Bab 30: Las Vegas

36 3 0
                                    

Samantha menatap jadwal yang berada di atas mejanya. Minggu depan ada pertemuan penting di Las Vegas. Di sana dia hanya sebagai perwakilan Cliff, berhubung di waktu bersamaan Cliff telah membuat temu janji penting.

Membayangkan Las Vegas membuat nafasnya tercekat. Dari banyaknya tempat mengapa harus tempat itu? Sudah pasti dia tidak dapat menolak perintah Cliff kali ini, kecuali jika ini hanya pertemuan biasa.

Kepalanya masih terus berputar mencari segala cara agar tidak ke sana, namun alhasil tetap kembali seperti semula—Hanya dia yang dipercaya oleh Cliff saat ini. Tentu saja hanya dia yang dipercaya oleh Cliff selama pelaku pencuri data perusahaan belum tertangkap.

Samantha mengernyit, dia mulai tertarik dengan masalah itu. Seseorang, yang sudah pasti merupakan bagian dari perusahaan mencuri data penting lalu memberinya kepada Tommy yang juga merupakan bagian dari anak cabang perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada orang di dalam perusahaan ini yang ingin mengadu domba Tommy dan Cliff.

Hanya saja hingga saat ini, pelaku tidak ditemukan.

Lelah dengan pikirannya Samantha memutuskan untuk pasrah pada apapun yang terjadi.

“Ada apa?” tanya Femmi dengan wajah ketus. Saat ini dia tengah duduk di hadapan Joel, pria itu semakin lama semakin menyebalkan. Dia hampir selalu menghina Femmi namun dia juga yang selalu ingin bertemu.

“Kau gagal, bukan?” sindir Joel dengan wajah angkuh.

“Aku yakin kau tidak akan datang ke sini jika usahamu berhasil,” lanjut Joel.

“Dia dimutasi,” ucap Femmi dengan nada rendah.

“Siapa maksudmu?” tanya Joel menelisik.

“Andrew dimutasi. Namun ini sangat aneh.” gumam Femmi membuat Joel penasaran.

“Katakan yang jelas,” sahut Joel yang terlihat tak sabaran.

“Hingga saat ini tidak ada kabar tentang Andrew. Dia juga tidak bisa dihubungi. Bukankah aneh jika dia akan naik jabatan lalu mengajukan permohonan mutasi?” jelas Femmi apa yang ada dalam benaknya.

“Di mana?”

“Ya?”

“Di mana, bajingan itu dimutasi?”

“Las Vegas.”

Dalam perjalanan pulang pria itu menyetir dengan satu tangan sementara tangan yang lain memijit pelipisnya.

Joel seakan tidak percaya jika Andrew dimutasi. Namun apa alasan pria itu ingin pindah setelah sepuluh tahun menetap di kota New York?

Lalu bagaimana hubungannya dengan wanita itu?

***

Samantha menatap rumah yang lumayan besar di hadapannya. Bahkan baru kali ini Samantha mengetahui jika keluarga Rockefeller memiliki rumah di Las vegas, tentu saja ini hanya hal kecil bagi keluarga angkatnya itu.

Selama beberapa hari di Las vegas, dia akan menetap di rumah ini. Tidak seperti rumah yang mereka tinggali di kota New York, di sini ada beberapa pelayan yang mengurus rumah.

Sebelum berangkat, Lucy sudah menghubungi kepala pelayan terlebih dahulu untuk memberi tahu perihal kedatangan Samantha. Dia disambut dengan hangat oleh para pekerja di rumah.

Dari atas balkon Samantha dapat melihat sisi lain dari kota Las Vegas yang dikenal sebagai industri perjudian, perbelanjaan dan hiburan bagi semua kalangan.

Tidak seperti rumah lain yang padat akan penduduk, kediaman keluarga Rockefeller berada di lokasi yang jauh dari penduduk dan memiliki pemandangan indah jika dilihat dari setiap sudut.

Sorot lampu kota menambah indahnya tempat itu, menunggu beberapa jam lagi hingga menjelang pagi membuat Samantha gelisah. Entah apa yang ia harapkan, meski merasa was-was namun sedikit ada perasaan bahagia.

Mungkinkah dia akan bertemu dengan Andrew di tempat ini? dia tidak bisa memungkiri bahwa ada setitik harapan agar sebentar saja dia dapat melihat wajah pria itu.

Bukankah sebesar apapun kebencian akan kalah dengan setitik perasaan cinta?

Matanya berjaga lewat malam, berusaha membayangkan seakan hari esok akan tersisa sedikit kebahagiaan.

Perusahaan yang berada di Las Vegas merupakan anak cabang yang sedang bermasalah antara Tommy dan Cliff. Tommy memiliki saham 50% di anak cabang tersebut.

Di sinilah Samantha berdiri, setengah jam lagi rapat bersama para direksi akan segera di mulai. Matanya memandang sekitar seperti tengah mencari keberadaan seseorang.

“Anda membutuhkan sesuatu, Nona?” tanya Hendrik—asisten pribadi Cliff khusus Las Vegas.

“Em—tidak ada. Aku hanya melihat-lihat.” sahut Samantha tersenyum kecil.

Seperti biasa, dia akan duduk dan mengikuti rapat yang selalu membuatnya merasa begitu bosan. Dia bukan orang yang bisa duduk diam lalu memusatkan fokusnya pada satu hal yang tidak ia mengerti sedari awal.

Ada perasaan mual begitu melihat orang-orang di ruangan itu menatapnya dengan penuh harap, walau sudah tak terhitung berapa kali ia telah berlatih dari rumah sebelum berada di tempat mencekam ini, namun semua yang ada di benaknya seketika sirna.

Dia memejamkan mata untuk menguasai kembali pikirannya yang melayang. Samantha tersenyum sebelum akhirnya menyampaikan beberapa poin penting yang mewakilkan Cliff.

Samantha kembali ke ruangan Cliff. Setelah kini dia seorang diri, Samantha menghirup udara sebanyak yang ia mau. Berada di antara para direksi membuatnya merasa sesak disertai keringat dingin.

Oh gosh. Mengapa harus aku yang berada di sana? Aku sungguh hampir mati.” desahnya mengusap wajah.

Ini pertama kali baginya memimpin rapat yang melibatkan petinggi-petinggi dalam perusahaan.

Setelah ini dia masih ada jadwal untuk melakukan kunjungan di setiap divisi. Dan ternyata gosip tidak hanya ada di pusat perusahaan, tapi di anak cabang seperti Las Vegas juga para karyawannya seakan mengetahui hal kecil apapun tentang keluarga sang CEO, tak terkecuali Samantha  yang telah menjadi anak asuh mereka.

Samantha mendengar bagaimana sejumlah karyawan mencibirnya, menyebutnya sebagai simpanan berkedok anak asuh; lalu beberapa juga mengatakan jika Samantha ingin menguasai harta kekayaan Rockefeller.

Dari semua desas-desus itu tak ada satu yang ditanggapi oleh Samantha. Orang-orang tidak akan pernah merasa puas sekalipun Samantha berteriak di depan wajah mereka bahwa ini semua bukan keinginannya.

Bila saja bisa, dia sangat ingin ke Boston detik ini dan menyeret Nick di depan semua orang agar pria itu bertanggung jawab atas semua ini—Ya, bukankah seharusnya bajingan itu melakukan hal ini semua?

Sudah berkeliling selama beberapa jam, Samantha juga sengaja mengobrol kepada beberapa manajer dan kepala divisi, tapi dia tidak melihat pria yang sudah membuatnya hancur itu walau hanya selintas.

Seharusnya Andrew juga pasti mengetahui kedatangannya, apakah pria itu menghindarinya?

“Apakah aku bisa melihat data setiap kepala divisi dan manajer?” tanya Samantha kepada Hendrik yang baru saja masuk ke ruangan mengantar dokumen yang harus di tanda tangani.

“Saya akan segera mengirimnya untuk anda.” sahut Hendrik sedikit menunduk.

Tak berselang lama, Samantha menerima file baru dari Hendrik. Namun mengingat saat itu langit sudah hampir gelap Samantha memutuskan untuk memeriksanya di rumah.

The Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang