46. Janji Alva

2.6K 101 2
                                    

[Note: gambarnya gak ada hubungannya sama cerita yaa. Author cuma mau bagiin dokumen pribadi aja🤗]

"Jadi gimana Ay? Mau gak kamu nikahin aku?" Tanya Alva kembali saat mereka sedang berbaring dengan berpelukan di atas ranjang.

Alya menatap langit-langit yang dihiasi lampu kristal dengan cahaya yang redup. "Kamu yakin mau nikah dengan umur semuda itu?"

"Yakin. Aku percaya kalau aku pasti bisa menjadi pilihan terbaik kamu dan kamu gak akan menyesal sudah memilih aku," jawab Alva yakin.

"Ya udah, kalau gitu beri tahu aku apa keuntungan yang akan aku dapatkan kalau aku nikah sama kamu?" Tantang Alya.

"Kamu dapat aku," jawab Alva spontan tanpa dosa.

"Al!" Protes Alya. Gadis itu meronta di pelukan Alva untuk melepaskan pria yang memeluknya bagai gurita. Lengket banget!

Tidak punya pilihan, Alva dengan pasrah melepas kedua tangan yang memeluk tubuh Alya.

Kini keduanya saling berhadapan. Alva dan Alya saling menatap dengan ekspresi serius di wajah masing-masing.

"Now tell me. Keuntungan apa yang bisa kamu kasih ke aku kalau kita menikah? Aku gak mau kalau kurang dari 10," ujar Alya serius. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dialaminya bila menikah dengan "bocil" yang seusia dengan adiknya.

Hampir tanpa berpikir, Alva menjawab. "First, aku gak bercanda waktu aku bilang kamu memiliki aku seutuhnya. I am all yours Ay, now and then. Second, kamu punya carrier gratis. I promise you aku akan bawa barang belanjaan kamu for the rest of my life. Third, kamu punya samsak gratis. Selama kamu gak bahagia karena alasan apapun, kamu boleh jadiin aku alat pelampiasan kamu supaya kamu gak merasa sedih lagi. Fourth, of course tentunya kamu punya driver gratis. Aku bakalan bawa kamu kemana pun kamu mau pergi. Fifth, you have mine. Apapun milik aku akan menjadi milik kamu, no exception.

Sixth, kamu punya bantal gratis. Bahu aku akan selalu menjadi tempat kamu bersandar dengan garansi seumur hidup. Seventh, kalau kamu bersedia menikah sama aku, kamu akan punya asisten gratis yang bisa kamu suruh-suruh. Eighth, kamu akan punya pemandangan wajah tampan setiap kali kamu bangun tidur. Ninth, kamu punya garansi hadiah setiap anniversary. Tenth, kamu punya bapak untuk anak-anak kita nanti. Last, kamu punya jaminan kalau anak-anak yang kamu lahirkan nanti pasti akan tampan dan cantik." jawab Alva serius. Khusus dua alasan terakhir, pria itu menjawab dengan wajah merona dan senyum malu-malu.

Alya merinding mendengar janji manis Alva, walau tidak bisa dipungkiri ada rasa bahagia yang timbul karena Alva sangat memikirkan hubungan mereka.

"Banyak banget janjinya? Yakin kamu bakal bisa penuhin semua itu? Kalau gak ada hitam di atas putih aku gak akan percaya," ancam Alya.

"Janji Ay. Aku jamin paling lambat besok perjanjian yang kamu minta akan ada di depan kamu," janji Alva seraya mengangkat kedua jarinya ke atas.

Alya tertawa melihat tingkah lucu Alva. "Tapi aku belum janji lho mau nikah sama kamu when you turn 19," kata Alya yang berhasil membuat ekspresi Alva berubah lesu.

"Kamu beneran gak mau nikah sama aku Ay?" Tanya Alva dengan bibir manyun.

"Nope. Aku cuma belum kasih kamu jawaban. Tapi kamu boleh tanya aku lagi ketika kamu udah 19 tahun, maybe i'll give you a different answer," kata Alya dengan senyum licik di wajah cantiknya.

"Ay! I'll make sure you will accept my confession at that time," ujar Alva percaya diri.

"Eh Al. Tapi ntar dulu deh. Emang kalau kamu ikut aku ke Korea sekolah kamu gimana?" Tanya Alya setelah teringat hal penting yang telah dilupakannya.

Alva mengulurkan tangannya untuk membungkus Alya ke dalam dekapannya. Dielusnya kepala gadis itu dengan sayang.

"Aku kasih tau guru kelas aku kalau aku gak akan sekolah selama 3 Minggu," jawab Alva malas.

"Emang boleh?" Tanya Alya heran.

"Ya boleh dong Ay. Kan yang punya sekolah itu papa," jawab Alva tanpa beban.

"Ck. Iya deh yang punya sekolahan. Btw Al, kalau nilai kamu di ujian masuk perguruan tinggi jelek, sebelum kamu lamar aku akan aku tolak duluan," ancam Alya.

"Iya Ay. Kamu tenang aja. Aku gak akan biarin aku jadi suami yang gak sesuai sama kriteria kamu," ujar Alva.

"Suami apaan?! Aku belum terima kamu ya!" Kesal Alya yang hanya dibalas tawa oleh Alva dan mengeratkan dekapannya.

Mereka tidur lelap hingga dibangunkan oleh panggilan interkom kalau pesawat yang mereka kendarai telah sampai di negara tujuan Korea Selatan tepat pukul 01:00 AM waktu setempat.

Mereka turun dari pesawat setelah bersih-bersih dan mengenakan pakaian baru yang disediakan Alva di dalam kamar, baru kemudian berkendara menuju hotel yang sudah dipesan oleh rumah sakit sebelumnya.

Sesampainya di hotel bintang 5 yang merupakan salah satu hotel terbaik di negara itu, Alva membawa Alya langsung ke lantai 70 tempat presidential suite berada.

"Lho Al? Emangnya kami nginap di sini?" Tanya Alya heran saat sudah berada di dalam kamar paling mewah di hotel tersebut.

Alva mendekap Alya dari belakang dan membawa gadis itu berdiri di depan jendela tinggi dari lantai ke langit-langit, menghadap kelap-kelip lampu kota Gangnam malam itu. "Gak dong. Rumah sakit ngasih anggaran dokter pelatihan untuk nginap di kamar standard. Kamar ini aku siapin khusus untuk kita," jawab Alva sambil menyandarkan dagunya di atas bahu Alya dan menggosokkan pipinya ke pipi Alya.

"Maksud kamu dengan kita? Ini kasurnya cuma satu lho. Emang kamu mau tidur di atas sofa?" Tanya Alya. Karena walaupun kamar yang mereka tempati sangat luas dan lengkap, tapi hanya terdapat satu kasur king size.

"Ya gak dong Ay. Kita berdua. Bukan gak pernah juga," jawab Alva nakal sambil mengecup pipi Alya bertubi-tubi.

"Al!!!" Kesal Alya dengan pipi yang merah merona karena malu dengan perkataan Alva.

"Iya Alya sayang? I love you," kekeh Alva dan kemudian mengecup dahi, kedua pipi, hidung, dan kemudian mulut Alya.

Saat kantuk menyerang kembali, kedua sejoli itu saling berpelukan dan tertidur lelap.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang