6. Pelajaran Olahraga

7.4K 317 2
                                    

Pagi-pagi keesokan harinya. Alya, Alka, mama dan papa sedang sarapan bersama di meja makan. Sarapan hari itu dinominasi oleh menu sarapan Chinese seperti roti goreng, susu kedelai, teh, pangsit daging, dan congee.

Setelah sarapan selesai. Mama dan papa pergi ke kantor, Alka pergi ke sekolah, dan Alya tetap di rumah karena dia baru akan melapor ke rumah sakit seminggu kemudian.

"Bosan juga di rumah kalau sendiri gini, kira-kira enaknya pergi kemana ya?" Batin Alya sambil menopang pipinya dengan dua tangan kecilnya.

"Aduh non, ini gimana ya non. Den Alka lupa bawa tugasnya non." Ujar bibi yang tergesa-gesa menghampiri Alya ke ruang makan sambil membawa kanvas yang sudah di gulung.

"Emang tugasnya untuk dikumpul hari ini bi?" Tanya Alya seraya bangkit dari kursi.

"Iya non. Dua hari yang lalu den Alka melukis ini di kamarnya. Bibi masuk buat antar susu. Terus den Alka bilang kalau tugas ini dikumpulkan dua hari lagi. Minta tolong ingetin ke bibi, soalnya den Alka bilang takutnya lupa. Lah bibi juga baru ingat non pas liat ini waktu mau bersihin kamar den Alka." Ujar bibi dengan raut wajah bersalah.

"Wah, kesempatan ni." Pikir Alya. "Biar saya aja yang anter ke sekolah Alka bi. Saya mau siap-siap dulu. Bibi tolong panasin mobil saya ya." Suruh Alya seraya mengambil gulungan kanvas dari bibi dan pergi ke kamar untuk bersiap-siap.

"Baik non."

***
Jam pertama kelas Alva dan kawan-kawan kedapatan jadwal olahraga. Pak Rasyid selaku guru olahraga kelas XI A menginstruksikan siswa untuk mengambil bola basket dan siswi mengambil raket badminton.

Satu kelas seharusnya berjalan selama 90 menit. Tapi karena Pak Rasyid harus buru-buru ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya yang baru saja melahirkan, para siswa dan siswi pun dibiarkan bebas setelah 30 menit belajar.

Sisa jam pelajaran digunakan siswa laki-laki untuk bertanding bola basket, sedangkan para siswi berhenti bermain badminton dan memilih untuk menonton pertandingan basket. Terutama untuk melihat the most wanted boys bertanding.

"Alva!! Baby Alva!!"

"Ayang Rian! Ayo yang semangat mainnya! Jangan cuma jago ngombalin cewek aja!"

"I love you Alka!!"

"Melvin! Ayo! Kalau Lo bisa masukin bola ke ring gue kenalin Lo ke sepupu gue yang jadi artis figuran FTV"

"Rendi jangan malu-maluin klub ya!"

Teriakan semangat dan godaan terus terdengar dari pinggir lapangan, terutama dari para siswi. Tidak hanya dari kelas mereka. Sorak-sorai juga terdengar dari kelas-kelas di lantai dua, banyak siswa dan siswi yang sedang dalam jam kosong melongok ke bawah untuk menonton pertandingan Alva dkk.

Di tengah keseruan pertandingan dan sorak-sorai, seorang siswi yang didaulat sebagai dewi sekolah oleh hampir seluruh murid Alendria High school berdiri dengan wajah bangga sambil memegang botol air mineral dan handuk. Namanya Silva, siswi cantik, tinggi, pintar, dan memiliki latar belakang yang baik. Dia sering mengikuti ajang pemilihan model daerah dan sudah memenangkan banyak penghargaan.

Silva tidak pernah menyembunyikan kesukaannya terhadap Alva, sehingga teman-temannya sering membantu Silva untuk bisa dekat dengan Alva. Walaupun selalu ditolak oleh Alva hingga membuatnya malu, tapi dia selalu percaya bahwa Alva pasti akan menjadi miliknya. Bukan tanpa alasan dia berpikir begitu. Karena selama dia mengenal Alva, dia tidak pernah melihat Alva dekat dengan perempuan manapun. Dia selalu terlihat acuh tak acuh dan dingin, hingga semua orang selalu berpikir bahwa Alva selalu seperti itu kepada siapapun. Silva percaya bahwa tidak ada perempuan yang lebih cantik darinya di sekolah ini, sehingga suatu hari nanti dia pasti bisa membuat Alva jatuh cinta padanya.

Alya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang