Alva.

"Emang kamu mau berapa hari di sini?" Tanya Alya.

"Aku bakalan di sini temenin kamu sampai kamu pulang," jawab Alva dengan suara malas karena sudah nyaman bersandar di puncak kepala Alya, menghirup aroma shampoo yang Alya pakai.

"Terus kamu udah pesan kamar?" Tanya Alya lagi.

Alva terdiam sejenak.

"Gak, tadi aku mau pesan tapi kata resepsionis kamarnya udah penuh," bohong Alva.

Mendengar itu, Alya pun bangkit dari bersandarnya dan melihat Alva dengan tatapan meragukan.

"Masa sih?" Tanya Alya sambil memicingkan matanya.

"Bener lho Ay. Aku nginap di kamar kamu ya?" Pinta Alva dengan muka memelas.

Alya pun menatap datar Alva. "Bohong Kan kamu? Dasar cari kesempatan dalam kesempitan aja!" tuding Alya.

Alva pun tertawa terbahak-bahak karena skemanya telah diungkap oleh Alya.

"Aku tidur di sini ya Ay? Aku tidur di sofa aja, yang penting sama kamu," ujar Alva lembut.

"Uh!" Dengus Alya namun tak urung tersenyum yang juga dibalas senyuman oleh Alva.

Jadilah malam itu hingga beberapa malam ke depan, Alva tidur di kamar Alya, meskipun harus tidur di sofa. Untungnya, sofa di presidential room itu cukup lebar untuk menampung tubuh tinggi Alva.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang