36 : Empty Feels

260 15 0
                                    




"Hyung?"

"Tidak bisa tidur?"
Namjoon menghampiri Seokjin yang masih duduk di depan perapian gazebo taman penginapan yang terletak berseberangan.

"Namjoonie....aku sedang berpikir" Ia menoleh perlahan.

Namjoon mengambil minuman kaleng dan duduk di sampingnya. Bersiap mendengarkan dengan mata membulat.

"Sepuluh tahun lagi...."
"Ah..tidak.....lima tahun lagi..."

"Kita berada dimana ya?" Ia tersenyum dan mengalihkan perhatiannya pada letupan api di hadapannya.

Namjoon membuka mulutnya pelan. Namun tak ada satu katapun yang keluar.

Pertanyaan yang tidak pernah terlintas dalam benaknya.

Kenyamanan yang telah dirasakan selama tinggal bersama selama ini seperti tidak pernah memberi pilihan untuk mereka memilih jalannya masing-masing.


"Sebentar lagi Jin hyung akan menyelesaikan kuliahnya"
"Mungkin satu tahun kemudian ia akan bekerja dan meninggalkan rumah itu..."

"Lalu....adik-adiknya.."

"Mungkin mereka akan disibukkan dengan perkuliahannya"

"Hoseok dan Yoongi mulai meniti karir mereka..."

"Itu baru setahun....."

"Dan aku?......"




"Namjoonie?"

Tersentak dari lamunannya lalu mengangkat kepala mendengar panggilan itu, Namjoon mengedipkan matanya. Sekali, dua kali.

Dan air mata pun lolos dari tempatnya.


"Hey...hey....."

"Namjoonie kenapa?"
Seokjin terkekeh dan berlutut di hadapannya.

Menangkup wajahnya dengan senyum di balik kekhawatirannya.

Pemandangan yang tidak pernah ia lihat selama mereka bersama.

Namjoon yang selalu terlihat cuek dan serampangan.

Yang tidak pernah sekalipun terpengaruh oleh hal-hal menyedihkan dalam hidup itu sekarang tidak mampu menghentikan lelehan air dari kedua matanya.


"Hyung....aku...."

"Aku tidak ingin merasakan kehilangan"

"Tidak ingin suatu saat kita akan melupakan satu sama lain dan tidak lagi bertemu" Ia terbata.

"Aku ingin tetap menjadi Kim Namjoon yang kalian kenal"

"Tetap menjadi sahabat kalian dimanapun kalian berada.."


"Kapanpun..."
Kepalanya tertunduk dalam, ia mengusap wajahnya kasar.

Bayangan akan Seokjin lah orang pertama yang akan menghilang seolah memukul hatinya keras.

Seokjin berulang kali menelan ludahnya.

Tak mampu menanggapi lirihnya kata demi kata yang keluar dari bibir pria yang masih sibuk mengusir kesedihan dari wajahnya.


"Maaf...." Namjoon tersenyum diantara mata sembab dan hidung memerahnya.

"Ah....aku membuat hyung kaget ya...." Ia terkekeh mengusap tengkuknya.

Seokjin berusaha tersenyum. Ia mengulurkan tangannya mengusap pipi merona Namjoon.

Perlahan kelopak matanya pun terpejam, merasakan lembutnya belaian singkat itu.




"Ayo masuk hyung...."

"Tanganmu dingin..." Namjoon menggamit kedua tangan Seokjin dan menangkupnya di depan hembusan hangat yang keluar dari bibirnya.

Seokjin bergidik dan mengangguk lalu berdiri.
Mereka bergandengan tangan kembali menuju penginapan yang telah sepi.

"Namjoonie...." Langkahnya terhenti.

"Janji ya...." Seokjin menautkan jari kelingking mereka.

"Kita tidak akan melupakan satu sama lain"
"Walaupun nanti kita harus berpisah dan menempuh jalan hidup kita masing-masing"


Namjoon mengangguk cepat dan merengkuh tubuh Seokjin ke dalam pelukannya.

Sangat erat sehingga ia merasa jantungnya berhenti.

Ceruk leher itu menjadi tempat sembunyi kedua mata tertutupnya yang kembali terasa panas.


"Ssssshhhh.......tidak apa-apa Namjoonie..." Seokjin mengusap-usap punggung tubuh yang bergetar tanpa suara itu lembut.





Hawa dingin menyeruak di sekitar mereka.

Kepulan uap bergantian keluar dari mulut mereka ketika berlarian masuk ke dalam stasiun.

Mobil itu mengantar kepulangan mereka yang hanya beberapa menit lagi.


Seokjin tengah diapit keempat adik yang memeluknya.

"Kabari hyung saat kalian tiba ya..." Seokjin tersenyum sedih.

"Sampaikan salam hyung untuk orang tua kalian..."
"Berhati-hatilah kalian...."

Jimin dan Jungkook mengangguk kemudian memisahkan diri dari Taehyung dan Yoongi setelah memeluk mereka erat-erat.

Tak lama kereta mereka pun berangkat.


"Hyung?" Hoseok merangkul bahu Seokjin yang tak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Langsung terasa sepi ya...." Ia terkekeh kemudian kembali menuju mobilnya.








Under The Same SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang