Bab 19: Valentine Day

50 5 0
                                    

Samantha tidak di beri pilihan lain selain di tempah menjadi Manajer umum seperti keinginan Cliff.

Gosip beredar semakin liar, namun untungnya seperti yang dikatakan Andrew sebelumnya dia akan mendukung Samantha.

Dan hal itu di buktikan.

Samantha sendiri tidak memiliki waktu luang untuk menanggapi hal itu, begitu mendapat posisi penting dalam perusahaan setiap hari dia sibuk dengan segala pertemuan bersama para direktur dan kepala divisi.

Tidak seperti yang dikatakan oleh Cliff bahwa di awal-awal Samantha akan menjalani masa pelatihan terlebih dahulu, nyatanya beban yang bagai bom meledak di lempar begitu saja ke hadapannya.
...

Sudah hampir sebulan, Samantha hampir tidak memiliki waktu untuk tidur. Apalagi untuk bertemu dengan Andrew tentu saja itu mustahil ia lakukan di tengah tumpukan pekerjaan yang menyiksanya.

Lucy yang sejak awal mengetahui akan posisi Manajer umum yang akan di ambil alih oleh Samantha mendukung penuh perubahan itu.

Sebagai bentuk dukungannya, pagi-pagi sekali Lucy akan bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuk Samantha, dia begitu memperhatikan kesehatan Samantha walau dia sendiri sibuk dengan bisnis hotel dan butik yang berada di bawah naungannya.

Di saat sedang sibuk menyiapkan bekal untuk Samantha, tiba-tiba rasa mual itu kembali melanda Lucy.

Dia memejamkan mata, seperti biasa Lucy akan mensugesti dirinya sendiri untuk tidak terlihat lemah.

Jika sebelumnya hal itu berhasil tapi tidak di saat ini, Lucy berlari kecil menuju closet dan memuntahkan semua isi perutnya.

Dia terdiam beberapa detik ketika mendapati gumpalan darah segar yang sudah bercampur dengan seluruh isi perutnya yang ia keluarkan.

"Mom," terdengar suara Samantha dari ruang makan, dengan cepat Lucy menekan flush closet yang kemudian membawa seluruhnya jauh dari pandangan mata.

"Mom," kembali terdengar suara Samantha memanggil.

"Ya, maaf mommy di kamar mandi," sahut Lucy yang muncul dari dalam kamar mandi dengan senyum tulus.

Samantha mengernyit lalu mendekat ke arah Lucy,

"Mommy terlihat pucat, apa mommy sakit?" tanya Samantha khawatir.

"Oh benarkan?" Lucy menepuk kedua pipinya seakan tidak yakin.

"sepertinya karena mommy belum mandi dan merias diri." lanjutnya tersenyum mencoba membuat alasan yang masuk akal. Meski sempat ragu tapi Samantha akhirnya harus percaya begitu Lucy mulai mengomelinya.

"Kau harus selalu makan tepat waktu jika ingin tetap sehat hingga di umur seperti mommy."

"Jangan terlalu keras pada diri sendiri, ingat kamu masih gadis dan masih harus memberi mommy cucu," goda Lucy menyikut Samantha pelan.

Samantha hanya tersenyum kecil memutar bola mata.

...

Sambil menyetir, entah mengapa Samantha teringat kembali hari-hari terakhir mereka di Zurich.

Mungkin dia akan bersyukur karena sepulang dari liburan ia harus menanggung kesibukan yang luar biasa, sehingga sedikit membuatnya lupa.

Namun sekarang sekilas tentang momen itu menghinggapi benaknya. Betapa indahnya pergantian tahun kali ini bersama Andrew. Malam berwarna dengan kembang api semakin menyempurnakan perasaan mereka.

Tapi kebahagiaan itu sering kali harus di selingi dengan ucapan Joel malam itu di Davos.

Benarkah Andrew mencintainya? Atau hanya mencintai sosok lain yang mungkin ada pada dirinya?

The Last Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang