Bab 15: Kebetulan atau Terencana?

40 3 0
                                    

“Eh, maaf.” Samantha yang sedang melihat layar ponselnya tak sengaja menyenggol seseorang yang juga sedang ikut antrian untuk mengambil sarapan pagi.

Tapi kemudian Samantha mengernyit sebelum akhirnya dia dan pria di hadapannya sama-sama kaget.

“Teman Andrew?” Samantha sedikit menyipitkan mata meyakinkan. Pria itu tersenyum sebelum menyebutkan namanya.

“Aku Joel!” … “Dan kau, Samantha jika aku tidak salah,” ucap Joel dengan ramah.

“Oh ya, Maaf aku melupakannya,” ujar Samantha dengan nada merasa bersalah.

“Apa kau datang seorang diri?” tanya Joel dengan tatapan menelisik.

“Tidak, aku datang bersama—itu dia.” Samantha menunjuk Andrew yang muncul dari arah belakang Joel.

Wajah Andrew terlihat kaget saat menyadari kehadiran Joel, dengan jelas pria itu menunjukkan kemarahan melalui rahangnya yang mengetat.

“Hai, Dude. Aku tidak menyangka kita bertemu di sini,” ujar Joel dengan senyum yang hanya dia dan Andrew yang tahu maknanya.

Tak ingin membuat Samantha curiga, jadi Andrew harus berusaha bersikap biasa saja.

“Aku juga tidak menyangka kita bertemu di sini,” sahut Andrew menarik salah satu sudut bibirnya.

“Hai sayang, kau menunggu lama?” seorang wanita muncul menggandeng lengan Joel.

Namun kali ini bukan hanya Andrew yang kaget luar biasa tapi Samantha juga hampir tidak percaya.

“Dia kekasihku,” ujar Joel memperkenalkan.

“Jangan berlebihan, kau tahu jika kami satu kantor,” sela Femmi memutar bola mata.

“Hai Andrew, Samantha. Senang bisa bertemu di sini,” sapa Femmi dengan senyum yang selalu berhasil membuat Samantha merasa jijik.

“Ya. Kalian juga menginap di sini?” itu bukan pertanyaan tapi lebih tepatnya sindiran yang keluar dari bibir Samantha.

“Sangat kebetulan sekali bukan?” sahut Femmi seperti biasa yang tanpa sedikitpun rasa malu.

Pertemuan itu sangat canggung sekali, terlebih ketika akhirnya mereka harus sarapan di meja yang sama karena seluruh tempat hampir penuh.

Selama berlangsungnya acara sarapan pagi itu, Samantha lebih banyak diam.

Kehadiran Femmi sudah cukup membuat suasana hatinya buruk. Sementara Andrew akan menimpali ucapan Joel sesekali—mungkin karena mereka sahabat.

“Kau pasti masih sangat ingat jika kita hampir pernah pergi berlibur ke tempat ini.” ucap Joel di sela-sela mereka makan.

Andrew terdiam dengan nafas tercekat, hanya dia dan Elissa yang pernah berniat untuk pergi berlibur ke tempat ini. Ucapan Joel barusan yang mengatakan ‘Kita’ hanyalah bualan kotor yang keluar dari mulut Joel.

“Seingatku saat itu kau tidak di ajak,” balas Andrew menaikkan salah satu alisnya.

“Benarkah? Lalu untuk apa Elissa memberi tahu padaku perjalanan liburan itu. Uhm, itu sangat kejam jika dia hanya ingin pamer.” Joel tertawa kecil seakan tengah mengingat masa-masa konyol

Andrew semakin kuat mencengkram garpu hingga buku-buku jarinya terlihat memutih di sertai wajahnya yang pucat dan itu terlihat jelas oleh Samantha.

“Bagaimana kalau kita pergi bersama saja? Hari ini kami berencana pergi ke Davos.” saran Femmi berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba hening dan dingin.

The Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang