57. Em Yêu 🏝️

2.5K 69 5
                                    

Larut malam, Alva menggendong Alya yang sedang tidur dan mengenakan piyama ke dalam mobil.

Alya yang sedang nyaman meringkuk di dalam pelukan Alva bahkan tidak menyadari saat mobil yang mereka tumpangi melaju di jalan raya dalam waktu yang lama.

Alya masih nyenyak bersandar di dalam pelukan suaminya hingga Alva dengan lembut menurunkan Alya di atas kasur empuk di dalam suite mewah private jet mereka.

Pria yang baru saja menjadi suami itu memandang istrinya yang meringkuk di dalam selimut dengan lembut. Perlahan Alva membungkuk dan mengecup kening Alya.

Setelah itu, pria berusia 20 tahun itu kembali menatap Alya dengan pandangan penuh kasih sayang. Masih merasa tidak yakin bahwa impiannya menikahi wanita kesayangannya telah menjadi kenyataan.

Tidak ada orang yang tahu, bahwa dari semenjak Alya menerima lamarannya hingga akhirnya resmi menjadi istrinya, Alva selalu merasa bahwa dia hidup dalam dongeng yang terbentuk dari obsesinya.

Alva memandang istrinya yang masih terlihat tidak terganggu setelah semua gangguan yang dia sebabkan, membuat pria itu mendesah tidak berdaya. Pria itu kemudian membungkuk dan mengusap pipi Alya dengan pipinya, tersenyum saat mendapat pukulan ringan dari Alya yang merasa terganggu dalam tidurnya.

Pria itu kemudian melepaskan pipi putih istrinya dan beralih memeluk wanita itu ke dalam pelukannya. Ikut meringkuk bersama di dalam selimut lembut.

"Good night sayang," bisiknya lembut.

Saat mereka terlelap, pesawat pribadi dengan didekorasi pita berwarna pink dan bunga mawar di badannya itu sedang meluncur di udara, membelah langit malam menuju sebuah tempat yang masih belum dicatat namanya di dalam peta.

Pukul 04:00, Alya terbangun dari tidurnya. Mata cantik itu mengerjap sebentar sebelum akhirnya terbuka sepenuhnya.

Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah dekorasi kamar yang berbeda dengan kamar yang ditidurinya tadi malam. Kamar di villa baru mereka berwarna cream, namun ruangan ini didominasi warna gold. Lampu kristal di langit-langit juga berbeda.

Saat sedang memperhatikan dekorasi ruangan dengan was-was, Alya merasakan sesuatu bergerak di pelukannya. Wanita cantik itu menunduk dan melihat kepala berbulu suaminya yang sedang meringkuk di dadanya.

Alya tersenyum lembut dan mengusap rambut lebat Alva. Setelah puas bermain dengan rambut hitam Alva, Alya dengan lembut melepaskan tangan Alva di pinggangnya. Wanita itu kemudian dengan hati-hati bangun dari kasur.

Alya berjalan menuju jendela dan menyibakkan tirai yang menggantung dari lantai ke langit-langit.

Saat tirai sudah dibuka, bukan sinar matahari yang terlihat, seperti pagi biasanya. Melainkan langit luas dengan kumpulan awan yang mengambang. Sinar matahari yang ingin dilihat Alya mengintip malu-malu dari belakang awan paling besar di sana.

Seketika Alya tahu di mana dia berada sekarang. Pesawat pribadi mereka yang suite nya baru saja direnovasi ulang oleh Alva tanpa sepengetahuannya.

Saat sedang fokus memandang indahnya langit biru muda di luar sana, sepasang tangan kekar melingkari perut Alya dari belakang. Diikuti oleh dagu tajam yang bersandar di bahu kurusnya.

"Ay.." lenguh pria itu.

Alya memegang tangan Alva di perutnya.

"Kita mau kemana Al?" Tanya Alya lembut sambil memiringkan kepalanya, mengizinkan Alva mengendus tengkuknya.

"Aku mau ajak kamu honeymoon Ay. Kita ke pulau yang baru aja aku beli untuk kamu," jawab Alva lembut.

"Dimana?"

"Di benua Afrika. Pulaunya belum ada nama. Please name it, Ay."

Alya berpikir sejenak, sebelum akhirnya membisikkan sebuah kata yang tidak sengaja dibacanya dari sebuah novel.

Setelah itu, peta dunia menambahkan sebuah pulau pribadi yang terletak di tengah-tengah laut benua Afrika. Em yêu. Nama yang dipilih oleh pemilik pulau yang dibeli dari lelang Hongkong seharga 25.372.369.200,00 HKD.

Pukul 8 pagi waktu setempat, pesawat pribadi ALYS' mendarat di landasan pacu pribadi pulau tersebut.

Landasan pacu itu terletak dekat dengan manor yang akan mereka tinggali di sini. Di sekitar lapangan itu ditanami pohon kelapa, mangga, dan Ketapang yang membuat lapangan gundul itu terasa lebih teduh.

Alva dengan hati-hati mendukung Alya yang sudah cantik dalam balutan gaun kuning lembut turun dari pesawat.

Alya memandangi pulau pemberian Alva dengan penuh perhatian. Pulau itu tidak terlalu besar, luasnya kira-kira sama dengan satu kampung yang ditinggali 200 kepala keluarga.

Di pulau itu hanya terdapat satu buah manor besar yang terdiri dari 2 lantai. Luas manor menempati setengah dari luas pulau. Pulau indah itu dikelilingi oleh pantai pasir putih dan laut yang airnya jernih. Alva bilang kalau di belakang manor terdapat hutan buatan yang ditanami berbagai jenis pepohonan.

Setelah menurunkan pasutri itu, pesawat pun terbang kembali. Alva sengaja hanya tinggal berdua dengan Alya di pulau itu. Segala bahan makanan dan keperluan sehari-hari sudah diisi oleh orang suruhan Alva dari jauh-jauh hari.

"Yuk, Ay." Ajak Alva sambil memegang tangan Alya.

Alya mengikuti Alva masuk ke dalam manor bernuansa cream dan gold itu.

Pria itu mengajak istrinya naik ke lantai 2 tempat kamar mereka berada. Sambil menjelaskan berbagai fasilitas yang tersedia di manor.

Lantai pertama terdapat kolam berenang, ruang makan, dapur bersih, dapur kotor, bar, ruang tamu, ruang keluarga, ruang karaoke, dan 10 kamar tidur. Sedangkan di lantai 2 terdapat ruang gym, kebun, dan 5 kamar tidur.

Alva membawa Alya ke depan sebuah pintu berwarna keemasan. Pria itu dengan lembut mendorong pintu itu.

Saat pintu terbuka, terlihatlah sebuah ruangan yang sangat luas. Menurut Alva, ruangan tersebut menempati setengah dari luas lantai 2.

Di sana terdapat kasur king size bergaya bangsawan abad pertengahan, lampu kristal berbentuk sayap kupu-kupu, meja rias klasik dari mahoni yang dilengkapi berbagai jenis produk perawatan kulit dan makeup, dan sebuah pintu yang menuju walk in closet.

"Ay, mau kemana?" Tanya Alva sambil menarik tangan Alya yang hendak pergi.

"Mau check walk in closet," jawab Alya lembut.

Alva tersenyum mendengar jawaban Alya, namun senyumannya sangat mencurigakan.

"Nanti aja liatnya. Kita masih punya waktu 1 bulan untuk lihat-lihat. Sekarang kita check kualitas kasurnya dulu. Yuk!"

Belum sempat Alya menjawab. Wanita itu sudah dibopong Alva menuju satu-satunya kasur di ruangan itu.

"Al!"

"Love you Ay!"

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang