42. Alva's Side

2.8K 107 5
                                    

"Ayuk dek, ikut kakak. Kita ngobrol dulu," ajak Alya sambil menggandeng tangan Alka dan membawanya ke arah ruang tamu.

Alva melihat Alya mengabaikannya dan langsung buru-buru keluar dari kolam berenang untuk menyusul sang kekasih.

"Eh-eh. Ntar dulu. Biarin Alka ngomong sama Kak Alya. Lo sama kita, sekalian ada yang pengen gue tanyain juga," cegah Melvin yang dari tadi bengong, masih mencerna pemandangan "aneh" yang tadi dilihatnya.

Melvin dan Rian meletakkan tangan mereka di pundak lebar Alva dan menekannya sekuat tenaga agar Alva tidak bisa pergi. Kedua Laki-laki yang menyebut diri mereka Casanova Jakarta dan temannya yang tersisa akan mengulek gosip yang selama ini disembunyikan Alva dari mereka.

Tidak bisa menahan beban tangan Melvin ditambah Rian, Alva pun pasrah dan hanya menatap kepergian Alya yang bahkan tidak menoleh untuk melihatnya. Sebaliknya, malah Alka lah yang menoleh dengan tatapan marah ke arah Alva. Mulut laki-laki itu bergerak tanpa suara, yang diterjemahkan menjadi "awas Lo, gue tunggu penjelasan Lo."

Setelah Alva dan Alya pergi, Melvin dan Rian kompak melepaskan tangan mereka dari Alva. Keduanya beranjak pergi meninggalkan Alva dan menyandarkan tubuh mereka di kursi santai.

Rendi yang ditinggalkan sendirian berjalan mendekati Alva dan membantunya naik, laki-laki itu diam-diam menepuk pundak Alva untuk menyematinya, bagaimanapun Rendi adalah "saksi" jalan cinta Alva dan Alya.

Tahu dirinya tidak bisa menguping pembicaraan Alya, Alva pun ikut duduk bersama teman-temannya yang lain, menikmati sinar matahari yang lumayan menyengat pada siang hari itu.

Ke-4 remaja itu bersantai sambil berjemur dan minum soda lemon yang sudah disediakan di kulkas yang terletak di wilayah kolam.

"Al, serius. Lo ada hubungan apa sama kak Alya?" Tanya Rian memecah keheningan.

"Kalian orang pinter, gak mungkin gak paham," jawab Alva singkat. "Gak mungkin juga gue paksa Alya lakuin hal yang dia gak mau," tambahnya ringan. Implikasinya adalah "we are in relationship and yang kita lakukan adalah berdasarkan suka sama suka."

"Sejak kapan?" Tanya Melvin.

"Since 2 months ago," balas Alva dan kembali menegak minuman bersodanya.

"Jadi yang Lo bilang orang yang Lo suka itu kak Alya? Terus kalian jadian? Tanpa kasih tau kita? Why?" Tanya Rian bertubi-tubi.

"Tanya satu-satu," suruh Alva dingin.

"Au ah. Gue males ngulangnya. Lagian Lo juga pasti nangkep apa yang gue tanya. Udah buruan jawab, gue kepo," buru Rian.

Alva hanya memutar bola matanya malas, namun cowok itu juga menjawab pertanyaan beruntun Rian.

"Yeah. That's right. Gue udah suka Alya dari lama dan gue nembak kak Alya yang untungnya diterima. Kami gak ngasih tau siapa-siapa karena belum saatnya aja. But karena kalian udah tau jadi I will officially announce that Alya and I are dating," jelas Alva penuh penekanan.

"Wow. Who knows that jomblo ter-legend di kelompok kita ternyata diam-diam menghanyutkan. Gak kebayang gue gimana marahnya Alka sekarang. Eh, btw. Lo kok diem aja Ren? Gak ada yang mau Lo tanyain ke Alva gitu?"

Rendi yang berbaring paling ujung terdiam. "Eh.. actually gue udah tau dari lama kalau Alva dan kak Alya ada something," balas Rendi akhirnya.

"Sh**! Punya teman as* banget. Jadi cuma gue, Melvin, dan Alka yang gak tau? Gak like ah gue," protes Rian yang juga disetujui Melvin, namun protes kedua orang itu tidak mendapat tanggapan apapun dari Rendi dan Alva.

Tidak berselang lama kemudian, Alya dan Alka masuk lagi ke area kolam. Alva yang melihat Alya masuk langsung bergegas menghampiri, mengabaikan tatapan mematikan Alka.

Alka merasa sangat kesal melihat Alva yang berdiri berdampingan dengan sang kakak, namun walau begitu dia juga masih mengingat penjelasan sang kakak tadi.

Hum!

Dengus Alka dari lubang hidungnya. Dengan menghentakkan kaki, cowok itu berjalan menghampiri teman-temannya, merasa sangat kesal dan ingin memisahkan Alva dan sang kakak tapi dia juga tau kalau tidak seharusnya dia bersikap seperti "mertua kejam di sinetron."

"Are you okay?" Bisik Rendi pada Alka yang sudah menghempaskan diri di sampingnya sambil masih menatap marah ke arah Alva yang sudah meraih tangan Alya.

"Woy Al. Gue gak ngomong macem-macem sama Lo bukan berarti gue udah terima Lo sama kakak gue. So jangan pikir Lo bisa macem-macem sama kakak gue selagi gue ada," peringat Alka dengan gigi bergemelatuk.

Peringatan yang justru diabaikan Alva. Laki-laki itu malah menarik Alya menuju kursi santai kosong di sampingnya.

Alya terkekeh melihat tingkah Alka dan Alva, namun juga bersyukur karena adik kesayangannya itu tidak bersikap berlebihan terhadap Alva.

Alva mendudukkan Alya di kursi, mengambil kacamata hitam untuk melindungi gadis itu dari silau, meletakkan 2 kaleng soda lemon dan es batu, juga mengambil payung besar entah dari mana untuk melindungi gadis itu dari paparan sinar matahari.

Teman-teman yang melihat perlakuan Alva memelototkan mata mereka, mulut mereka terbuka karena shock melihat Alva yang selalu cuek menjadi sangat perhatian. Terlebih sikap tenang Alya seolah-olah sudah sewajarnya Alva bersikap demikian.

"Itu payung dapat dari mana sih? Perasaan dari tadi kita panas-panasan kayak ikan asin lagi dijemur si Alva gak bilang apa-apa," gumam Rian ketika melihat betapa sigapnya Alva menyediakan berbagai kebutuhan untuk Alya.

"Thanks Al," ucap Alya dalam diam.

Alva balas tersenyum dan mengusap rambut Alya dengan lembut.

Hem!

Sebuah kode dengan maksud yang jelas terdengar dari ujung yang lain.

Alya terkekeh dan menepuk lengan Alva untuk menenangkan laki-laki yang mendengus kesal karena diganggu Alka.

"Makan siang yang tadi kalian beli mana?" Tanya Alya tiba-tiba.

"Eh, masih di motor kak. Bentar ya Rendi ambil dulu," ucap Rendi dan bangun dari kursi santai diikuti Melvin.

"Ya udah. Nanti bawa ke ruang makan aja ya, kita makan di sana," perintah Alya.

"Mau makan buah dulu Ay?" Tanya Alva sambil menghapus keringat yang mengalir dari pelipis Alya.

"Gak usah Al," jawab Alya pelan.

"Kita masuk yuk, lagian mataharinya panas banget," ajak Alva lembut kemudian menuntun Alya bangun dan berjalan masuk.

"Tunggu kita Al!" panggil Rian dan menarik Alka untuk ikut masuk bersama Alva dan Alya.

"Kak Alya agenda hari ini kemana?" Tanya Rian saat mereka berjalan.

"Uhm kita ke Pantai Kuta yuk? Kakak pengen lihat sunset," ajak Alya antusias.

"Yuk Ay. Nanti aku temeni," seloroh Alva tiba-tiba dengan bersemangat.

"Oy kakak gue ngajaknya itu rame-rame bukan Lo aja!" Kesal Alka.

Melihat mereka kembali bertengkar, Alya hanya bisa mengusap keningnya karena pusing.

"Nanti kita pergi bareng," putus Alya. "Nanti kita cari waktu untuk dating," lanjut Alya berbisik di telinga Alva yang membuat Alva tersenyum dan mengeratkan genggamannya di tangan mungil Alya.





Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang