Samantha tersenyum kepada beberapa staff yang berpapasan dengannya. Sudah sebulan terakhir dia menggantikan posisi Lucy.
Maka tak jarang Samantha akan sering bolak-balik dari restoran ke perusahaan, atau dari butik ke perusahaan atau sebaliknya dari butik ke restoran.
Syukurnya di setiap tempat dia memiliki asisten sehingga sedikit mengurangi beban Samantha. Rasa lelahnya seakan terbayar karena sekarang Cliff hampir setiap hari berada di rumah. Daddynya hanya akan ke kantor jika ada hal penting yang tidak bisa diwakilkan oleh Samantha.
Sebelumnya sempat terjadi keributan kecil di antara para direktur yang tidak setuju dengan sosok Samantha yang akan mengantikan posisi Lucy. Mereka menilai Samantha bukan ahli waris dan sama sekali tidak memiliki saham di anak cabang Rockefeller yang dipimpin oleh Lucy.
Akhirnya Cliff dan Lucy membuat keputusan yang menurut Samantha itu sangat berlebihan. 50 % saham milik Lucy yang tertanam di Rockefeller Food kini berganti nama menjadi milik Samantha McFadden. Tentu saja peralihan nama kepemilikan saham membutuhkan proses yang cukup lama.
Lucy sama sekali tidak berpikir dua kali saat mengambil keputusan itu, karena sebelumnya dia memang sudah berencana untuk mengalihkan saham miliknya atas nama Samantha.
Menurutnya Samantha layak mendapat lebih dari itu setelah harus mengorbankan segalanya demi Rockefeller.
Bila saja Samantha pergi dan meninggalkan semua tentu Lucy dan Cliff tidak akan bisa menahannya. Tapi wanita itu justru mengabdikan dirinya pada semua harapan Cliff dan Lucy.
Tidak mudah menjadi Samantha saat ini, segala bentuk cibiran dan hinaan ia dapatkan. Lebih dari itu ada direktur yang bahkan berencana menjatuhkannya. Bagaimana tidak? setelah peralihan saham tentu wanita itu memiliki kuasa dan itu menjadi ancaman bagi beberapa orang.
Selain itu cibiran datang dari sejumlah staff yang menilai Samantha sebagai wanita ular yang ingin menguasai harta Rockefeller.
Tapi Samantha menutup telinga untuk semua tuduhan yang di lemparkan padanya. Karena sesungguhnya hanya dia sendiri yang tahu betapa besar beban yang ia tanggung di balik semua itu.
Mengorbankan masa mudanya, perasaannya sendiri seperti tidak lagi penting, dan itu bukan pilihan yang mudah.
Dua bulan lagi tahun 2022 akan berakhir. Seakan baru kemarin ketika mereka menikmati awal tahun yang penuh bahagia. Dari atas gedung tempatnya berdiri, Samantha menatap keramaian kota New York di sore hari.
Dia baru saja mengikuti rapat untuk program promosi akhir tahun.
Ingatannya terlempar pada kenangan setahun lalu, selain sibuk dengan urusan kantor saat itu dia dan Andrew juga sibuk menyiapkan liburan akhir tahun mereka.
Kilas balik masa itu tanpa sadar air matanya jatuh.
Dia merindukan semua yang pernah mereka lalui; tawa, tangis, kekonyolan, perdebatan tanpa akhir seakan baru kemarin terjadi. Kegilaan ini tidak cukup membuatnya melupakan setiap momen kebersamaannya dengan Andrew.
Samantha tidak pernah membayangkan cintanya akan berakhir begitu menyakitkan, dicampakkan membuat Samantha pernah berpikir apa salahnya sehingga orang-orang meninggalkannya?
Di mulai dari pria yang seharusnya ia panggil sebagai sosok daddy, meninggalkan Samantha ketika masih dalam kandungan.
Lalu dia masih ingat ketika di umur enam tahun mommynya menitip Samantha di panti asuhan, wanita itu berjanji akan kembali dan menjemput Samantha suatu hari nanti.
Namun enam tahun kemudian tepat saat Samantha memasuki sekolah menengah pertama, suster Hermina memberi tahu jika mommynya ditemukan meninggal dalam kamar apartemennya seorang diri dan karena terkendala biaya akhirnya Gloria dikebumikan di Ohio—negara di mana saat itu Gloria menetap untuk bekerja selama kurang lebih tiga tahun.
Hingga saat ini Samantha tidak pernah mengetahui penyebab kematian Gloria dan juga letak makamnya.
Setelah bertemu dengan Andrew, Samantha menggantungkan seluruh harapannya pada pria itu. Berharap Andrew adalah rumah terakhir dari semua hal yang sebelumnya tidak pernah ia dapatkan.
Namun nyatanya setelah dibuat melayang tinggi, Andrew jugalah yang menjatuhkannya hingga ke dasar jurang penuh kegelapan. Tubuhnya bergetar ketika semua bayangan kesakitan itu memenuhi benaknya dalam sekejap.
Samantha mengusap sisa air matanya ketika terdengar suara ketukan dari luar.
Femmi masuk setelah mendapat izin dari Samantha. Dia berdiri di tengah ruangan selama beberapa detik sambil beradu tatap.
Meski berbulan-bulan telah berlalu, Samantha masih tetap tidak menyukai Femmi.
Femmi meletakkan berkas yang harus ditandatangani Samantha di atas meja tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Begitu juga dengan Samantha yang meraih berkas itu dalam diam.
Selesai dengan itu Femmi melangkah keluar, tapi sebelum tangannya berhasil meraih gagang pintu dia berhenti lalu menoleh ke arah Samantha yang juga menatapnya.
“Aku pikir kau lebih baik dariku. Nyatanya kau terlihat biasa saja setelah apa yang terjadi,” sindirnya dengan wajah dingin.
“Bukankah ini keinginanmu? Aku kalah. Mengapa kau tidak mencari bajingan itu lalu kalian hidup bahagia?” tanya Samantha yang justru membuat Femmi mengernyit.
Bukankah ada yang salah dengan pembicaraan ini? Femmi cukup lama terdiam sambil menelisik wajah Samantha untuk mencari kebenaran. Sampai akhirnya dia tertawa hambar.
“Kau ternyata begitu bodoh, Samantha.” ucap Femmi menyeringai.
“Apa maksudmu?” tanya Samantha. Dia merasa ada sesuatu dari nada Femmi.
Sekali lagi Femmi terbahak. Namun semakin lama wanita semakin tak bisa menghentikan tawanya. Samantha tidak tahu di mana letak yang lucu, Femmi terlihat seperti tengah menertawakan kebodohannya.
“Keluar jika kau hanya ingin menunjukkan kegilaanmu,” ujar Samantha mulai kesal.
Femmi akhirnya berhenti tertawa, wajahnya kembali datar menatap Samantha.
“Kau sungguh berpikir Andrew meninggalkanmu karena kau hanya pelampiasan?” tanya Femmi.
“Meskipun awalnya aku senang dengan alasan itu, tapi aku tidak habis pikir bagaimana kau tidak mengetahui kenyataan yang sesungguhnya hingga saat ini.” lanjutnya membuat Samantha semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan itu.
“Katakan saja jika kau memang mengetahui sesuatu,” ucap Samantha mulai tak sabar.
Femmi menghela nafas, dia sekarang merasa kasihan pada Samantha yang tidak mengetahui apapun.
“Temui Joel jika kau ingin mengetahui kebenarannya. Jangan sampai kau hanya mengetahui berita kematian Andrew.” ujar Femmi sebelum akhirnya keluar dari sana.
Samantha masih belum bisa mencerna ucapan Femmi, apa yang terjadi?
Apa maksud ucapan wanita itu? Sontak Samantha berlari, tapi Femmi sudah menghilang di balik lift.Samantha dengan tergesa ikut turun menyusul wanita itu ke ruangannya.
“Apa maksudmu? Katakan yang jelas, Fem.” Samantha berdiri tepat di depan meja Femmi dengan kedua tangannya yang mencengkram ujung meja.
“Meski kau atasan kami, harusnya kau tahu aturan ketika masuk ruangan orang lain,” sindir Femmi masih belum menjawab pertanyaan Samantha.
“Aku mohon,” lirih Samantha. Tubuhnya sedikit bergetar dengan perasaan kalut.
Femmi menyeringai melihat Samantha yang sampai memohon. Tapi tak lama kemudian ia sadar bahwa tak ada gunanya bermain dengan Samantha sekarang. Permainan tidak lagi menegangkan seperti dulu.
Tangannya lalu mencari kartu nama Joel dari dompetnya.
“Kau tidak akan mendapat apapun dariku.” ujarnya sambil menyodorkan kartu nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Flower
RomanceSamantha hampir tidak pernah berpikir jika selama ini dirinya hanyalah sebagai sosok pengganti bagi Andrew. Tak lama setelah pria itu berjanji akan segera melamarnya, Andrew justru memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Betapa hancur hati Saman...