Akhir tahun tentu saja waktu dengan kesibukan penuh bagi banyak orang.
Bahkan tak jarang mereka para pekerja kantoran memilih untuk lembur, begitu pun yang di lakukan oleh Samantha.
Sudah beberapa hari ia tak bertemu dengan Andrew, pria itu sudah pasti lebih sibuk dari Samantha. Dan situasi ini sangat bisa di maklumi. Jangankan untuk bertemu setelah menghabiskan waktu di kantor hingga malam, ketika pulang ke rumah saja Samantha tidak lagi memiliki waktu luang. Dia akan mengisi sisa waktunya dengan istirahat.
"Kau akan pergi ke Switzerland?" tanya Femmi yang tak sengaja melihat layar ponsel Andrew yang terbuka.
Sontak Andrew membalik ponselnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Femmi.
"Ini pilihan yang bagus." Andrew menunjukkan salah satu dari tiga proposal pengajuan promosi yang berada di atas mejanya.
"Ya, pilihanmu memang selalu luar biasa." balas Femmi sembari memungut kembali tiga proposal yang sebelumnya ia letak di atas meja Andrew untuk di seleksi.
Tapi wanita itu belum pergi dari sana, sejujurnya dia masih penasaran dengan pertanyaannya yang belum terjawab. Alih-alih bertanya kembali Femmi justru tetap diam lalu meninggalkan Andrew yang mengabaikannya.
Femmi meraih ponsel miliknya dari atas meja, sembari mencari kontak seseorang dia berjalan keluar ruangan menuju ke lorong kamar mandi,
"Apa kau tahu mereka akan pergi ke Switzerland?" tanya Femmi begitu panggilannya di angkat pada deringan kedua.
"Switzerland?" pria di seberang telepon membeo dengan mengernyit dalam ... "Pria gila, bahkan mimpi Elissa juga kini masuk dalam obsesinya." gumamnya membuat Femmi mengernyit bingung.
"Persiapkan dirimu, kita akan ke Switzerland," ucap pria itu hampir membuat Femmi menjerit tak percaya.
Femmi tentu saja sangat senang. Hampir di sepanjang hidupnya dia tidak pernah berlibur ke negara lain karena kondisi keuangannya yang selalu pas-pasan, gaji yang ia terima tiap bulan hampir tidak pernah tersisa karena harus membiayai kehidupan keluarganya.
...
Samantha mengusap wajahnya kesal. Sudah tak terhitung panggilan masuk serta pesan yang di abaikan olehnya.
Dia kembali menatap layar ponsel yang menampilkan panggilan masuk dari suster kepala panti. Samantha menghembuskan nafas sebelum memutuskan untuk mengangkat panggilan itu.
"Anak tidak tahu diri! Beraninya kau mengabaikan panggilan dan pesanku?!" terdengar suara Suster Hermina yang memekakkan telinga.
"Aku sedang bekerja, Ibu." jawab Samantha dengan nada lelah.
"Jangan beralasan, ini bukan kali pertama kau mengabaikanku. Kau sengaja?‼" Suster Hermina kembali berteriak.
Samantha tidak menjawab, dia terlalu lelah untuk meladeni ocehan wanita paruh baya itu.
"Kau tidak tahu sebulan lagi adik-adikmu akan natalan? Atau kau sekarang lupa dari mana asalmu?" sindir Suster Hermina.
"Aku tahu ibu-"
"Kalau kau tahu, mengapa kau tidak memiliki inisiatif?" potong Suster Hermina sebelum Samantha menyelesaikan kalimatnya.
"Baiklah, aku akan segera mengirimnya," balas Samantha.
Suster Hermina langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
Bukan tidak ingat, Samantha memang berniat untuk membelikan hadiah natal untuk adik-adiknya yang berada di panti asuhan, hanya saja dia belum memiliki waktu untuk mempersiapkan hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/345963312-288-k691018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Flower
RomanceSamantha hampir tidak pernah berpikir jika selama ini dirinya hanyalah sebagai sosok pengganti bagi Andrew. Tak lama setelah pria itu berjanji akan segera melamarnya, Andrew justru memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Betapa hancur hati Saman...