56. The Wedding (Extra Part 1)

2.7K 71 6
                                    

Prok

Prok

Prok

Tepuk tangan meriah dari 200 tamu undangan yang hadir menggema di ball room hotel, saat prosesi pernikahan berhasil dirampungkan dengan ciuman dalam dan bergairah dari kedua pasangan yang baru saja resmi menjadi suami-istri itu.

Tempat pelaksanaan pernikahan yang mereka pilih adalah ball room hotel pribadi Alva yang khusus ditutup untuk umum selama seminggu sebelum dan sesudah pernikahan.

Hotel bintang 5 bernama ALYS' itu telah dihias dengan lampu kristal dan ribuan tangkai bunga mawar putih asli yang langsung diterbangkan dari Prancis. Hotel mewah itu menampilkan dengan sempurna perwujudan dari kemewahan keluarga bangsawan abad pertengahan yang sudah dipastikan tidak ada duanya di dunia.

Tepuk tangan meriah dari penonton di bawah panggung membuat Alya yang sedang terlena dalam lembutnya gairah Alva akhirnya sadar kalau mereka sedang dilihat oleh 200 pasang mata.

"Al, udah.." rengek Alya yang berusaha menjauhkan bibir Alva yang masih terus mengejar bibirnya.

Tangan Alya dengan centil memukul lengan Alva yang dibalut tuxedo berwarna putih. Namun, berhasil ditahan oleh Alva yang akhirnya rela mengakhiri ciuman mereka dengan sebuah kecupan singkat.

Wanita cantik dalam dress putih panjang tanpa lengan itu menyembunyikan wajah merahnya ke dalam pelukan Alva.

Walau tidak bisa melihat, namun Alya yakin bahwa semua orang saat ini sedang melemparkan tatapan menggoda ke arah mereka.

Berbeda dengan Alya yang malu, Alva justru sangat percaya diri. Alva dengan lembut mengusap kepala Alya yang berada di pelukannya sambil memandangi para tamu undangan yang hadir di acara bahagianya hari ini.

Pria yang baru akan memasuki kuliah semester 4 itu ingin merekam wajah setiap orang yang hadir hari ini, agar dia dapat menemukan mereka untuk bersaksi apabila nanti dia kembali berpikir bahwa hari ini hanyalah mimpi belaka.

Di bawah panggung, Alka dan keempat temannya duduk di meja bundar yang khusus disiapkan untuk mereka. Di atas meja sudah disediakan berbagai jenis makanan dan minuman yang dipilih khusus sesuai dengan selera mereka.

Berbeda dengan Rian, Melvin, dan Rendi yang asyik makan sambil menonton tingkah teman mereka yang baru saja sah mempersunting wanita idamannya, Alka justru berusaha menahan tangis dengan mata yang memerah.

"Ka, udah elah," keluh Rian sambil menyerahkan satu lembar tisu.

"Itu kakak gue. Lo gak ngerasain gimana rasanya jadi gue," keluh Alka yang terus mengusap pinggiran matanya yang basah.

Pria tampan dalam balutan jas hitam itu terlihat sangat lucu dengan mata merah seperti kelinci.

"Gue pikir lo udah siapin diri lo untuk hari ini. Lagian kita semua juga tau hari ini cepat atau lambat akan terjadi. Tenangin diri lo," nasihat Rendi sambil menepuk pundak temannya.

Melvin tersenyum geli seraya ikut menepuk pundak Alka untuk menenangkan pria yang masih tidak bisa menerima fakta bahwa kakaknya sudah menikah dan menjadi bagian dari keluarga orang lain.

Tidak hanya Alka, om Nugroho dan Tante Ajeng juga terlihat menangis di meja orangtua mempelai. Papa dan mama kak Alya dan Alka itu terlihat mengusap mata mereka dengan tisu. Berbeda dengan om Alden dan tante Reni yang justru terlihat bahagia karena akhirnya mereka berhasil memiliki anak perempuan.

Setelah prosesi terakhir selesai, Alva mengajak Alya untuk bersulang ke meja-meja yang diduduki oleh keluarga dan teman dekat mereka.

Alya menggandeng tangan Alva dan mengikuti suaminya untuk bersulang dengan keluarga dan kerabat mereka.

"Ma, pa. Alva janji akan menjaga Alya dengan baik seumur hidup Alva," janji Alva. Suami Alya itu sedang menawarkan minuman untuk papa mertuanya.

Nugroho diam-diam mengusap mata merahnya. Pria paruh baya itu mengambil minumannya dan menyesapnya. "Papa pegang janji kamu. Papa percaya sama kamu, tapi papa tetap harus bilang satu hal sama kamu. Kalau suatu hari nanti kamu udah gak sayang sama anak papa, maka tolong kembalikan dia ke rumah kami dalam keadaan baik seperti saat papa serahkan dia ke kamu," ujar Nugroho dengan suara serius.

Alva menatap mata papa mertuanya dengan tegas. "Alva janji pa. Alva gak akan biarin anak papa pulang ke rumah papa dalam keadaan tidak bahagia," tegas Alva.

Alya tersenyum saat bertemu dengan tatapan puas mamanya. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik di usianya yang sudah 45 tahun itu terlihat sangat puas dengan menantunya.

Setelah bersulang dengan papa mertuanya, Alva masih harus bersulang dengan papanya.

Berbeda dengan papa mertua yang banyak "mengancam", Alden justru tersenyum lebar sambil menepuk pundak Alva. "Good job son," puji Alden sambil tertawa lebar.

Reni juga tersenyum lembut sambil memeluk menantunya. "Nanti kalau Alvanya bandel bilang mama ya! Biar mama jewer kupingnya," imbuh Reni sambil menatap putranya dengan pandangan menantang.

Mendapat dukungan dari mama mertuanya, Alya menatap Alva dengan tatapan menggoda dan diam-diam mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda suaminya itu.

Digoda oleh mama dan istrinya, Alva hanya bisa tersenyum pasrah karena menyadari bahwa setelah ini dia akan berada di pihak paling tidak diuntungkan dalam keluarga. Sungguh masalah yang manis hingga membuat ketagihan.

Setelah bersulang dengan para orangtua, Alva menggandeng Alya menuju meja keempat temannya. Oh, dan jangan lupakan adik iparnya.

Ketiga pria di sana menyambut kedatangan Alva dan Alya dengan heboh.  Kecuali Alka yang masih cemberut.

Mengabaikan para pria kekanak-kanakan itu, Alya menghampiri adiknya yang bermata merah. Dengan lembut Alya memeluk Alka ke dalam dekapan lembutnya.

"Jangan nangis lagi dong dek, nanti kakak ikutan sedih. Kan kamu udah kenal baik sama Alva, jadi kamu gak perlu khawatirin kakak lagi. Jangan sedih lagi ya," hibur Alya lembut sambil menepuk-nepuk pundak lebar adiknya.

Alka menyembunyikan wajahnya di pundak kurus sang kakak. Berusaha menerima fakta bahwa kakak kesayangannya telah menjadi bagian dari keluarga Alva. Tapi seperti kata Alya, untung dia mengenal baik suami kakaknya sehingga rasanya tidak terlalu mengkhawatirkan meninggalkan kakak kesayangannya ke dalam genggaman sahabat baiknya.

Alva melihat istrinya memeluk adik iparnya dengan pandangan kesal. Pria yang baru berstatus sebagai suami itu mendecakkan lidahnya sebelum menghampiri istrinya.

Alva dengan lembut menarik Alya masuk ke dalam pelukannya dan menatap Alka yang menatapnya tidak suka dengan pandangan main-main.

"Ayo bersulang adik ipar," ujar Alva seraya menawarkan satu gelas minuman untuk Alka.

Alka mendengus namun tetap mengambil gelasnya sendiri.

"Gue tegas-in sama lo. Walaupun gue ijinin kakak gue nikah sama Lo, bukan berarti gue akan lepas tangan sepenuhnya. Sekali gue denger lo berani nyakitin kakak gue, gue jamin pertemanan kita selama 20 tahun ini gak akan cegah gue buat habisin lo," ancam Alka.

Alva hanya tersenyum mendengar ancaman Alka, lagipula hari ini dia sudah dua kali diancam oleh pria-pria di keluarga Nugroho.

"Gue pastiin hari itu gak akan pernah terjadi. Gue jamin dengan semua kekayaan gue kalau Alya pasti akan bahagia sama gue," ucap Alva dengan raut wajah serius. Dia bersumpah bahwa dia tidak pernah seserius ini dalam hidupnya.

Alya memandangi adik dan suami yang menyayanginya itu dengan tatapan sayang. Wanita itu tersenyum lembut sebelum mengabaikan kedua pria yang sedang berkonfrontasi itu.

Alya mengalihkan pandangannya ke arah ketiga teman Alva yang dari tadi hanya diam menyaksikan perseteruan antara ipar itu. Alya mengangkat cangkir tehnya ke arah mereka.

"Yuk bersulang sama kakak," ajak Alya.

Rendi, Melvin, dan Rian tersenyum sambil mengangkat gelas berisi alkohol mereka.

"Happy wedding kak Alya!" Seru mereka sebelum mendentingkan gelas mereka. Menandai dimulainya kehidupan pernikahan Alya dan Alva.

Hi~ I am back reader. Author akan temani reader di beberapa extra bab berikut ini. Extra babnya gak banyak, jadi stay tune yaa🖤🖤

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang