12. Masuk Kerja

5.3K 242 2
                                    

Hari ini Alya akan melapor ke rumah sakit. Jam 9:00 Miserati putih yang di kendarai Alya memasuki pelataran parkir Aledr Hospital. Setelah menghentikan mobilnya, Alya memastikan kembali penampilannya baru kemudian siap keluar dari mobil.

Hari ini, Alya mengenakan stelan berwarna abu-abu muda dengan blazer warna senada, rambutnya yang biasanya digerai kini dicepol, dan wajahnya yang biasanya polos juga dipakaikan makeup tipis, membuat penampilan Alya terlihat lebih dewasa dari biasanya.

Alya berjalan menyusuri lorong luas, melewati berbagai ruang spesialis untuk sampai di ruang dekan. Setelah beberapa menit berjalan, Alya pun sampai di depan ruang yang bertuliskan Hospital's Dean.

Alya mengetuk pintu tiga kali sebelum dipersilakan masuk.

"Masuk," terdengar suara berat dari dalam. "Kok suaranya gak asing ya?" Batin Alya.

Alya menarik napas pelan untuk menenangkan degup jantungnya sebelum membuka pintu. Setelah dirasa siap, Alya pun membuka pintu berwarna putih itu.

"Permisi pak, perkenalkan saya Alya. Dokter spesialis bedah saraf baru," ujar Alya setelah sudah masuk kedalam ruangan dan menutup pintu.

Alya kaget karena setelah selesai memperkenalkan diri, dia malah melihat om Alden sedang duduk di depan dekan.

Pria yang merupakan versi dewasa Alva itu tersenyum lembut melihat putri sahabatnya.

"Om.." panggil Alya pelan. Bingung antara mau menyapa seperti biasa atau harus pura-pura tidak kenal karena om Alden adalah pemilik rumah sakit tempat dia akan berkerja.

Alden malah tertawa pelan melihat Alya, matanya yang biasanya tajam itu pun sedikit melembut hingga membuat dekan yang melihatnya terkejut.

Ayah Alva itu pun berdiri yang membuat dekan buru-buru ikut berdiri, dan melambai pada Alya untuk menyuruhnya mendekat.

"Sini Alya," panggil Alden dengan suara baritonnya.

Alya yang masih canggung pun menanggapi dan berjalan menghampiri.

"Pak Wahyu. Ini Dr. Sofia Alya Nugroho, dokter spesialis bedah saraf baru di rumah sakit ini. Alya ini baru saja lulus dari universitas terbaik di Belanda," ujar Alden memperkenalkan Alya. Tangan lebarnya menepuk pelan pundak Alya untuk memberinya semangat.

Dekan yang melihat itu pun langsung ngeh kalau Alya adalah orang yang harus diperhatikan dengan sangat baik. Pria paruh baya berpakaian dokter itu pun tersenyum lebar untuk menyambut Alya. Diulurkannya tangannya duluan yang biasanya tidak pernah dia lakukan kepada dokter lain.

"Halo Dr.Alya, selamat datang. Perkenalkan saya Dr. Wahyu Suryadi. Dekan di rumah sakit ini. Selamat bergabung di Aledr hospital. Nanti jika ada yang mau ditanyakan, anda bisa langsung menjumpai saya," ucap Wahyu setelah jabat tangan selesai.

Alden tersenyum puas melihat dr Wahyu yang tau bagaimana bersikap. Dia tidak menampik kalau dr Wahyu adalah orang yang licik karena tau siapa yang harus dijunjung. Namun, itulah yang dicari Alden, selain memang kekuatan management rumah sakit dokter wahyu yang mumpuni karena beliau adalah lulusan universitas terbaik dunia.

Alden ingin Alya merasa nyaman berkerja di rumah sakit miliknya. Selain ini adalah niatnya sendiri, istrinya juga terus mengingatkannya untuk membuat lingkungan kerja yang nyaman bagi Alya setelah mengetahui kalau putri sahabatnya itu akan berkerja di rumah sakit milik keluarga mereka.

Kalau kata istrinya, "Percuma dong rumah sakitnya milik kita tapi Alya malah tidak bisa diutamakan di sana." Perkataan istrinya memang bermaksud nepotisme, tapi Alden juga sangat setuju dengan istrinya. Di sisi lain, Alden sangat mengenal Alya dan tau bahwa Alya tidak akan bersikap semena-mena hanya karena dia mendapat perlakuan istimewa.

"Terimakasih pak," balas Alya seraya tersenyum lebar. Senang karena hari ini berjalan dengan lancar.

"Mari saya antar ke ruangan dokter," kata dokter wahyu dan berjalan keluar diikuti oleh Alya dan Alden.

Ruangan yang disiapkan untuk Alya sangat besar, bahkan lebih besar daripada ruangan dekan. Karena ruangan ini memang disiapkan untuk pemilik rumah sakit namun tidak pernah ditempati.

Ruangan Alya direnovasi oleh Tante Reni. Ibu Alva itu dengan senang hati mengubah ruangan suaminya dan mendekornya dengan gaya putri warna pink dan putih, berkerja sama dengan ibu Alya.

"Gimana Alya, kamu suka?" Tanya Alden setelah melihat ruangan yang disiapkan untuk Alya. Dia sudah melihat dekorasi nya dari foto yang dikirim istrinya di grup WA mereka, dan hanya bisa menghela napas tak berdaya melihat ruangan yang tidak pernah ditempati itu diubah menjadi feminim.

Dokter Wahyu tercengang ketika melihat ruangan pemilik rumah sakit yang berwarna pink itu. Dia memang sudah tau sebelumnya ketika ruangan itu didekorasi kalau dokter baru itu adalah kerabat pemilik rumah sakit tempatnya berkerja. Tapi dia tetap terkejut dan takjub ketika baru pertama kali melihat ruangan yang penuh warna pink itu.

Berbanding terbalik dengan Alya yang malah sangat senang melihat ruangannya. Ruangan dibalik pintu putih itu didominasi warna pink dan sedikit putih mirip dengan kamarnya di rumah.

"Suka banget om, terimakasih ya," ucap Alya sambil tersenyum lebar.

Dia juga tau kalau sekarang dia sedang mendapat perlakuan istimewa yang sebenarnya tidak baik. Tapi dia tidak peduli. Toh ini yang punya rumah sakit juga om dan tantenya.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang