Bab 9: Keanehan

53 5 0
                                    

“Maaf,” lirih Andrew.

Meski terdengar jelas oleh Samantha, tapi dia hanya diam selama beberapa waktu. Pikirannya masih di penuhi dengan nama seseorang, ‘siapa dia?’ Mungkin Samantha tidak akan kaget jika pria itu menyebut nama Femmi, namun pada kenyataannya justru ada nama wanita lain yang tidak di ketahui oleh Samantha.

Dia menghela nafas lalu melirik ke arah Andrew, pria itu juga tidak jauh beda darinya. Matanya nyalang menghadap langit-langit kamar.

***

Sementara itu, seorang pria muda kembali menatap selembar kertas putih di atas mejanya. Dia sudah membaca surat itu berulang kali.

Pria muda itu sempat merasa iri dengan Lucy, tapi setelah menemukan surat yang pernah di tulis oleh ibunya.
Parkinson—nama belakangnya, pria itu akhirnya memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak.

Faktanya kehidupan Lucy yang bergelimang harta tidak berbeda jauh dari kehidupan ibunya yang bahkan membawa rasa sakit hingga liang kubur.

Parkinson, menemukan fakta baru tentang penyakit kanker lambung yang di derita oleh Lucy. Tapi Lucy sepertinya berusaha untuk menutupi hal itu ke semua orang.

Sempat ingin menjadikan Lucy sebagai jalan untuk membalas dendamnya pada Cliff, tapi kini ia tahu jika Lucy tidaklah memiliki nilai di mata Cliff.

Justru Parkinson sekarang merasa kasihan pada Lucy, wanita itu hanya lebih tua satu tahun dari mendiang ibunya.

“Tuan, orangnya sudah datang,” ujar salah satu penjaga.

Parkinson meraih topi dan kacamata hitamnya, dia mengenakan kedua benda itu sebelum menemui tamunya.

“Tuan Morgan.”

Parkinson mengulurkan tangan kepada Tommy Morgan, pria yang sudah berumur hampir 60 tahun itu.

“Tuan Parkinson.” sahut Tommy.

“Aku tidak menyangka jika anda masih sangat muda,” ujar Tommy yang tidak di tanggapi oleh Parkinson.

Pria muda itu justru melemparkan amplop coklat berisi dokumen di hadapan Tommy.

Tommy membuka amplop yang berisi sejumlah bukti kecurangan yang dilakukan oleh Cliff selama ini.

“Kau harus membacanya lebih teliti, tuan Morgan.” ucap Parkinson.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Tommy.

Parkinson menggeleng. “aku tidak butuh apapun.” jawaban itu justru membuat Tommy menyipitkan mata tidak percaya.

“Kelihatannya kau sangat ingin membalas dendam pada Cliff,” ujar Tommy.

“Kau bisa mengembalikan padaku bukti itu jika tidak tertarik,” balas Parkinson dingin.

“Baiklah, aku memang sudah lama curiga jika Cliff bermain curang.” Tommy mengangguk kecil.

Samantha bangun pagi-pagi sekali, dengan gerakan perlahan dia berusaha menyingkirkan tangan Andrew yang memeluknya.

“Kau akan pergi?” tanya Andrew dengan suara khas bangun tidur. Samantha berhenti bergerak.

“Ya, hari ini ada pertemuan pembahasan penjualan,” jawabnya.

“Tidak perlu masuk hari ini. Kau masih belum pulih.” lanjut Samantha.

“Aku merasa kesepian di sini seorang diri,” ucap Andrew berharap Samantha mengurungkan niatnya untuk pergi pagi itu.

“Akan kuusahakan untuk kembali  nanti,” balas Samantha dengan senyum lembut.

Setelah kepergian Samantha, kini suasana apartemen kembali terasa sepi. Andrew mengusap kembali tempat tidur kosong di sisinya, wangi tubuh Samantha masih tertinggal di sana.

Untuk pertama kalinya dalam hubungan mereka Andrew merasakan kehadiran Samantha. Selama ini baginya Samantha hanya sosok yang menyerupai Elissa.

Andrew seperti kembali merasa kosong setelah Samantha pergi.

Sedangkan Samantha sudah tiba di kantor lima belas menit yang lalu. Dia sudah berusaha untuk lebih profesional namun sejak tadi tak ada satupun yang pasti untuk ia kerjakan

“oh Shit!” dia mengumpat pada dirinya sendiri yang tidak bisa fokus sama sekali. Dia sungguh masih diliputi penasaran dengan yang bernama ‘Elissa.’

Sudah pasti dia orang yang sangat spesial di hati Andrew. Membayangkan hal itu semakin menambah rasa sakit di hati Samantha. Ternyata bukan dia yang berhasil mencuri hati Andrew.

“Samantha, apa kau akan terus berdiam diri di sana?” tanya Alice.

Samantha menoleh ke arah teman satu ruangannya itu yang sudah hendak meninggalkan ruangan

“Aku akan segera menyusul,” sahut Samantha mencoba mencari buku catatan kecil di atas mejanya.

Rapat kali ini dihadiri oleh direktur pemasaran dan wakil direktur keuangan. Rapat berlangsung hampir dua jam, karena ini rapat gabungan tentu ada banyak pembahasan serta keluhan yang harus di bahas.

Walau yang lain ikut ambil bagian dalam rapat tapi tidak dengan Samantha yang masih berusaha untuk membuat otaknya agar bisa menerima setiap poin-poin yang di paparkan.

Sayangnya apa yang diuraikan oleh moderator di depan sana hanya mampu tersimpan dalam memorinya selama dua menit. Setelahnya Samantha sama sekali tidak dapat mengikuti alur berikutnya.

Samantha memiliki masalah dengan otaknya. Dia satu dari seribu wanita yang tidak multitasking, jadi ketika otaknya sedang memikirkan sesuatu maka hal lainnya tidak dapat lagi di proses oleh Samantha.

Dia mengakui karena itulah dia sering merasa tertinggal.

“Nona, Samantha. Anda memiliki sesuatu yang ingin di sampaikan?” tanya wakil direktur keuangan yang sudah memperhatikan Samantha seperti merasa kesulitan untuk fokus.

“Saya rasa tidak ada, Mrs. Anderson.” jawab Samantha.

Selesai rapat Samantha ikut keluar dari ruang rapat.

“Kau ada masalah? Aku melihatmu banyak melamun?” tanya Alice yang berjalan di sisi Samantha.

Samantha menggeleng tidak yakin. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Jika memilih untuk tetap diam, dia seperti berusaha membohongi perasaannya, lantas haruskan ia langsung bertanya kepada Andrew?

Selama satu tahun  lebih menjalin hubungan, Andrew memang tidak pernah menceritakan apapun kepada Samantha selain keluarganya yang tinggal di Newburgh. Samantha mengernyit, bukankah aneh jika Andrew tidak pernah kembali ke Newburgh selama sepuluh tahun?

Justru mommy dan adik perempuannya lah yang mengunjungi Andrew ke kota New York setiap akhir tahun.

Samantha mulai curiga ada hal lain yang tidak ia ketahui. Banyak keanehan yang dalam sekejap mulai terkumpul dalam benaknya.

Andrew tidak pernah pulang selama sepuluh tahun, seseorang bernama Elissa, kepalanya sering sekali berdenyut, pria itu juga tidak menyukai pesta dan hal lain yang belum di ketahui oleh Samantha penyebab mengapa Andrew tidak menyukai suara klakson.

Meski Andrew terang-terangan pernah mengatakan jika ia tidak menyukai suara klakson, namun tidak ada alasan khusus untuk itu—dia hanya tidak suka, informasi yang singkat namun penuh tanda tanya sekarang bagi Samantha.

Dan hal lain yang masih diingat oleh Samantha adalah tepat di bulan Februari yang lalu, saat ia membawa cake coklat kepada Andrew dalam rangka perayaan hari valentine. Pria itu tiba-tiba marah besar dan menyebut Samantha kekanakan, bahkan dia tidak merasa bersalah sama sekali ketika membuang cake itu tepat di depan mata Samantha.

Ketika itu Andrew mengatakan jika dia tidak menyukai hari valentine karena itu hari yang membawa banyak keburukan.

Samantha sempat menangis atas perlakuan kasar Andrew yang tidak menghargai usahanya, namun lagi-lagi dia berpikir mereka hanya berbeda cara pandang.

Memang tidak semua orang merayakan dan mau merayakan hari Valentine, karena itu bukan perayaan yang di wajibkan. Sejak itu Samantha mencatat untuk tidak lagi merayakan valentine bersama Andrew. Tapi sekarang itu justru menjadi aneh bagi Samantha.

The Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang