apakah lebih baik?

3K 311 63
                                    

Nabila sudah sampai di kantor suaminya, dia memakirkan mobilnya dan mulai masuk, Nabila tidak bertanya lagi dimana ruangan Aro karena Nabila sudah tahu. Nabila hanya tersenyum ke resepsionis perempuan yang sedang membungkuk kecil ke arahnya

Saat menunggu lift, satu karyawan yang tidak menyadari keberadaan Nabila terkejut begitu mereka berdua memasuki lift secara bersamaan

Nabila tahu siapa karyawan perempuan ini, itu karyawan yang sama dengan yang semalam. Nabila diam saja, tidak memperdulikan tingkah perempuan itu yang gelisah

"Mmm, maaf, bu?"

Nabila meliriknya "ya?"

"Ituu.. yang semalam, saya mohon maaf. Saya tidak tahu kalau ibu ternyata istrinya pak Aro"

Nabila mengangguk kecil, dia kembali hadap depan tanpa melihat karyawan itu lagi "gak papa" ucap Nabila

"Gosip saja sudah salah, apalagi menggosipkan seseorang yang sudah menikah dengan masa lalunya" Nabila menatap karyawan itu sesaat "lebih salah kan?"

Karyawan itu menunduk

"Jangan di ulangi lagi, ya?" Sambung Nabila. pintu lift terbuka, dia tersenyum kecil dan keluar dengan ekspresi wajah yang sudah berubah menjadi datar

Setelah kepergian Nabila, karyawan perempuan tadi menyenderkan tubuhnya dan bernafas sedikit lega. Tidak tahu kenapa, penampilan Nabila memang terlihat anggun dan sopan, tetapi aura yang dikeluarkan wanita itu membuatnya merasakan dingin dan ketakutan. Apa itu karena penuturan kata Nabila yang terlihat santai dan tenang?

Karyawan itu juga menyadari, bahwa senyuman Nabila terlihat sangat manis, tetapi jika diminta, dia tidak ingin melihat Nabila tersenyum lagi di saat wanita itu sedang berbicara  yang menyangkut hubungan pribadi suami dan mantan suaminya.

Tetapi karyawan itu juga merasa lega, sepertinya Nabila bukan orang yang pendendam, semoga saja Nabila tidak mengadukan masalah semalam ke pak Aro

***

Nabila mengetuk pintu ruangan sesaat, dia membuka pintu dan mendapati Aro yang masih sibuk berkutat dengan laptopnya

Aro melihat kedatangan Nabila, dia tersenyum dan bangkit menghampiri istrinya

"Ga bilang lagi"

Nabila menunjukkan layar handphone nya, memberikan bukti kalau dia sudah menelepon Aro berulang kali, mengabarkan kalau dirinya sudah sampai

Aro menepuk dahinya, dia baru teringat kalau handphone nya di silent, Aro mengambil bawaan Nabila, mengajak istrinya untuk duduk di tempat yang biasa

"Ka Danil mana?" Tanya Nabila saat menyadari kalau bangkunya Danil kosong

"Keluar, cari makan"

"Kok mas enggak?"

"Kan kamu mau bawain mas bekal, ya mas gak mau waktu di ajak"

"Tapi gak papa kok, kalau mas mau makan bareng ka Danil"

Aro minum sebelum memulai acara makan siangnya

"Ya gaklah, kamu udah repot-repot masak, masa mas gak makan" ucapnya lalu mulai makan

Mendengar ucapan Aro, Nabila teringat dengan kejadian semalam. Dimana dia berjam-jam menunggu kepulangan Aro, menahan lapar agar bisa makan bersama dengan suaminya, tetapi justru Aro sudah makan di luar sana.

Nabila menurunkan pandangannya, dia tersenyum kecil dengan tatapannya yang sendu

"Nab? Nabila?"

"Ha? Iya? Kenapa mas?"

Nalmine [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang