'Hyung....'
'Maafkan Kookie....'
'Hyung dimana?'Jungkook kembali menyimpan ponsel dalam tasnya setelah lama pesan itu tak dibalas. Ia pun melanjutkan latihan taekwondonya.
'Hyung....kumohon pulanglah...'
'Aku janji akan berubah'
'Maafkan Kookie hyung....'"Sepertinya ponselnya mati..." Jungkook menghela napas sedih.
"Kau pikir?" Jimin melirik sinis.
"Hyung....maaf...." Ia menunduk dan terdiam.
"Sampai kapan kau akan melarikan diri Jin-ah? Ini sudah hampir dua minggu..."
"Entahlah Ken...." Seokjin mengantongi ponselnya lalu merebahkan kepalanya di bahu pria yang duduk bersandar di sampingnya.
"Mereka sudah minta maaf....apakah kau akan ikut-ikutan menjadi anak kecil juga huh?" Ken mencubit gemas pipinya sambil terkekeh.
Seokjin mengerucutkan bibir kemudian memukul pelan paha Ken dan memejamkan matanya.
NYUTTTT
Namjoon mengayuh sepedanya kuat-kuat.
Di satu sisi ia senang melihat Seokjin sudah kembali ke kampus, satu sisi lainnya merasakan sakit sekaligus kehilangan.
Setiap hari yang ia lalui untuk mampir dan mencari Seokjin di kampusnya akhirnya terbayar, walaupun tidak dengan cara yang ia inginkan.
Kepalanya kembali berdenyut.
Hari berganti malam.
Ia mendorong sepedanya pelan dan berhenti di depan sebuah gedung besar bertingkat.
Memarkir sepedanya kemudian berjalan memasuki lift.
TOK TOK
Beberapa detik menunggu dan pintu itu terbuka.
"Akhirnya ketemu juga...." Ia tersenyum lemah kemudian merosot dan kehilangan kesadarannya.
"Namjoonie!"
"Ya Tuhan....Namjoonie kau kenapa?!" Seokjin menangkap tubuh lunglai itu dan membawanya masuk lalu membaringkannya di sofa.
"Namjoonieee.....kau pucat sekali..."
"Namjoonie bangunnn......" Seokjin mengusap-usap dahi dan kepalanya. Seluruh tubuhnya panas.
Namjoon demam.Sebuah pergerakan mengusik sudut matanya.
Seokjin segera berlari menghampiri Namjoon yang berusaha duduk sambil memegangi kepalanya yang terasa berat."Namjoonie.....jangan bangun dulu"
"Ayo berbaring lagi..." Seokjin mendorong pelan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut tebal.
Ia menatap iba pria yang tengah memejamkan matanya sambil meringis.
"Berapa malam kau habiskan untuk mencariku Namjoonie?"
Yang ditanya enggan menjawab, hanya menyunggingkan senyum pahit.
Namjoon tak pernah absen untuk mencari disela-sela kesibukannya setiap hari.
Hanya untuk menemukan pemandangan menyakitkan.
Dan di ujung lelahnya itu mereka akhirnya bertemu.Ia bergidik dan melengkungkan tubuhnya di dalam selimut.
"Pindah ke kamarku ya..."
Ia membantu Namjoon berdiri. Merengkuh lengannya erat dan berjalan perlahan menuju kamar gelapnya.Sebuah diffuser menyala dengan cahaya remang di meja sebelah tempat tidurnya.
Seokjin membaringkan Namjoon dengan hati-hati lalu menarik selimut tebalnya.
Harum samar vanilla yang selalu membuat Namjoon tenang menyentuh lembut indera penciumannya.
"Beristirahatlah Namjoonie..." Ia menatap wajah pucat yang semakin tirus di hadapannya, tangannya terjulur untuk meletakkan handuk kompres pada dahinya.
Sesaat kemudian tangan itu ditarik.
"Pulanglah.....kumohon....."
"Aku hanya ingin bicara..." Perlahan bibirnya melengkung.
Dan air mata pun lolos dari tempat yang telah lama menahannya.
"Aku tidak akan mengganggumu lagi...."
"Kumohon pulanglah......."
"Jin hyung..."