Samantha, Lucy dan juga Cliff saat ini duduk di ruang tamu dalam keadaan diam.
Pikiran Samantha berkecamuk, dia berada pada pilihan yang sulit dalam hidupnya. Tak bisa dibayangkan baik Andrew maupun Lucy adalah dua orang yang ia cintai dan berarti dalam hidupnya.
"Katakan saja apa rencanamu selanjutnya, daddy dan mommy akan sangat memakluminya." Cliff akhirnya membuka pembicaraan saat melihat Samantha seperti mengalami kesulitan.
Samantha menatap Lucy dan Cliff secara bergantian dengan mata sembab. Dia tak ingin keinginannya melukai hati dua orang di hadapannya.
"Ya, katakan saja Nak. Kita pasti bisa melewatinya bersama-sama," sambung Lucy.
Samantha menghela nafas berat, dia terlihat beberapa kali membasahi bibirnya karena gugup.
"Mom, Dad. Aku berencana untuk pergi ke Newburgh," ujar Samantha tercekat.
Lucy dan Cliff sepertinya tidak merasa kaget dengan keinginan Samantha. Lucy kemudian meraih tangannya yang terasa dingin dan sambil tersenyum berkata,
"Pergilah."
"Pergi selama yang kau mau. Jangan mengkhawatirkan yang ada di sini, mommy dan daddy masih bisa menanganinya," lanjut Lucy berusaha tersenyum.
Namun justru jawaban wanita itu membuat Samantha berkaca-kaca.
"Mom, aku akan sering pulang untuk mengunjungi mommy." Lirihnya dengan suara bergetar.
Dia sendiri tidak tahu bagaimana kondisi Andrew dan akan berapa lama tinggal di Newburgh. Kini tatapan Samantha beralih kepada Cliff.
"Dad, berjanjilah akan memberi tahu padaku apapun yang terjadi," bisiknya dengan perasaan takut.
"Aku akan tetap menyelesaikan pekerjaanku secara online, jadi daddy jangan bekerja terlalu keras. Tolong jaga mommy." pesan Samantha tak mampu lagi menahan air mata.
Cliff ikut tersenyum kepadanya.
"Jangan mengkhawatirkan pekerjaan, ada beberapa orang kepercayaan daddy. Selama kau tidak ada mereka akan menyelesaikannya dengan baik," ujar Cliff meyakinkan.
Sebenarnya memasuki bulan November beberapa pekerjaan sudah hampir rangkum. Karena di bulan Desember biasanya para staff sudah mulai mengambil cuti untuk liburan akhir tahun.
...
Beberapa hari setelahnya, Samantha berangkat ke Newburgh. Dia memeluk Lucy erat disertai dengan air matanya yang terus jatuh.
Sebenarnya jarak tempuh dari kota New York ke Newburgh hanya memakan waktu satu jam tiga puluh menit menggunakan mobil.
Namun Samantha merasa enggan untuk meninggalkan Lucy walau itu hanya sehari.
Dia juga ingin menghabiskan banyak waktu di sisi wanita itu pada bulan-bulan terakhirnya. Samantha ingin selalu ada untuk Lucy, menikmati setiap momen kebersamaan mereka.
Membayangkan Lucy akan merasa kesepian membuat hati Samantha begitu hancur.
Namun untuk kali ini saja biarkan dia bertemu Andrew dan mendampingi pria itu walau sebentar.
Samantha mengendarai sendiri mobilnya, selama dalam perjalanan dia sudah memikirkan harus bersikap seperti apa nantinya, kedatangannya tentu saja tanpa sepengetahuan Andrew dan keluarga pria itu.
Ada segunung penyesalan dalam hatinya, meski semua sudah terlambat tapi Samantha berharap sekali saja dia di beri kesempatan untuk bersama Andrew sampai hari terakhir.
Tak terasa air matanya jatuh. Di dalam hatinya ada ketakutan dan kesedihan yang teramat dalam.
Entah bagaimana Samantha mengungkapkan apa yang kini ia rasakan, terlalu menyakitkan hingga tak mampu lagi baginya untuk berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Flower
RomanceSamantha hampir tidak pernah berpikir jika selama ini dirinya hanyalah sebagai sosok pengganti bagi Andrew. Tak lama setelah pria itu berjanji akan segera melamarnya, Andrew justru memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Betapa hancur hati Saman...