23. Mengajak Jalan (persiapan Alva untuk acara besok)

3.1K 117 2
                                    

Alva sedang berbaring di kasur dengan sebelah tangan di bawah kepalanya sementara tangan lainnya memegang ponsel berwarna hitam dengan logo apel digigit. Laki-laki itu sedang serius memikirkan bagaimana caranya mengajak Alya ke taman hiburan berhubung besok Sabtu dan kata Alka, Alya libur hari Sabtu dan Minggu kecuali jika ada keadaan darurat di rumah sakit.

Wajah tampan dengan rahang tajam, bibir tipis, hidung mancung, mata tajam, dan alis pedang itu sedikit mengerut memikirkan kata-kata ajakan yang tepat. Setelah beberapa saat, jari-jarinya yang panjang mulai menari di atas keypad.

Malam kak, kakak lagi sibuk?

Alya:
Malam Al. Gak nih, ada apa?

Besok kakak ada waktu?

(Alya tidak menjawab selama beberapa menit, membuat Alva jadi ketar-ketir).

Alya sedang mengetik...

Alya:
Ada Al. Why?

Besok kakak mau gak temenin aku ke taman hiburan?

Alya:
Bisa Al. Siapa aja yang pergi?

Kita berdua aja kak. Alka sama yang lainnya ada tugas OSIS

Alya:
Oh iya? Tadi Alka gak ada bilang apa-apa sama kakak.
Kalau gitu jam berapa kita perginya?

Jam 9:00 Alva jemput kakak ke rumah ya?

Alya:
Oke


Yes!!

Setelah mendapat persetujuan Alya, Alva seketika duduk dan berseru kegirangan. Untungnya, kamarnya memiliki kedap suara yang baik sehingga tidak menarik perhatian penghuni rumah yang lain.

Alva yang kesenangan bahkan tidak merasa bersalah karena telah bahagia di atas penderitaan orang lain, lebih tepatnya penderitaan Alka dan teman-temannya.

(Sebenarnya, tadi siang pak Rasyid selaku guru olahraga dan pembina OSIS, meminta Alva untuk mengumpulkan anggota OSIS yang lain besok dan memimpin rapat mengenai acara Akbar sekolah.

Namun, Alva malah mengumpankan tugasnya kepada wakilnya, yaitu Alka. Dengan mengatakan, "Tugas dari pak Rasyid besok gue serahin ke lo, lagian gue juga udah gantiin beberapa tugas lo sebelumnya," ujar Alva dengan wajah datar yang akhirnya membuat Alka tidak jadi protes.

Alka hanya bisa mengiyakan dan jadilah besok Alka selaku wakil OSIS, Rian sebagai bendahara OSIS, Rendi sang ketua klub fotografi, dan Melvin yang menjabat sebagai ketua klub football harus sibuk rapat bersama anggota OSIS lain tanpa Alva).

Tanpa membuang waktu, Alva segera beranjak bangun dan pergi ke wardrobe untuk memilih pakaian yang akan dia kenakan besok.

Dicocokkannya baju satu persatu di depan cermin besar dari lantai ke langit-langit. Beberapa potong baju yang tidak dipilih berserakan di sofa yang ada di ruangan itu, menunggu pelayan membersihkannya besok pagi. Alva sangat serius memilih baju, yang berbanding terbalik dengannya yang selama ini selalu cuek dengan penampilan.

"Bingung juga gue, bajunya banyak banget. Pilih yang gimana ya?" Gumam Alva setelah melihat banyak baju yang masih tergantung rapi di lemari.

"Sweater? Gue sering liat sih di drama Korea yang ditonton Rian kalau waktu kencan cowoknya pakai sweater. Tapi, gak deh, Jakarta panas banget. Bisa banjir keringat gue besok. Yang ada Alya ilfil lagi," batin Alva.

"Kalau ini Kayanya gak cocok."

"Atau pakai jas aja? Tapi kayanya kurang pas."

"Nah, kemeja aja. Tapi yang mana ya? Terus celana nya juga yang mana?"

Alva kebingungan melihat berbagai jenis pakaian yang menghiasi wardrobe seluas sepanjang dinding ruang gantinya. Dia kesulitan memilih pakaian yang terbaik agar Alya suka.

"Udahlah, gue tanya google aja," pasrah Alva dan akhirnya menyerah.

Setelah Googling. Akhirnya diputuskan kalau Alva akan memakai dalaman kaos putih yang dilapisi jaket denim warna gelap, celana jeans warna terang, dan sepatu coklat muda. Sangat tepat untuk Alva karena akan membuatnya tampak dewasa dan pastinya akan semakin terlihat cocok dengan Alya.

"Gak sabar nunggu besok. Semoga semuanya lancar." Ujar Alva yang harap-harap cemas menunggu "kencan" esok hari.


Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang