"mas gak kerja sampai kapan?" Tanya Nabila saat dia memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas, Aro yang sedang mencuci tangan melirik Nabila sekilas. Sebenarnya dia akan kembali bekerja besok, tetapi karna Nabila ada di sini, Aro tampak berfikir dan menjawab "tiga hari lagi"
"Bagus deh, liburnya di pake buat istirahat ya" ucap Nabila dan menutup pintu kulkas, dia mendekat dan juga mencuci tangannya, setelah itu mereka duduk di sofa depan TV
"Tadi obatnya udah diminum, kan?"
Aro mengangguk
"Vitaminnya?"
Lagi-lagi Aro mengangguk, Nabila mengusap kepala Aro dan tersenyum kecil "pinterr" ucapnya dan bangkit untuk membuah teh
Aro menoleh melihat kepergian Nabila, lalu dia memegang pipinya yang terasa panas. Kenapa ya, semenjak Nabila kembali, istrinya itu lebih sering mengambil inisiatif.
Aro senyum-senyum sendiri, lalu dia teringat akan sesuatu. Kenapa Nabila bisa kembali kepadanya? Kenapa Nabila bisa bersikap biasa saja seolah-olah kejadian kemarin tidak pernah terjadi? Aro mendadak diam. Tidak mungkin Nabila kembali dan berubah hanya karna dirinya sakit. Tidak mungkin.
Lalu kenapa?
Aro berbalik dan melihat punggung Nabila. Tidak mungkin semudah itu memaafkan kelakuannya hanya karna dirinya sakit, Aro tau kalau Nabila beneran marah waktu itu, Nabila beneran akan meninggalkannya
Aro langsung berbalik ketika Nabila akan datang, dia tersenyum kecil, melirik Nabila dari sudut matanya waktu Nabila akan duduk
"Minum, mas" ucapnya, Nabila membuka setoples biskuit dan mendekatkannya kearah Aro
"Nabila" panggil Aro dengan lembut
"Ya?"
"Mas mau bicara"
Nabila langsung mengalihkan perhatiannya dari TV, begitu dia melihat wajah serius Aro, Nabila tidak bisa menahan degup jantungnya. Dia menelan biskuitnya dengan susah payah
"Ya? Mau bicara apa?"
"Tentang.. kemarin"
Nabila menarik nafasnya dalam dan bangkit dari duduknya "nanti aja ya, mas. Nabila mau ke toilet" ucapnya dan langsung pergi dari sana
Aro melihat kepergian Nabila dan merasa heran, kenapa Nabila seperti menghindarinya?
Sedangkan di dalam toilet, Nabila tidak tau harus ngapain. Dia hanya berdiri di depan wastafel dan menatapi wajahnya yang memerah. Nabila tau kalau Aro akan menceritakan kejadian kemarin, tapi Nabila belum siap
Bukan karena dia tidak ingin kebenaran, tapi karna dia belum siap mendengar Aro akan menyatakan cintanya. Sejujurnya, hal itu yang Nabila ingin dengar sejak lama, tapi kenapa ketika akan dihadapi dengan kenyataan itu, Nabila mendadak tidak siap? Dia malu dan merasa salah tingkah
Mungkin dia bisa mendengarnya kalau dia tidak tau kebenarannya, tapi dia sudah tau sebelum Aro memberitahunya! Nabila tidak tau harus merespon seperti apa nanti
Nabila merasa sudah cukup lama di dalam kamar mandi, dia menghidupi keran wastafel dan mencuci mukanya, menepuk-nepuknya pelan, menghilangkan rasa gugup yang sedang di alaminya. Bisa Nabila! Kamu pasti bisa!
Nabila keluar dari toilet dan kembali duduk di samping Aro, dia menyelipkan helaian rambutnya yang jatuh kebelakang telinga
"Mas mau ngomong apa tadi?"
"Mas mau ngomong,-"
"Mas"Nabila menghentikan ucapan Aro lagi, dia menunjuk jam yang ada di dinding "udah mau zuhur, Nabila mandi dulu ya" ucapnya dan langsung pergi meninggalkan Aro
KAMU SEDANG MEMBACA
Nalmine [END]✓
Hayran Kurgu[TAHAP REVISI YA KIDZ<3] Mencintai itu sesuatu yang sulit, bukan saja kamu harus menemukan orang yang tepat, menjalankannya pun juga penuh rintangan. Tapi, tidak akan terlalu sulit jika kita, aku dan kamu saling percaya. Karena kamu yang aku pilih...