Bab 18: Gosip Terbaru

37 4 0
                                    

Sistaaa!” teriak Shane begitu melihat Samantha turun dari mobil.

Dengan perasaan rindu yang sama, Samantha berlari kecil sambil membentangkan kedua tangannya ke arah Shane. Dua manusia itu berpelukan penuh bahagia sembari meloncat kecil.

Liburan telah usai, semua kembali ke awal. Tahun yang baru dengan segala harapan baru.

“Bagaimana liburanmu? Liburan terpanas di musim yang dingin, hm?” goda Shane dengan mata menyipit.

Keduanya kini berada di dalam lift.

Samantha hanya membalas dengan senyuman yang sama sekali tidak sampai ke matanya.

Melihat adanya yang tidak beres, Shane mengernyit menatap keseluruhan wajah Samantha lalu tiba-tiba dia mengangguk seakan mengerti apa yang telah terjadi

“Liburan yang buruk ternyata,” bisiknya lebih ke diri sendiri namun masih terdengar oleh Samantha.

Wanita itu menghembuskan nafas masih dengan senyum kesedihan di bibirnya, dia melirik sekilas ke arah Shane dan merasa iri karena pria itu dapat dengan mudah memahaminya meski Samantha hanya diam.

Betapa Samantha berharap Andrew bisa seperti itu. Tapi nyatanya hingga mereka menghabiskan libur, pria itu seakan tidak tahu atau memang tidak peduli dengan perasaan Samantha yang lebih banyak diam.

“Kau tahu, aku ada kapan saja,” ucap Shane sebelum Samantha keluar dari lift. Wanita itu mengangguk kecil.

Di hari pertama masuk kerja Samantha harus di hadapkan dengan keputusan Cliff yang menurut Samantha hanya akan menambah beban pikirannya.

Bukan dia tidak menyukai karirnya yang bisa di katakan terlihat cemerlang, dia dapat dengan mudah naik di banding yang telah bertahun-tahun mencoba meraih posisi terbaik di perusahaan.

Hanya saja Samantha merasa harus melalui setiap tahap untuk bisa mencapai jabatan seorang Manajer.

“Dad, bukankah harusnya aku berada di tahap Divisi jika ingin di promosikan?” tanya Samantha dengan harapan Cliff memberinya posisi yang tidak memberatkan.

“Kau sudah cukup memiliki dasar, daddy juga sudah melihat kinerjamu yang sangat bagus,” jawab Cliff dengan tatapan serius.

“Dad—”

“Samantha, Nick memiliki perusahaan sendiri dan anak itu tidak ingin pulang sejauh ini, jika itu yang ingin kau jadikan alasan,” sela Cliff sebelum Samantha melanjutkan ucapannya.

“Daddy, membutuhkan salah satu di antara kalian untuk mengenal perusahaan lebih banyak, anggap saja saat ini kau masih dalam tahap pelatihan sampai kau benar-benar yakin bisa menduduki jabatan Manajer.” lanjut Cliff menghela nafas.

“Aku tidak memiliki pilihan, bukan?” Samantha menegakkan tubuhnya yang terasa kaku.

Cliff menggeleng kecil. “Daddy tidak memiliki banyak waktu,” balas Cliff membuat Samantha mengernyit,

“Ada beberapa direktur yang mencoba mengacaukan perusahaan,” bisik Cliff setelah beberapa detik terdiam. Informasi baru ini semakin membuat Samantha panas-dingin.

“Daddy yakin?” tanyanya sedikit bergetar.

“Sedang daddy usut. Dan sekarang kau tahu mengapa daddy ingin kau belajar lebih banyak tentang perusahaan.” balas Cliff sedikit merasa bersalah.

...

Samantha kembali menghela nafas untuk ke sekian kalinya.

Pembicaraannya dengan Cliff beberapa menit yang lalu sungguh berhasil membuatnya dilema, dia tidak pernah berpikir sebelumnya akan menanggung beban berat—dalam hal ini mengenai perusahaan.

The Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang