"Bunda, ayah. Kalau gitu Aro berangkat kerja dulu ya. Maaf Aro gak bisa ikut antar ayah sama bunda pulang"
Aro menyalami kedua tangan mertuanya, mereka berdiri di depan pintu untuk melihat Aro pergi kerja.
Salma tersenyum "Gak papa Aro, lagian ayah sama bunda kan bawa mobil"
Aro baru teringat, dia menyengir sambil menggaruk pelipisnya "Oh iya, lupa"
"Yaudah Ro. Nanti macet takutnya kamu telat" ucap Rony, dia menaikkan alisnya mengisyaratkan Aro untuk segera pergi
Aro mengangguk "Iya, kalau gitu Aro berangkat dulu ya yah, bun" Aro melirik Nabila yang berdiri di samping ayahnya, senyumnya miring kesamping dengan alis yang terangkat "Mas berangkat ya sayang"
Nabila segera mendelik, sedangkan Salma cuma senyum malu-malu sambil sesekali melirik anak dan suaminya
"Iya" jawab Nabila dengan lembut, dia maju selangkah dan mencium punggung tangan Aro. Aro mengusap kepala Nabila dan berbalik untuk pergi
dia masuk ke dalam mobil, menurunkan kacanya dan berdadah lalu segera pergi dari sana
"Ehem" Rony berdehem, dia melirik istrinya "Tuh bun, Aro aja manggil Nabila pake sayang. Masa bunda gamau ayah panggil sayang?"
Nabila melirik bundanya sambil melipat bibir, dia perlahan-lahan membungkuk kan badannya dan menghilang dari sana. Nabila tidak ingin menjadi saksi pertempuran pertama di pagi hari ini, dia tertawa dan masuk ke dalam dapur untuk mencuci piring bekas mereka sarapan
lalu tidak lama Salma datang sambil mericau, dia menggulung lengan bajunya dan mengambil alih pekerjaan Nabila
"Sana, kakak temani aja ayah duduk di sana. Bunda mah males, ayahmu taunya godain bunda terus"
Nabila tertawa "Gak papa bun, ini biar kakak aja yang ngerjain. Bentar lagi selesai kok, bunda duduk aja"
Hah.. Salma menghela nafasnya sambil membenarkan letak kerudungnya, dia melirik kearah sofa ruang tamu. Di sana Rony duduk sambil membaca majalah Aro yang ada di bawah meja
Di perhatikan lama seperti ini, Salma jadi teringat dengan masa muda mereka. Walaupun sekarang mereka sudah berumur, bahkan sebentar lagi akan menjadi kakek dan nenek, entah kenapa bagi Salma, Rony tidak jauh berubah seperti waktu muda dulu. Suaminya itu masih tetap tampan, dan selalu
Tanpa sadar Salma tersenyum. Nabila mengilap tangannya yang basah dan berbalik, ketika melihat kalau bundanya sedang senyum-senyum, Nabila jadi penasaran apa yang sedang di lihat bundanya. Nabila mendekat dan melihat kalau Bundanya sedang memperhatikan ayahnya
"Ciee, lagi terpesona ya bun?"
Salma tersentak kaget, dia menatap Nabila dengan sedikit salah tingkah
"Enggak ah, siapa bilang?" Salma langsung pura-pura menuang air dan meminumnya
Nabila mengangguk, dengan kuluman senyum Nabila pura-pura akan pergi "Kasih tau ayah ah.. kalau bunda tadi ngelihatin ayah teruss"
Mendengar ucapan putrinya, Salma langsung menyudahi minumnya dan menahan tangan Nabila
"Kak, jangan. Nanti ayah kamu kegeeran" Salma menatap Nabila dengan pandangan memohon. Nabila sampai tidak tahan dan tertawa. Lucu sekali orang tuanya, padahal mereka sepasang suami istri, sudah hidup lama bersama, tapi masih saling malu-malu dan gengsian
Nabila geleng-geleng kepala tidak mengerti, dia tersenyum dan memegang tangan bundanya "Iya dehh, gak akan. Yaudah yuk bun, kita duduk bareng ayah" ajak Nabila, Salma mengangguk mengiyakan
Sebelum pergi menyusul putri dan suaminya, Salma menuangkan segelas air hangat lagi untuk Rony. Dia meletakkan gelas itu di depan Rony, dan duduk di sampingnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalmine [END]✓
Fanfiction[TAHAP REVISI YA KIDZ<3] Mencintai itu sesuatu yang sulit, bukan saja kamu harus menemukan orang yang tepat, menjalankannya pun juga penuh rintangan. Tapi, tidak akan terlalu sulit jika kita, aku dan kamu saling percaya. Karena kamu yang aku pilih...