"Ada apa? Jangan katakan kalian sedang membahas urusan kantor." tanya Joel sambil meremas pinggang Femmi.
"Jo, aku memperingatimu! Jangan kekanakan." Andrew tidak perlu memperjelas apa maksudnya.
"Mengapa kau tampak gelisah, Andrew? Apa kau takut?" tanya Joel terdengar menantang.
Andrew menghela nafas, dia tidak pernah sesabar ini sebelumnya semua ia tahan demi hubungannya dengan Samantha, dia tidak ingin liburan mereka menjadi kacau.
"Tidak ada yang aku takutkan, tapi kau tahu setiap orang memiliki batasan, Jo." gumam Andrew dengan tatapan tajam.
"Ya, aku mengakui kau memang pantang menyerah tapi sayangnya kau pecundang keparat," balas Joel tak kalah tajam.
"Apa yang kau mau?" Andrew muak melihat dua orang di hadapannya.
"Mungkin kau baru saja mengubah tujuanmu, jika kau tidak takut kita akan bertemu lagi di Davos hari ini," ucap Joel menarik salah satu sudut bibirnya.
"Sementara itu, aku harus bercinta terlebih dahulu dengan kekasihku." lanjut Joel sambil menutup kembali pintu di depan muka Andrew.
Andrew dapat melihat wajah tertekan dari Femmi, dia yakin Joel lah yang memaksanya melakukan rencana busuk ini.
...
"Sayang ..." Andrew terlihat ragu untuk mengutarakan apa yang ada dalam benaknya saat ini.
"Ada apa?" tanya Samantha dengan lembut, wanita itu masih berusaha membuat dirinya agar tetap bisa memahami Andrew.
"Kau keberatan kita ke Davos?" tanya Andrew dengan hati-hati.
Samantha menggeleng kecil. "Ayo kita pergi ke sana," balasnya dengan senyum lembut.
...
Kota Davos, bagai surga kecil di muka bumi yang sungguh penuh pesona, alamnya mampu membuat Samantha untuk tetap tinggal lebih lama di sana.
"Rasanya aku bisa tinggal di sini selamanya," ucapnya seperti beberapa jam yang lalu sambil menatap danau jernih di hadapannya.
"Kau membuatku takut. Rockefeller akan memburuku hingga ujung bumi jika gagal membawamu kembali ke New York." sahut Andrew, pria itu merebahkan tubuhnya di hamparan rumput dengan mata terpejam menikmati udara sejuk.
Samantha terkekeh mendengar penuturan Andrew. "Apa kita akan menginap di sini?" tanya Samantha.
"Apapun untukmu," sahut Andrew dengan sedikit membuka pelupuk matanya.
Sore itu mereka tidak menyia-nyiakan waktu. Andrew membawa Samantha ke Jacobshorn area bermain ski dan snowboard.
Di tempat ini juga mereka mendapatkan Villa kecil untuk menginap selama satu malam.
"Di sini beberapa orang biasanya akan membuat api unggun untuk menghangatkan diri di malam hari." ucap Elvis sambil menunjukkan tempat di mana biasanya para turis membuat api.
Elvis salah satu pria paruh baya yang mengelola Jacobshorn.
"Jika kalian butuh sesuatu, kalian bisa menjumpaiku di sana." Elvis menunjuk rumah lain yang tidak jauh dari tempat mereka menginap.
Villa di area ini bentuknya berupa rumah kecil yang memiliki satu kamar, lebih tepatnya seperti rumah-rumah salju.
Tidak mudah mencari penginapan bila sudah akhir tahun, jadi mereka yang berhasil mendapatkan penginapan hanya yang beruntung dan memiliki uang banyak.
"Aku ragu kau bisa mengalahkanku," ucap Samantha yang masih mengenakan perlengkapan ski.
"Kau menantangku?" tanya Andrew menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Flower
RomanceSamantha hampir tidak pernah berpikir jika selama ini dirinya hanyalah sebagai sosok pengganti bagi Andrew. Tak lama setelah pria itu berjanji akan segera melamarnya, Andrew justru memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Betapa hancur hati Saman...