tempat itu

3K 368 44
                                    

Nabila sedang berdiri di depan pintu halaman belakang rumahnya Anggis, saat ini suara Ziva yang menceritakan semuanya membuat Nabila merasa cemas di hatinya

"Jadi sebenarnya, kamu dimana sih, Nab?" Tanya Ziva lagi. Keputusan Nabila tidak memberi tahu Ziva dimana dirinya berada adalah benar,  Mungkin jika dia tau, dia pasti akan memberi tau Aro mengingat bagaimana tampang Aro yang terlihat menyedihkan

Tapi Ziva benar-benar ingin tahu dimana Nabila berada, karna Ziva yakin kalau Aro tidak akan mencarinya lagi, mungkin sudah tidak apa-apa kalau Nabila memberitahunya sekarang

"Aku dirumahnya Anggis" ucapnya, Nabila berbalik dan menutup pintu. Tidak membiarkan angin malam yang dingin berhembus menusuk kulitnya

"Mas Aro, apa dia baik-baik aja?" Tanya Nabila pada akhirnya. dia sudah lama ingin menanyakan ini kepada siapa saja yang melihat Aro, tetapi Nabila tidak bisa menanyakan itu, dia takut mendengar jawabannya

Nabila takut kalau Aro sudah kembali kepada Bunga, Nabila takut kalau Aro sudah berbahagia bersama Bunga. Tapi di sisi lain, Nabila juga bahagia jika pada akhirnya Aro bahagia

"Dia kacau. Tubuhnya lebih kurus, matanya sayu, dan bibirnya terlihat pucat. Aku gak tau itu karna apa, tapi dari yang aku sadari, dia seperti ini semenjak pisah dengan kamu"

Nabila menggigit bibirnya, dia tidak percaya kalau Aro akan seperti ini. Ada apa dengan Aro? Kenapa dia menyiksa dirinya? Kenapa Aro terus-terusan membuatnya khawatir?

"Ziva, mungkin kamu salah liat"

"Salah liat gimana? Jelas-jelas kita berdua bicara, aku natap dia lumayan lama. Benar Nab, dia kayak orang linglung tau gak?"

Ha...

Nabila duduk dan menyandarkan tubuhnya, dia melihat jam di dinding, biasanya jam segini Aro sudah berada dirumah sedang makan malam bersamanya. Nabila jadi berpikir, semenjak kepergiannya, apakah Aro makan dengan teratur? Apakah pria itu tidur dengan nyenyak?

Nabila memejamkan matanya, memijit pelipisnya yang mulai terasa pusing. Tidak, jangan lagi mempertanyakan hal-hal yang seharusnya kamu lupakan. Jangan lagi mengingat bagaimana kenangan kalian bersama, jangan lagi mengkhawatirkan dirinya. Ingat Nabila, ingat. Gumamnya di dalam hati

Nabila izin untuk pergi tidur dan mematikan panggilan, dia meletakkan handphone nya di atas meja dan mulai memijit kepalanya yang tambah berat

Anggis yang melihat semua itu, datang menghampiri Nabila dengan secangkir air hangat. Anggis memegang lembut bahu Nabila, menyuruh sepupunya untuk minum dan minum obat

"Jangan terlalu berfikir, nanti tambah pusing" ucapnya, mendengar itu Nabila mengangguk sebagai jawaban

"Nabila, mungkin sekarang kamu masih bisa sembunyikan ini dari tante dan om,  Tapi suatu saat masalah ini juga bisa terbongkar dengan sendirinya. Aku tau kondisi kamu kayak gimana, tapi aku juga takut kalau kamu gak jujur"

Anggis memegang tangan Nabila, mengusap tangan itu dengan pelan  "Nabila, Aku harap kamu bisa menyelesaikannya dengan Aro secara baik-baik, dengan kepala dingin. Jika kalian berdua masih sama seperti kemarin, perceraian mungkin memang tidak benar, tapi berpisah juga bukan pilihan yang buruk"

"semoga sama siapapun kamu nanti, aku berharap kamu bahagia"

Nabila mengusap air matanya dan memeluk Anggis, dia menangis senggugukan di sana, entah kenapa, mendengar kata perceraian membuat Nabila semakin sedih dan takut. Dia tau dia yang memulai ingin berpisah, tetapi saat akan menghadapi kenyataannya, Nabila tidak berani. Dia ragu, apakah benar setelah berpisah dari Aro, dia akan bisa bahagia?

Nalmine [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang