Sepeda itu berjalan cepat di jalanan sepi.
Pria yang duduk diatas sadel merentangkan kedua tangan dan menutup matanya sejenak menikmati angin malam yang dingin.
Ia kembali memegang kendali kemudian berbelok tajam lalu mengerem dan membanting sepedanya.
Ia pun terjatuh.
"Maaf...kau tidak apa-apa?"
Ia segera bangun dan menghampiri pria yang tengah berjongkok menutupi kepala dengan kedua tangannya.Pria itu perlahan menurunkan tangannya dan menatapnya kesal.
"Yyaaahhhhh....hati-hati...."
"Astaga kau berdarah!"
Seokjin berdiri mengeluarkan sapu tangan dari tasnya dan menekan luka pada pelipis pria itu."Dari tatapanmu kukira kau akan membunuhku tadi" Ia terkekeh dan mengernyit kesakitan.
"Aku Kim Namjoon"
"Maaf aku mengebut..."
"Kau terluka?" Ia merendahkan kepalanya memastikan bahwa pria di hadapannya baik-baik saja.
Seokjin menggeleng. Jarak mereka yang sangat dekat membuat telinganya memerah.
"Aku Kim Seokjin...."
"Sssshhh.....sepertinya lukanya butuh jahitan"
Ia meringis ngilu ketika sapu tangan itu dibuka dan darah mengalir kembali."Kau kuat jalan?"
"Kepalamu pusing?""Sepedamu...." Seokjin berlari menyeberangi jalan tanpa menoleh ke sekitarnya.
"Ah....hati-hati!" Namjoon hendak menyusulnya namun langkahnya terhenti karena sakitnya.
Tak lama Seokjin kembali dengan mendorong sepeda yang agak penyok dengan tas besar yang menggantung di depannya.
"Namjoon-ah...."
Ia menggenggam lengan pria yang sedang membungkuk itu dan memapahnya untuk duduk."Jangan menyeberang sembarangan seperti tadi....kau membuat jantungku hampir copot"
"Maaf.....maaf..." Ia meringis.
"Rumah sakit tidak terlalu jauh dari sini"
"Tapi mungkin kita harus berjalan kaki..." Seokjin melirik sepedanya."Maaf ya sepedamu jadi rusak...."
"Loh? Kenapa kau yang minta maaf?"
Namjoon terkekeh dan menopang kepalanya yang sakit pada lututnya yang juga luka.Mereka berdua duduk di tepi jalan sepi di dekat kampus Seokjin.
"Sebentar ya....jika sakitnya sudah hilang baru kita berjalan ke rumah sakit..."
Seokjin hanya mengangguk dan menatapnya iba.
Tiba-tiba merasa bersalah karena Namjoon harus mengorbankan dirinya."Sini.....jangan menunduk nanti darahnya mengalir terus..."
Ia menepuk-nepuk pahanya. Membawa tubuh Namjoon untuk berbaring sambil menekan lembut lukanya."Maaf jadi merepotkan..." Ia memejamkan matanya.
Sesaat kemudian mereka tiba di rumah sakit setelah berjalan dan sesekali berhenti karena pening yang dirasakan Namjoon.
Dokter tengah menjahit luka di pelipisnya sementara seorang perawat telah selesai membalut luka di lututnya.
Seokjin terus menggenggam tangan pria itu tanpa sadar sambil memperhatikan lukanya.
"Tidak apa-apa Seokjin-ssi..." Ia tersenyum menatap wajah ngerinya.
"Ah....maaf...."
Seokjin tersentak malu kemudian menarik tangannya, namun Namjoon tidak mengijinkannya dan menggenggamnya lebih erat.
"Aku......berencana mencari tempat kost baru hari ini"
"Tapi belum ada...""Jadi aku akan menumpang di rumah temanku"
Namjoon mengambil tas besarnya kemudian menyandangkan di bahunya.Ia meninggalkan sepedanya di tempat parkir rumah sakit untuk dibawa ke bengkel esok paginya.
"Dimana rumah temanmu?"
"Mmm......belum tahu hehe..."
"Aku belum menghubungi mereka"Seokjin bertolak pinggang. "Ini sudah malam Namjoonie..."
Pout di bibirnya muncul.Tak lama bus yang di tunggu pun datang.
"Kau ikut denganku......ayo!" Seokjin menarik tangannya menaiki bus itu.
"K-kemana hyung?"
"Duduk dulu ya....aku buatkan teh hangat..."
Seokjin membuka pintu rumahnya lebar dan mempersilahkan Namjoon masuk.
"Eoh? Hoba? Sedang apa disini?"
Mereka bertatap-tatapan bingung.
Suara gelak tawa melengking itu pun terdengar.
"Ternyata....." Namjoon menoleh pada Seokjin kemudian beralih pada Hoseok, Yoongi dan ketiga anak sekolah itu.
"Tinggallah disini Namjoon-ah..."
"Kau memang berencana mencari kost kan?"
Yoongi menyeruput kopinya.Pria itu hanya mengangguk malu kemudian menoleh pada Seokjin yang tersenyum manis menatapnya.