42 : Hurt Inside

265 18 0
                                    




"Kookie-ah....Taehyungie....ayo cepat tidur"

"Jangan terlambat bangun besok pagi"
Jimin segera menyeret kedua anak itu menaiki tangga sesampainya di rumah.

"Hyung duluan ya..."
"Kepala hyung agak sakit...."

Seokjin melewati mereka tanpa menegakkan kepalanya. Pintu kamarnya tertutup.

Yoongi pun segera menuju ke kamarnya.

Hoseok melirik Namjoon yang mengacak rambutnya kesal.



"Namjoon-ah....maaf"

"Bukan salahmu Hoseokie..."

"Terimakasih sudah berusaha mendekatkan aku dengan Seokjin di bioskop tadi..."

"Eoh...."
"Ahhh....permen jellynya tertinggal di bangku"
Namjoon mengusap wajahnya kasar. Hoseok dapat melihat matanya berkaca-kaca.




'Seokjinnie....'
'Sudah tidur?'

Namjoon duduk bersila di atas tempat tidurnya.


'Aku ke kamarmu ya...'

Ia menatap ponselnya. Menanti jawaban.


'Seokjinnie.....'
'Maafkan aku....'


Tak juga dibalas, Namjoon beranjak dari tempat tidurnya dan keluar menuruni tangga perlahan.

Pintu kamar Yoongi sudah tertutup.

Ia berjinjit kemudian memutar kenop pintu kamar Seokjin dengan hati-hati.

Namjoon berkedip hingga matanya menyesuaikan dengan ruangan gelap dengan cahaya tipis yang menembus tirai jendela menerangi lantai samping tempat tidur.

Seokjin disitu.
Menenggelamkan kepalanya di atas kedua lutut terlipat yang dipeluknya erat di depan dada.


"Seokjinnie....." Namjoon berbisik dan berlutut di hadapannya.

Uluran tangan yang menyentuh kepalanya ditepis dengan cepat.

"Seokjinnie maafkan aku...." Ia mendesah penuh penyesalan.

Seokjin tidak menjawab.

Namjoon hanya bisa mendengar suara tangis tertahan dari bibir yang berulang kali meniupkan napas tercekatnya.

"Jinnie.....please...." Ia menggenggam kedua tangannya, menempelkan dahinya pada lutut yang masih erat dipeluk.


"Aku merindukanmu Seokjinnie..."

"Kukira tadi aku bisa menggenggam jemari indah ini dan menyandarkan kepalamu di bahuku"

"Aku bahkan sudah membayangkan kita tertawa-tawa sambil saling melempar popcorn"

"Aku tidak lupa permen jelly kesukaanmu....kau bilang waktu kita belanja berdua....ingat?" Namjoon tersenyum sedih menatap Seokjin yang tidak juga bergeming.

Suara tangisan kecil itu semakin pilu. Seokjin menarik pelukan lututnya lebih erat. Bahunya bergetar hebat.

"Jinnie please....." Namjoon mulai terisak.

"Kumohon jangan diam saja..."

"Marahlah seperti aku memecahkan gelas kesayanganmu"

"Makilah seperti aku lupa membereskan jemuran bajumu saat hujan.."

"Jangan diam seperti ini Jinnie...." Ia menarik-narik lengan bajunya.



"Sampai kapan kita akan merahasiakan hubungan ini?" Akhirnya suara pelan berbisik itu terdengar.

Namjoon menelan ludahnya kasar, mengusap air matanya yang masih mengalir.

"Jinnie...."


"Jawab aku Namjoon-ah!" Seokjin melepaskan pelukan pada lututnya dan menatap Namjoon tajam.

"Ssssttt.....Jinnie, nanti Yoongi dengar"


"Kau tahu rasanya mendengar kabar baik itu dari orang lain?"

"Kau tahu rasanya mendengarkan adikmu membicarakan teman baikmu yang akan menemanimu pergi dengan bersemangat tanpa mengetahui ada yang tersakiti disitu?"

Setengah berbisik, kalimat itu mengalir bersamaan dengan air matanya.



"Jin....."
Lagi-lagi uluran tangannya ditepis.

Kali ini Namjoon tak mengindahkannya. Ia kembali merengkuh tubuh ringkih itu ke pelukannya.

Ssokjin berusaha melepaskannya, mendorong dan memukul sekuat tenaga namun usahanya sia-sia. Ia sudah berada dalam dekapan hangat Namjoon.

Seluruh tubuhnya melemas.


"Aku lelah Namjoonie......" Ia mengerang dan menangis sejadinya.


"Seokjinnie.....maaf....." Namjoon mengeratkan dekapannya.


Under The Same SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang