17. Undangan Silva

4.1K 177 4
                                    

Jam pelajaran kosong digunakan oleh penghuni kelas XI A untuk melakukan kegiatan bebas. Sebagian dari mereka menggunakan waktu untuk belajar, namun ada juga yang menggunakan jam kosong untuk bermain.

Alva bersandar di dinding di samping tempat dia duduk, dia sedang serius melihat sesuatu di ponselnya. Melvin yang duduk di sebelahnya sedang asyik mabar bersama Alka dan Rian yang duduk di depan mereka. Sedangkan Rendi yang duduk paling belakang sendirian dikarenakan teman sebangkunya pindah sekolah sedang ke kantin untuk jajan.

Di seberang lorong bangku mereka. Silva, yang selalu tanpa malu mengejar Alva sedang merogoh tas Chanel nya, dia mengeluarkan beberapa lembar undangan hitam dengan tulisan berwarna gold bertuliskan "Silva Ajeng Pratiwi Birthday Party Invitation". Perempuan langsing dan tinggi bak model itu berjalan berlenggak-lenggok menuju tempat the most wanted boys duduk.

"Hi guys. Gue mau undang kalian ke ulang tahun gue di hotel Bourh Suave hari Sabtu tanggal 20," ujarnya dengan percaya diri sambil mengibaskan rambut panjang bergelombangnya. Dia yakin kalau mereka pasti akan pergi, dia tidak percaya kalau ada orang yang akan menolak undangan dari siswi paling cantik di Alendria High School seperti dirinya.

"Makasih ya, gue pasti dateng," jawab Rian ketika mengambil undangan yang disodorkan Silva, cowok blasteran Indo-Italia itu sempat-sempatnya mengedipkan sebelah matanya yang dibalas dengusan genit oleh Silva.

"Gue usahain datang," jawab Alka yang setelah mengambil undangan tersebut langsung memfokuskan kembali perhatiannya ke game yang pemainnya hampir mati di ponselnya.

"Thanks undangannya, gue bakal datang," ujar Rendi yang baru kembali dari kantin sambil tersenyum.

"Oke, gue bakal dateng kok. Btw di pesta lo ada bir kan?" Tanya Melvin seraya menerima undangan yang diserahkan Silva.

"Ada dong, bir paling mahal se-Jakarta gue sediain buat semua tamu undangan. Kalau kamu gimana Alva? Datang kan?" Tanya Silva dengan penuh harap kepada Alva yang sedari tadi masih saja sibuk melihat ponselnya.

"Gak." Jawab laki-laki itu singkat tanpa mengangkat pandangan dari ponselnya yang sebenarnya menampilkan foto Alya dan dirinya.

"Kenapa? Kamu datang ya? Aku pengen banget kamu datang ke acara aku," pinta Silva yang tidak percaya kalau dirinya kembali ditolak oleh Alva untuk kesekian kalinya. Ditambah, dia juga malu karena sudah menggembar-gemborkan kepada geng cewek hits Alendria High School kalau Alva akan datang.

"Gak ada alasan. Gue cuma gak mau," balas Alva acuh tak acuh.

Silva berdiri mematung tidak percaya bahwa Alva kembali menolak ajakannya. Gadis itu tidak tau apa yang membuat Alva tidak tergerak oleh semua hal yang telah dia lakukan untuk mendapatkan hati laki-laki itu.

Rendi yang melihat suasana canggung Silva dan sikap cuek sahabatnya itu mencoba memuluskan suasana. Tentu saja dia akan mendukung keputusan temannya daripada perempuan yang tidak ada hubungannya dengan mereka.

"Alva gak bisa pergi, tapi kita bakal usahain datang," kata Rendi dengan senyum tipis.

"Alva gak mau datang, jangan dipaksa," tambah Melvin.

Silva yang melihat tanggapan mereka pun hanya bisa pergi. Tapi sebelum itu, Silva sempat mengatakan sesuatu kepada Alva, "Aku harap kamu bisa pergi ke acara penting aku ini Al. Setidaknya tolong buat aku seneng di hari jadi aku."

"Lo beneran gak pergi Al? Itu Silva yang biasanya sombong sampai merendahkan harga dirinya biar lo dateng ke pesta ulang tahun dia," tanya Melvin sambil geleng-geleng kepala melihat Alva yang masih asik dengan ponselnya. Dia tidak tau apa yang sedang dilakukan sahabatnya itu, padahal dari tadi dia tidak menggerakkan jarinya sedikitpun.

Alva hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Melvin, wajahnya yang datar menunjukkan ekspresi tidak tertarik dan juga tidak peduli.

"Kenapa gak lo terima aja Silva Al? Kan lumayan buat seneng-seneng, ntar kalau bosan tinggal tinggalin. Masa sih lo mau stay jomblo?" Tanya Rian yang memang paling player di circle mereka bersama Melvin.

"Iya, udah cantik body goals pula. Bisalah lo jadiin mainan kalau lo lagi bosan," sambung Melvin.

"Lo pikir Alva kayak lo pada?" Sanggah Alka yang sudah selesai main game.

Rendi ikut mendengar perbincangan mereka. Dia tidak setuju dengan saran Melvin dan Rian, namun dia penasaran dengan jawaban apa yang akan dikatakan oleh jomblo abadi seperti Alva itu.

"Hati gue udah ada yang punya dan bagi gue dia adalah malaikat. My girl harus dapat yang terbaik, gak mungkin gue biarin dia dapat barang bekas. Sekalipun itu cuma selingan, hati dan tubuh gue harus pure untuk dia," jawab Alva dan untuk pertama kalinya dia mengutarakan isi hatinya kepada sahabatnya.

Jawaban Alva sukses membuat Alka, Rian, Melvin, dan Rendi cengo. Pasalnya mereka tidak pernah tau kalau Alva memiliki seseorang yang dia suka, karena laki-laki itu memang "terlihat" tidak pernah dekat dengan perempuan. Jadi dari mana pula datangnya cewek yang buat Alva jatuh hati? Itu bukan dedemit yang jagain pohon di belakang kelaskan?

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang